Kota Palangka Raya terus berbenah, termasuk perencanaan dan pengembangan sektor kepariwisataannya. Sejalan dengan visi pembangunan kepariwisataan yaitu terwujudnya Kota Palangka Raya sebagai destinasi pariwisata yang maju, kreatif, dan sejahtera berlandaskan nilai-nilai budaya Betang maka Pusat Studi Pariwisata UGM dan Bappedalitbang Kota Palangka Raya menggelar Seminar Akhir membahas Pengembangan Rencana Detail Pembangunan Kawasan Pariwisata Kota Palangka Raya.
Kepala Puspar UGM, Dr. Mohamad Yusuf, MA, sebagai tenaga ahli tim menyatakan paradigma pembangunan kepariwisataan kota Palangka Raya ke depan perlu mengarah pada beberapa poin strategis. Beberapa poin strategis tersebut di antaranya quality tourism, berdaya saing, mampu menjalankan prinsip berkelanjutan (STD), berdaya tahan, dan yang tidak kalah penting bahwa pariwisata di Palangka Raya harus mampu menyejahterakan.
Kepala Bappedalitbang, Ir. Harry Maihadi, mengapresiasi kegiatan yang dilakukan Puspar-UGM. Kegiatan Puspar UGM di kota Palangka Raya dinilainya cukup strategis dalam rangka menghadirkan perencanaan yang komprehensif terkait pengembangan pariwisata di kota Palangka Raya.
Apa yang telah dilakukan Puspar UGM, diharapkan dapat ditindaklanjuti secara serius oleh segenap pemangku kepentingan di kota Palangka Raya. Oleh karena itu, diperlukan sinergitas dan aksi nyata pembangunan pariwisata di Kota Palangka Raya.
“Sinergitas hubungan ini berkaitan erat dengan praktik pembangunan pariwisata yang dapat dijalankan segenap stakeholder untuk meningkatkan nilai tambah selaras dengan perlindungan terhadap alam, dan sosial budaya, di kawasan pariwisata, khususnya KSP-2 Bukit Batu dan KSP-4 Sabangau,” katanya, Rabu (9/11).
Dr. Destha Titi Raharjana, M.Si sebagai peneliti Puspar UGM menyatakan posisi Kota Palangka Raya sangat strategis. Disamping sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, Kota Palangka Raya juga menjadi hub bagi wisatawan yang hendak menuju ke Taman Nasional (TN) Tanjung Puting ataupun TN Sabangau yang identik dengan habitat Orang Utan.
Potensi di Bukit Tangkiling yang berjarak kurang lebih 34 km dari kota berada di KSP-2 Bukit Batu, menurut Destha sangat berpotensi dikembangkan. Area ini memiliki keunikan dan sarat dengan legenda yang menarik dipelajari.
Belum lagi, di KSP-2 ini terdapat sungai air merah, seperti yang saat ini tengah viral, yakni Danum Bahandang. Yaitu sebuah daya tarik wisata yang sudah sangat familiar di masyarakat Kalimantan Tengah.
“Peluang pengembangan event wisata layaknya off-road, mountain bike, ataupun tracking bahkan panjat tebing dapat dilakukan di wilayah Bukit Batu,” katanya.
Destha menambahkan sebagai tindak lanjut untuk mewujudkan KSP-2 dan KSP-4 sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing maka diperlukan beberapa langkah. Pertama, masing-masing KSP perlu memiliki identitas/DNA yang menonjol agar mampu menarik wisatawan, semisal KSP-2 dengan Bukit Tangkiling dan Sei Gohong, dan KSP-4 dengan keberadaan TN Sabangau sebagai habitat Orang Utan yang cukup kuat menjadi branding.
Kedua, pentingnya mengemas bentuk dan ragam aktivitas wisata yang dapat menciptakan pengalaman total bagi wisatawan. Ketiga, konektivitas ke dan dari masing-masing objek wisata perlu dirumuskan guna mampu menghasilkan pola perjalanan (travel pattern) di masing-masing kawasan strategis.
“Keempat, ketersediaan amenitas yang standar dan ditunjang dengan layanan profesional untuk meningkatkan lama tinggal wisatawan, dan Kelima, perlu ditunjang dengan kesadaran dan peran aktif masyarakat di sekitar destinasi pariwisata dalam menciptakan sadar wisata dan menjadi tuan rumah yang baik,” terangnya.
Anggota tim, Nissa Larasati, S.Ars., menambahkan potensi di KSP-4 yang berpusat di Kecamatan Sabangau. Nama besar TN Sabangau yang menjadi habitat orang utan tentu menjadi kekuatan untuk menarik wisatawan mancanegara. Belum lagi jika wisatawan menyusuri sungai masuk ke dalam tentu mereka akan mendapati air sungai hitam serta aneka flora-fauna lainnya.
“Masyarakat, khususnya di Kelurahan Kereng Bangkirai yang tinggal di sekitar sungai air hitam juga sudah terlibat dalam usaha jasa wisata. Meski begitu pengembangan Kereng Bangkirai perlu penataan lingkungan, penambahan fasilitas, seperti lokasi parkir, sarana umum wisata lainnya agar tingkat kenyamanan destinasi semakin nyaman dikunjungi,” ucapnya.
Penulis : Agung Nugroho