Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan summer course dengan tema “Strategies to Develop and Valorise Multifunctional Regenerative Implants and Scaffolds”. Summer course ini merupakan salah satu kegiatan internasionalisasi akademik di Program Studi S3 Ilmu Kedokteran Gigi. Kursus yang berlangsung selama sepekan dari tanggal 10 hingga 14 Juli 2023 ini melibatkan total 111 peserta dari 27 negara (Indonesia, Malaysia, Myanmar, Tiongkok, Jepang, Taiwan, India, Kazakhstan, Iraq, Equador, Venezuela, Mexico, Brazil, Columbia, Argentina, Peru, Mesir, Nigeria, Algeria, Polandia, Jerman, Yunani, UK, Spanyol, Italia, Perancis, dan Rumania). Mahasiswa internasional yang tergabung baik secara daring maupun luring mencapai >50% (59 orang). Adapun dosen internasional yang terlibat membimbing dan memberikan kuliah selama kursus berjumlah 14 orang yang berasal dari 9 negara.
Ketua Program Studi S3 Ilmu Kedokteran Gigi UGM, Widowati Siswomihardjo. menyampaikan bahwa kursus ini didesain agar mahasiswa Indonesia merasakan “International Atmosphere at Home”.
“Kegiatan seperti ini akan mendorong mahasiswa kita memberikan sumbangan yang lebih baik lagi di dunia internasional berbasis bidang keilmuannya. Dan sebaliknya kita juga menginginkan agar masyarakat ilmiah internasional melihat dan merasakan bahwa kita tidak tertinggal jauh dari mereka, baik dari sisi fasilitas, apalagi dari sisi sumber daya manusia. Anak-anak kita, mahasiswa Indonesia dikenal cerdas, tekun, dan mereka sangat adaptif, inovatif, dan terampil melakukan berbagai kegiatan yang menjadi tugasnya, bahkan seandainya itu di luar bidang keilmuannya yang spesifik,”kata Widowati.
Program ini juga merupakan cara UGM memperkenalkan kekayaan Indonesia. Para peserta onsite juga diajak mempelajari tentang Borobudur, saat teknologi mechanical interlocking belum dikenal luas dunia dan ternyata Indonesia sudah memilikinya untuk membangun candi. Peserta juga diajak mengunjungi situs Sangiran, area yang menjadi kekayaan dunia untuk mempelajari sejarah umat manusia, dalam kaitannya dengan penemuan fosil Pithecanthropus erectus yang pertama di dunia yang menunjukkan bahwa Indonesia negara yang maju dan kaya. Selain itu, inovasi dan kemampuan UGM untuk membangun kesejahteraan masyarakat melalui aktivitas penghiliran riset di Kawasan Sains Tekno (KST) UGM di Purwomartani dan Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) di Berbah juga diperkenalkan pada para peserta.
“Intinya kegiatan ini dimaksudkan untuk membuka mata dunia akan kekayaan, keberagaman, inovasi, dan keunggulan Indonesia,” lanjut Widowati.
Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama UGM, khususnya Program Studi S3, dalam Konsorsium BioTUNE (http://www.biotune.upc.edu) yang dikoordinasikan oleh Carlos Mas Moruno. Konsorsium BioTUNE mendapatkan pendanaan dari Marie Sklowdowska Curie Action (MSCA-RISE) dari Uni Eropa. Skema MSCA-RISE mendanai pertukaran mahasiswa dan ilmuwan yang tergabung dalam konsorsium.
“Mobilitas para dosen dan mahasiswa menghadiri summer course ini ditopang oleh pendanaan tersebut. Harapannya, para mahasiswa dan para dosen dapat bertukar ilmu dan nantinya dapat menjalin kerjasama akademik,” ujar Carlos.
Wakil Dekan Bidang Akamik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Gigi, Rosa Amalia, menyampaikan harapan dalam sambutannya agar kegiatan ini menjadi awal kontribusi yang lebih baik dari FKG untuk masyarakat luas. Sampai saat ini implan biomedis adalah bidang yang menjanjikan untuk kedokteran dan kedokteran gigi regeneratif. Namun, kompleksitas kasus klinis bervariasi karena iklim, resistensi antibiotik, penyakit degeneratif, kebersihan mulut yang buruk, dan lain-lain. “Oleh karena itu, saya yakin kursus ini sangat penting bagi mahasiswa yang belajar, bekerja, dan akan berkontribusi di bidang kesehatan,”urainya.
Selama kursus mahasiswa belajar beragam ilmu dan teknologi, seperti teknologi pemolaan mikro dan nano, biomedika, teknologi sensor hingga kecerdasan buatan, serta teknologi “click reaction” yang dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menghasilkan implan dan perancah biomedis berkinerja tinggi, Melalui kursus ini, diharapkan peserta belajar bagaimana mengembangkan material multifungsi yang inovatif untuk menghasilkan generasi baru implan medis dengan potensi instruktif terhadap sel dan antibakteri.
“Ibarat melintasi jalan, sel-sel di tubuh kita harus diberi instruksi. Lanjut, berhenti, ayo berdiferensiasi. Ayo proliferasi tapi jangan berdiferensiasi. Ayo melambat. Ayo proses ini dipercepat. Ayo bergerak ke sana agar menang melawan bakteri, dan sebagainya,” ujar Siti Hawa Ngalim, salah satu pembicara dari USM dalam kursus tersebut. Selain itu, karena kursus ini tidak hanya fokus pada penelitian tetapi juga strategi untuk menghilirkan produk penelitian ke klinik, harapannya peserta dan seluruh yang terlibat dapat berkontribusi lebih baik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.
Penulis: Ika Dewi Ana