Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada menggelar Rapat Terbuka Senat sebagai puncak peringatan Dies Natalis ke-16 pada Senin (27/10) di Gedung Teaching Industry Learning Center (TILC) UGM. Kegiatan bertema ‘Membangun Program Sarjana, Magister, dan Doktor Terapan yang Berdampak’ ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Dr. Dwi Purwantoro, S.T., M.T., yang juga merupakan alumnus UGM. “Kami percaya pendidikan vokasi memiliki peran vital dalam menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menjawab kebutuhan pembangunan infrastruktur nasional,” ujar Dwi Purwantoro.
Dalam sambutannya, Dirjen Dwi Purwantoro menekankan pentingnya sinergi antara lembaga pendidikan dan pemerintah dalam mendukung program ketahanan pangan, energi, dan air. Ia menjelaskan, pengelolaan sumber daya air saat ini tidak lagi sekadar pembangunan fisik, tetapi juga berbasis pada prinsip keberlanjutan. “Kami mengembangkan konsep smart water management agar penggunaan air dapat dikelola secara efisien dan berkelanjutan, sekaligus melibatkan masyarakat dalam setiap tahap pembangunan,” tuturnya.

Dwi mengapresiasi kiprah Sekolah Vokasi UGM dalam mencetak lulusan yang siap bekerja di bidang teknik sipil dan lingkungan. Menurutnya, lulusan terapan memiliki keunggulan karena langsung memahami kebutuhan dunia industri. “Di kementerian kami, tidak ada perbedaan antara sarjana reguler dan sarjana terapan, yang kami nilai adalah kompetensi dan kemampuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan lapangan,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya inovasi dalam pengelolaan air berbasis ekologi, seperti pembangunan bendungan ramah lingkungan dan rehabilitasi daerah tangkapan air. Ia menegaskan bahwa kolaborasi dengan perguruan tinggi dibutuhkan agar proyek infrastruktur dapat berjalan beriringan dengan konservasi alam. “Kita tidak hanya membangun bendungan atau jaringan irigasi, tetapi juga menjaga agar ekosistem sungai tetap hidup dan mendukung keberlanjutan lingkungan,” jelasnya.

Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Wening Udasmoro, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap capaian Sekolah Vokasi selama 16 tahun perjalanan. Ia menilai SV UGM berhasil mentransformasikan diri dari pendidikan diploma menjadi pendidikan vokasi modern yang adaptif terhadap kebutuhan zaman. “Sekolah Vokasi adalah contoh nyata bagaimana institusi pendidikan mampu bertransformasi cepat dengan semangat kolaboratif dan progresif,” ujar Wening.
Wening juga menegaskan bahwa kekuatan UGM bukan hanya pada sumber daya finansial, melainkan pada modal sosial yang dimiliki oleh para sivitas. Ia mendorong pemanfaatan jejaring sosial, kerja sama lintas disiplin, serta kolaborasi internasional untuk memperkuat posisi UGM di tingkat global. “Kekuatan UGM ada pada social capital dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa yang saling menguatkan dan berkontribusi bagi bangsa,” tuturnya.
Lebih jauh, Wening menjelaskan bahwa modal sosial yang kuat dapat berkembang menjadi modal finansial apabila dikelola dengan kolaborasi dan kepercayaan. Menurutnya, jejaring akademik dan profesional yang dibangun melalui riset, pengabdian, maupun kerja sama industri akan menghasilkan nilai ekonomi yang berkelanjutan bagi universitas. “Ketika social capital tumbuh menjadi financial capital, maka dampaknya bukan hanya bagi institusi, tetapi juga memperkuat kontribusi UGM terhadap pembangunan nasional,” ungkapnya.

Dekan Sekolah Vokasi UGM, Prof. Agus Maryono, dalam laporan tahunan menyampaikan bahwa SV UGM kini mengelola 22 program sarjana terapan, dua program magister terapan, dan sedang memproses pendirian enam program magister serta satu doktor terapan. Menurutnya, langkah ini menjadi tonggak penting dalam membangun pendidikan vokasi bertaraf internasional. “Kami terus mendorong pengembangan pendidikan terapan yang berdampak melalui riset inovatif, teaching factory, dan kerja sama strategis dengan industri,” ujarnya.
Selain penguatan akademik, Sekolah Vokasi UGM juga mencatat berbagai capaian membanggakan sepanjang tahun 2025. Sebanyak 1.601 mahasiswa mengikuti magang profesional, 2.703 mahasiswa menerima beasiswa, dan 50 persen lulusan telah bekerja sebelum lulus. “Capaian ini menunjukkan relevansi tinggi antara kurikulum dan kebutuhan industri, sekaligus menegaskan komitmen kami dalam menyiapkan lulusan vokasi yang kompeten, berkarakter, dan berdampak bagi masyarakat,” tegas Agus.
Sebagai penutup, Dekan menegaskan bahwa Sekolah Vokasi UGM akan terus memperkuat perannya sebagai pusat keunggulan pendidikan terapan yang berorientasi pada solusi nyata bagi bangsa. Ia menilai, masa depan pendidikan vokasi tidak hanya ditentukan oleh keahlian teknis, tetapi juga kemampuan berinovasi dan berkolaborasi lintas sektor. “Kami ingin menjadikan Sekolah Vokasi UGM sebagai driving force pendidikan terapan Indonesia, tempat lahirnya profesional muda yang tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga memiliki empati sosial dan semangat membangun negeri,” ungkapnya.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto
