Kemacetan lalu lintas dan polusi udara saat ini hampir dialami seluruh kota di dunia. Beberapa permasalahan transportasi lainnya yang umum terjadi adalah ketergantungan pada kendaraan pribadi, ketidaksetaraan akses transportasi, kurangnya transportasi publik, infrastruktur yang tidak ramah bagi pejalan kaki dan pesepeda, kualitas jalan yang buruk, parkir mahal dan terbatas, ketidaksetaraan sosial dalam akses transportasi, serta pembangunan kota yang belum terintegrasi dengan infrastruktur dan layanan transportasi.
Masalah-masalah tersebut tentunya memerlukan pendekatan yang holistik untuk mencapai efisiensi dan keberlanjutan dalam transportasi kota. Untuk mengatasi masalah-masalah ini, kota-kota di seluruh dunia perlu mengembangkan rencana transportasi yang berkelanjutan, meningkatkan transportasi publik, mempromosikan mobilitas berkelanjutan seperti berjalan kaki dan bersepeda, dan memprioritaskan integrasi transportasi dalam perencanaan perkotaan secara keseluruhan.
Promosi mobilitas berkelanjutan dan nyaman bagi pejalan kaki menjadi salah satu elemen penting dalam upaya menciptakan kota yang lebih berkelanjutan. Berbagai upaya terus-menerus dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun berbagai komunitas, namun belum menampakkan hasil yang menggembirakan.
Menurut Kepala Pustral UGM, Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D., salah satu faktor penyebabnya karena besarnya ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi. Integrasi moda merupakan hal yang penting untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut melalui penggunaan moda yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, terutama penggunaan angkutan umum.
Menurutnya upaya tersebut memerlukan dukungan, salah satunya berupa budaya jalan kaki bagi masyarakat dalam mobilitas sehari-hari. Meski begitu hasil penelitian Stanford University di tahun 2022 memperlihatkan bila penduduk Indonesia dinilai penduduk paling malas untuk berjalan kaki.
“Studi tersebut menyebut rata-rata orang Indonesia berjalan kaki hanya 3.513 langkah per hari atau hampir separuh dari warga Hong Kong yang menjadi juara satu dalam daftar penduduk paling rajin berjalan kaki. Masyarakat Hong Kong rata-rata berjalan kaki 6.880 langkah atau 6 km per hari, disusul China dengan rata-rata masyarakat berjalan kaki 6.189 langkah per hari, Ukraina 6.107 langkah, Jepang 6.010 langkah, dan Rusia 5.969,” ujarnya di ruang Sidomukti Wisma Magister Manajemen UGM, Selasa (21/11) saat berlangsung seminar bertema Budaya Pedestrian dan Angkutan Umum di Yogyakarta.
Seminar diselenggarakan Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM bersama Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) dan Korps Alumni Teladan Yogyakarta (KATY). Selain Kepala Pustral UGM, tampak hadir dalam seminar ini Ketua MTI DIY, Muslich Zainal Asikin, dan Dr. Ir. Kuncoro Cahyo Aji, M.Si, staf Ahli Gubernur DIY Bidang Ekonomi dan Pembangunan. Seminar menghadirkan sejumlah pembicara dan juga penanggap antara lain Kepala Dinas Perumahan Umum, Perumahan dan Kawasan Kota Yogyakarta, Ir. Hari Setyowacono, MT selaku, Plt. Kepala Dinas Perhubungan D.I Yogyakarta, Sumariyoto, SE, M.Si, dan Hendra Prakosa Saragih dari Transport and Logistic Strategy Head PT GoTo Gojek Tokopedia, Tbk, serta penanggap Eko Suryo Maharsono, Pemerhati Budaya, dan Abiyyi Rahman Hakim, Komunitas Pedestrian Kota Yogyakarta serta diskusi dipandu Ir. Deni Prasetio Nugroho, S.T., MT, IPM, peneliti Pustral UGM.
Ikaputra dalam kesempatan ini menyampaikan secara panjang lebar terkait kondisi terkini jalur pedestrian bagi masyarakat pengguna angkutan umum di Kota Yogyakarta. Ia berharap sebagai ikon Kota Yogyakarta semestinya mampu mendorong ekosistem transportasi menjadi wadah interaksi interkultural dalam konteks mengakomodasi Keistimewaan Kota Yogyakarta.
Hari Setyowacono sebagai narasumber menyampaikan berbagai hal yang telah dilakukan Dinas Perumahan Umum, Perumahan dan Kawasan Kota Yogyakarta, utamanya terhadap upaya peningkatan keamanan pejalan kaki di Kota Yogyakarta. Upaya tersebut diantara revitalisasi trotoar di beberapa titik termasuk di kawasan Tugu, Jalan Perwakilan, Jalan Sudirman, dan Jalan Senopati.
“Saat ini terdapat 79,8 persen panjang trotoar dari selurung panjang jalan di Kota Yogyakarta. Perawatan rutin yang dilakukan terhadap trotoar di Kota Yogyakarta merupakan bentuk dukungan Dinas Perumahan Umum, Perumahan dan Kawasan Kota Yogyakarta untuk para pejalan kaki di Yogyakarta,” katanya.
Sumariyoto berpandangan angkutan umum berperan penting dalam mewujudkan mobilitas yang berkelanjutan di Kota Yogyakarta. Ia pun menyampaikan terkait beberapa hal yang telah dilakukan Dinas Perhubungan DIY tahun 2022 – 2027, salah satunya adalah bagaimana mewujudkan sustainable mobility di Kota Yogyakarta.
“Beberapa program yang akan maupun sudah dilaksanakan antara lain uji coba project contra flow Trans Jogja, project penyelenggaraan bus listrik, dan project penyelenggaraan becak bertenaga alternatif,” ucapnya.
Sementara itu Hendra Prakosa Saragih menandaskan pentingnya bagaimana sustainable mobility dengan melihat success story dari Go Transit di Jabodetabek yang rencananya juga akan diimplementasikan di kota-kota lain di Indonesia. Disebutnya, layanan Go Transit tidak hanya sebagai upaya perwujudan dari sustainable mobility pembangunan transportasi namun juga untuk mendukung integrasi moda.
Eko Suryo Maharsono dari sisi budaya berpendapat pedestrian semestinya bisa menjadi media saling silaturahmi antar individu. Atau dalam bahasa Jawa disebut sebagai media untuk srawung sehingga kawasan pedestrian nantinya bisa didesign senyaman mungkin untuk para pejalan kaki agar mereka bisa saling berdiskusi, bertatap muka dan berkomunikasi antar pejalan kaki.
“Misalnya kawasan pedestrian dibuat meeting place dengan tempat duduk yang nyaman. Kawasan Malioboro saat ini saya kira bisa dijadikan contoh sebagai kawasan pedestrian yang nyaman,” ungkapnya.
Sedangkan Abiyyi Rahman Hakim mewakili Komunitas Pedestrian Kota Yogyakarta, menyampaikan sebagai komunitas atau pengguna kawasan pedestrian sangat menginginkan adanya perbaikan dalam mendukung kenyamanan para pejalan kaki. Beberapa hal yang diinginkan antara lain, seperti penataan tiang listrik dan penataan integrasi moda dengan penentuan titik halte yang terintegrasi dengan rute pedestrian.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : RRI