Upaya serius Pemerintah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan rekognisi keragaman potensi geopark terus dijalankan. Melalui pengkajian bersama Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Bapperida Kabupaten Sikka telah melangsungkan Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) tahap awal dari studi Penyusunan Master Plan Geopark Kabupaten Sikka bertempat di Kantor Bupati Sikka, Jum’at (25/10).
Dosen Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM sekaligus ketua tim Ahli Puspar Agus Hendratno,ST., M.T.,mengatakan keunikan geologi di Sikka memiliki nilai luar biasa dari sisi bentukan, geometri, dan sejarah bentang alam vulkanik Kuarter maupun bentang alam Vulkanik Tersier. Menurut Agus, Taman Wisata Alam Laut Teluk (TWAL) Maumere sudah dikenal sejak lama. Termasuk juga Gunung Api Egon yang banyak menarik minat wisatawan minat khusus untuk mendaki gunung api tersebut untuk melihat fenomena kegunungapian pada kawah aktifnya. “Sudah sepatutnya bila para pihak aktif terlibat dalam mendorong proses inspiring Geopark Nasional untuk Kabupaten Sikka sampai di tingkat global,” katanya.
Meski begitu, imbuh Agus, pengembangan geopark ini harus berdasarkan tiga pilar dasar geokonservasi, yaitu konservasi, edukasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dari mapping identifikasi geoheritage, disebutnya terdapat dua matra geologi yang menguatkan keunikan Geopark Vulkanik Purba di Kabupaten Sikka, yaitu matra laut dan matra daratan.
Lebih lanjut, Hendratno menegaskan gempa dan tsunami yang pernah melanda Teluk Maumere, Kabupaten Sikka pada 12 Desember 1992 silam masih menyisakan jejak geologi yang patut menjadi pembelajaran. Di Desa Koja Doi sebagai gugusan pulau pulau vulkanik purba di Teluk Maumere didapati bangunan runtuhan gempa/ hempasan tsunami dan penurunan muka tanah akibat likuifaksi (peluluhan) yang di desa ini. Lokasinya tidak jauh dari episentrum gempa tektonik 7,8 magnitudo, yang berada di Pulau Babi (pulau vulkanik purba).
“Rekahan yang berada di dasar perairan dangkal area perairan Pulau Babi masih tampak kasat mata terlihat di atas perahu saat melintas berwisata bahari ke Kepulauan Pangabatang. Rekahan (terpatahkan) di dasar perairan laut dangkal Pulau Babi, saat ini menjadi salah satu spot diving bagi wisatawan asing maupun wisatawan Nusantara,” terangnya.
Fitrinita Kristiani S.Sos, M.Si, Asisten I Pemerintahan dan Kesra Sikka menyambut baik gagasan Bapperida mendorong potensi geopark Sikka sebagai salah satu modal mengenalkan Maumere di tingkat global. Melalui kajian ini diharapkan mampu mengangkat potensi lokal. “Kami punya keyakinan beragam potensi kebumiaan, baik yang ada di bawah laut ataupun daratan sarat dengan nilai edukasi. Kami pun juga yakin dengan keunikan budaya dari suku-suku bangsa di Sikka ini akan menguatkan produk geoheritage yang kini tersebar di 19 sites”, tuturnya
Dr. Destha Titi Raharjana, sebagai anggota tim Puspar UGM menambahkan keragaman dan keunikan bebatuan sebagai geodiversity dan dukungan potensi cultural-diversity untuk menguatkan story-telling dalam gagasan model pengembangan geopark ini. Untuk itu, katanya, pemkab melalui Dinas Pariwisata perlu menghasilkan guidebook tentang toponim, legenda untuk sites potensial yang memiliki geoheritage. “Buku saku ini kelak dijadikan referensi melengkapi pengetahuan pemandu wisata di Kabupaten Sikka”, imbuhnya.
Kurnia Fahmy Ilmawan, S.Si, M,Sc anggota tim peneliti Puspar UGM menjelaskan kekayaan warisan geologi di Kabupaten Sikka tersebar mulai dari bawah laut hingga di puncak gunung di 8 Kecamatan, yaitu Kecamatan Paga, Kecamatan Mego, Kecamatan Magepanda, Kecamatan Palue, Kecamatan Bola, Kecamatan Doreng, Kecamatan Waigete, dan Kecamatan Alok Timur. Kondisi ini memperlihatkan kekayaan warisan geologi yang perlu dikelola secara bijak untuk kepentingan konservasi, edukasi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat karena kekayaan warisan geologi telah menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi budaya dan kehidupan masyarakat di Kabupaten Sikka.
Salah satu lokasi geosite yang termasuk dalam geoheritage Kabupaten Sikka adalah Pantai Ogor Paret, Desa Woloterang, Kecamatan Doreng. Pantai Ogor Paret merupakan spot rocky beach yang tersusun oleh aliran lava andesitik yang mengalami pembekuan cepat karena faktor sentuhan air laut saat pembekuannya dan terpapar patahan kompresif yang massif. “Memahami bahwa Pantai Ogor Paret memiliki keindahan alam dan keunikan geologi volkanik, maka Kelompok Sadar Wisata mulai mengembangkan Ogor Paret menjadi sebuah atraksi wisata . Penyusunan masterplan ini diharapkan berdampak positif bagi masyarakat dan daerah sekitar area geoheritage Pantai Ogor Paret”, jelasnya.
Untuk aspek keragaman budaya (cultural diversity), Arkan Syafera, S.Ant., M.A. selaku asisten peneliti menemukan kekayaan budaya Sikka merupakan hasil dari aktivitas beberapa suku di Maumere, yakni suku Sikka-Krowe, Lio, Bajo, Palue, Tana-ai, dan Muhang yang kemudian keenamnya terbagi kembali ke dalam sub-etnis. Masing-masing suku tersebut memiliki kekhasan tersendiri, baik dalam hal bahasa atau logat bicara, motif tenun, tarian, ritual/upacara adat, cerita rakyat dan sebagainya.
Beberapa di antaranya sudah ditampilkan dengan latar belakang geo-site, misalnya syair yang berkembang di sekitar geo-site Tebing Kubah Lava Hokor yang berbunyi, “Hokor Watu Apar, guman gogo leron tolor, tubu nane rebu, kota nane korak, ponun puan helang ilin, ga ata maten gateng ata moret”. (Hokor kampung berbatu, malam runtuh – siang terguling, berpagar besi, bertatakan tempurung, asal mula jin dari gunung, melahap yang mati, menantang yang hidup). Syair ini menceritakan orang-orang Hokor berkampung batu dan selalu menang dalam perang yang kemudian juga mewujud menjadi sebuah tarian bernama Tari Bebing sebagai simbol heroisme tentang perjuangan para leluhur yang telah memperjuangkan & mempertahankan wilayah kekuasannya di wilayah Hokor.
Hasil budaya semacam itu, dalam pandangan Arkan menjadikan geosite lebih menarik untuk dikunjungi, dinikmati, dan dipelajari. Tidak hanya itu, produk kreatif warga sekitar seperti tenun ikat, olahan kakao, kopi, dan lainnya mampu dikembangkan sebagai geoproduk yang melengkapi geotrail yang kelak akan dirumuskan. Pemkab Sikka pun sudah menetapkan produk tenun ikatnya sebagai Indikasi Geografis. “Saya kira penting pula dilengkapi informasi aspek geobiodiversity yang menyajikan keragaman jenis flora-fauna endemik sebagai pelengkap dari taman bumi yang ajukan pemkab Sikka ke pemerintah pusat,” papar Arkan Syafera.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Shutterstock