
Sebanyak 376 mahasiswa internasional dari berbagai belahan dunia yang tengah menempuh studi di kampus UGM mengikuti rangkaian PIONEER (Program for International Orientation and New-student Empowerment to Enhance Readiness), program orientasi bagi mahasiswa internasional baru. Kegiatan PIONEER resmi dibuka pada Jumat (15/8) di Grha Sabha Pramana UGM.
Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Wening Udasmoro, mengatakan UGM menerima mahasiswa baik dari program non-gelar maupun program gelar yang berasal dari 54 negara. Terdapat 216 mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar, 49 mahasiswa mengikuti program Bahasa Indonesia, 8 mahasiswa mengikuti program intensif, dan 103 mahasiswa mengikuti studi program gelar sarjana, magister, dan doktor. “Kami berharap dapat mempertemukan mahasiswa dari berbagai negara dan fakultas agar dapat saling bekerja sama, membangun jejaring, serta menjalin persahabatan yang berkelanjutan melalui PIONEER ini,” imbuhnya.
Dikatakan Wening, internasionalisasi merupakan salah satu kekuatan UGM, dan mobilitas mahasiswa menjadi salah satu kegiatan utama yang mempererat hubungan dengan mitra. Ia mengungkapkan banyak mahasiswa internasional yang sebelumnya mengikuti short program kemudian kembali ke UGM untuk melanjutkan studi magister atau doktoral. “Selama bertahun-tahun, UGM telah menjadi tuan rumah bagi mahasiswa internasional dan membangun jejaring alumni yang tersebar di seluruh dunia,” katanya.
Dalam sesi Public Lecture, Achmad Munjid, dosen dari Fakultas Ilmu Budaya sekaligus peneliti di Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) UGM, mengajak mahasiswa internasional untuk mengenal sejarah singkat UGM, keberagaman budaya yang terdapat di Indonesia, serta bagaimana UGM berkomitmen untuk mendorong transformasi masyarakat dan kebebasan intelektual serta perubahan sosial berlandaskan Pancasila.
Kenza, mahasiswa asal Prancis yang akan menempuh studi Hukum Internasional di UGM, mengaku sangat antusias dapat belajar di UGM. Ia berharap ia dapat menambah pengetahuan sekaligus memperkaya pemahaman tentang budaya Indonesia dan Asia ketika belajar di UGM. “Saya juga ingin bekerja di kawasan Asia, dan saya rasa Indonesia merupakan salah satu tempat yang menjanjikan untuk mewujudkan harapan saya,” katanya ketika diwawancara wartawan.
Sementara Alex, mahasiswa asal Australia yang akan menempuh studi Biologi di UGM, mengaku senang dengan suasana kampus UGM yang ramah, nyaman, dan memiliki banyak ruang terbuka. Ia menilai atmosfer belajar di UGM akan sangat mendukung dan memberikan pengalaman baru. “Saya berharap saya dapat memperdalam pengetahuan khususnya di bidang lingkungan, sekaligus memperoleh pengalaman belajar di negara tropis yang nantinya bisa saya bawa kembali untuk mendukung studi saya di Melbourne,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa internasional diharapkan tidak hanya menempuh studi di UGM, tetapi juga menjadi bagian dari jaringan global yang dapat terus terhubung dalam jangka panjang, bahkan berpotensi mempererat kerjasama antar institusi ketika nantinya mereka kembali ke negara masing-masing. Dalam rangkaian PIONEER, mahasiswa internasional nantinya juga akan mengikuti agenda pendukung seperti Cultural Immersion & Excursion pada 30 Agustus dan kegiatan belajar Bahasa Indonesia bersama warga lokal pada 20 September mendatang.
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto