Pariwisata menjadi salah satu sektor potensial untuk menambah pendapatan masyarakat serta meningkatkan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Agar maju dan setara dengan kabupaten lainnya maka salah satu strategi yang harus ditempuh Kabupaten Sikka adalah membangun sektor pariwisata. Hal itu mengemuka dalam Ekspos Akhir Penyusunan Dokumen Reviu Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sikka yang merupakan hasil kerja sama Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kabupaten Sikka dengan Pusat Studi Pariwisata (Puspar) UGM, Selasa (6/8) di Aula Bapperida Pemkab Sikka.
Hadir dalam ekspos penyusunan dokumen rencana induk pembangunan pariwisata tersebut diantaranya Pj. Sekda Kabupaten Sikka Margaretha Movaldes Da Maga Bapa, S.T., M.Eng, Kepala Bappeda, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, UPTD-KPH Wilayah Kabupaten Sikka, Akademisi dari beberapa perguruan tinggi di Kota Maumere, Asosiasi Pariwisata Sikka PHRI, ASITA, HPI, AKUSIKA, Perwakilan dari Sanggar Budaya Lepo Lorun, Bliran Sina, dan Doka Tawa Tana, serta perwakilan Kepala Desa. Sementara perwakilan tim Ahli Puspar UGM yakni Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos, M.Si., Wijaya, S. Hut., M.Sc., dan Ika Racmadhani Kurniawan, A.Md.
Pj. Sekda Kabupaten Sikka Margaretha Movaldes Da Maga Bapa, S.T., M.Eng mengatakan Kabupaten Sikka memiliki destinasi wisata sangat beragam sehingga apabila dikelola dan dibangun dengan baik diharapkan akan merangsang pertumbuhan sektor terkait lainnya, seperti infrastruktur, pertanian dan pangan, ekraf, transportasi, dan jasa lainnya.“Dengan berbagai aktivitas pariwisata tentunya akan banyak menciptakan peluang usaha baru dan meningkatkan pendapatan bagi masyarakat lokal”, ujarnya mewakili Pj Bupati Sikka.
Dalam kesempatan ini, Sekda sangat berharap dukungan dari UGM agar bisa mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan pengabdian Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten Sikka. Dengan kegiatan KKN UGM, kata dia, dapat mempercepat pembangunan di Kabupaten Sikka. “Kami berharap melalui kegiatan kerja sama ini akan terjadi transfer ilmu dari UGM kepada universitas lokal yang ada di Kabupaten Sikka. Perlu didorong adanya kerja sama antar perguruan tinggi, yaitu UGM dengan kampus-kampus yang ada di Sikka, dan dengan kolaborasi ini tentunya akan ada riset-riset yang bisa dilakukan bersama”, ungkapnya.
Anggota tim ahli Puspar UGM, Destha Titi Raharjana, mengatakan Kabupaten Sikka mempunyai kekuatan untuk menahan lama tinggal wisatawan karena memiliki pesona budaya dan alam yang beragam dan masih natural. “Sayangnya masih menghadapi sejumlah kendala dalam pemasarannya,” ujarnya.
Berbagai permasalahan yang dihadapi antara lain, pertama ketersediaan moda transportasi udara masih terbatas. Jadwal penerbagangan menuju dan dari Sikka belum mendapat kepastian di setiap harinya. “Sampai saat ini penerbangan masih tergantung dari Labuan Bajo-Manggarai Barat”, terangnya.
Permasalahan Kedua yang dihadapi adalah jarak tempuh perjalanan menuju ke Sikka memerlukan waktu tempuh lebih lama. Ketiga, dari sisi promosi, khususnya lewat pendekatan POSE (Paid Media, Own Media, Social Media, dan Endorse) masih belum serius dan mendapat dukungan fasilitas yang memadai. Belum lagi SDM yang inovatif, dan terbatasnya anggaran untuk ini. “Keempat, pemanfaatan teknologi informasi untuk pemasaran meski sudah dijalankan namun demikian up-dating dan pengemasan promosi lainnya belum banyak dilakukan”, imbuh Desta.
Peneliti lain, Wijaya menyampaikan hasil analisis yang dilakukan Puspar UGM terkait daya tarik wisata mencatat sebanyak 126 objek tersebar di 21 kecamatan. Kecamatan Waigete memiliki jumlah objek daya tarik wisata terbanyak, yaitu 12 objek, diikuti Kecamatan Palue, Alok Timur, dan Kecamatan Magepanda masing-masing 10 objek. Kecamatan dengan jumlah DTW paling sedikit, yaitu Kecamatan Mapitara dan Kecamatan Koting sebanyak 1 objek. Daya tarik wisata alam menempati urutan terbanyak, yaitu 73 objek, disusul wisata budaya 47 objek, dan saya tarik wisata buatan sebanyak 6 objek. “Dari 126 daya tarik wisata terdapat 10 daya tarik wisata unggulan berdasarkan Kriteria Penilaian daya tarik wisata,” katanya.
Wijaya menyebutkan beberapa lokasi objek daya tarik wisata yang potensial dikembnagkan diantranya Pulau Koja Doi, Pantai Mini, Bukit Purba, dan Jembatan Batu, Pulau Pangabatang, Pantai Koka, Sanggar Budaya Bliran Sina, Sanggar Budaya Lepo Lorun, Tanjung Kajuwulu, Wisata Alam Egon, Pulau Babi, Sanggar Budaya Doka Tana Tawa, dan Pantai Paga.
Sementara Ika Racmadhani Kurniawan, asisten peneliti Puspar UGM menambahkan dari analisis kewilayahan pariwisata yang dilakukan Pusat Studi Pariwisata UGM mengusulkan empat Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK), tiga Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK), dan tujuh Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK). Adapun tujuh KSPK Sikka, yaitu KSPK 1 Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Maumere dan sekitarnya, KSPK 2 Kajuwulu-Magepanda dan sekitarnya, KSPK 3 Kota Maumere dan sekitarnya, KSPK 4 Egon-Blidit dan sekitarnya, KSPK 5 Nita-Nelle dan sekitarnya, KSPK 6 Kojowair-Umauta dan sekitarnya, dan KSPK 7 Koka-Paga dan sekitarnya.
Dominggus sebagai pelaku wisata lokal mengakui beragam potensi yang dimiliki Kabupaten Sikka tampaknya belum mampu bersaing dengan destinasi lainnya. Menurutnya sulit bagi Sikka untuk bersaing dengan Labuan Bajo karena statusnya sebagai destinasi super premium yang mendapat sokongan anggaran besar dari pemerintah.“Pembangunan pariwisata Labuan Bajo berskala besar berbasis infrastruktur telah meminggirkan budaya lokal disana. Karenanya kita berusaha agar Sikka harus menjadi antitesis dari Labuan Bajo dan menempatkan budaya sebagai kekuatan yang tidak dimiliki kabupaten sekitarnya”, harapnya.
Kepala Bidang Riset dan Inovasi Daerah Bapperida Kabupaten Sikka Fransiskus Suryanto Nara Bata, ST., M.Sc menyampaikan bahwa pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Sikka menjadi prioritas dalam dua tahun terakhir. Hal ini tertuang dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah. Dukungan pemkab di sektor pariwisata mulai terlihat, seperti kegiatan event pariwisata dan budaya berskala besar mulai diperbanyak, diantaranya Festival Jelajah Maumere yang direncanakan pada 12-14 September mendatang. “Salah satu kegiatan yang sangat menarik di festival tersebut adalah Sikka Fashion Karnaval (SFK) dengan menonjolkan tenun ikat sebagai satu kekuatan Sikka dari aspek budaya”, papar Fransiskus Suryanto.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Superlive.id