Regional Center of Expertise (RCE) Yogyakarta mengadakan workshop dan expo pada hari Minggu, (29/10) di Wisma MM UGM. Kegiatan ini mengusung tema “Strategi Implementasi Education for Sustainable Development (ESD) dalam Rangka Mendukung Sustainable Development Goals (SDGs)”. RCE merupakan jejaring internasional dengan anggota para pakar yang peduli dan perhatian terhadap kelestarian dan keberlanjutan bumi dari sisi lingkungan, sosial, dan pendidikan. Sustainable Development Goals (SDGs) adalah target pemerintah melalui Bappenas yang sudah ditentukan oleh PBB yang sampai dengan tahun 2030 menjadi indikator pembangunan dunia. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengundang dosen, praktisi, guru, pemerintah, komunitas dan masyarakat yang telah melaksanakan implementasi ESD secara berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) diperlukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi yang akan datang. Pendidikan tinggi merupakan pusat informasi dan tempat pembelajaran baik bagi mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya dan memegang peranan penting dalam penyelesaian berbagai permasalahan yang timbul di masyarakat seperti penanganan bencana alam, perubahan iklim, perubahan pola penularan penyakit, kekeringan berkepanjangan, banjir yang meluas, dan masalah lainnya yang terjadi sebagai salah satu akibat ulah manusia yang menyimpang dari sistem alam yang berkesinambungan. Usaha-usaha untuk mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat agar menghentikan perilaku yang merusak serta memulai mengembangkan kesadaran, kemampuan dan kemauan untuk memperbaiki kondisi unsustainable menjadi sustainable perlu dilakukan.
Education for Sustainable Development (ESD) merupakan salah satu metode pembelajaran yang diperlukan untuk pemecahan masalah tersebut di atas yang dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal, informal dan non formal untuk memberikan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan serta sekaligus dapat memperbaiki perilaku ke arah sustainability. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dosen atau guru sebagai ilmuwan dan pendidik profesional bertugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) berbasis ESD melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk itu UGM sebagai pioneer pelaksanaan ESD di Indonesia perlu menyebarluaskan konsep tersebut dikalangan masyarakat, baik masyarakat di lingkungan kampus maupun masyarakat pada umumnya.
Universitas Gadjah Mada sebagai koordinator RCE Yogyakarta telah mengimplementasikan Sustainable Development Goals (SDGs) yang sinergis dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Education for Sustainable Development berbasis masyarakat memerlukan peran universitas, sekolah, komunitas, instansi pemerintah dan non pemerintah untuk menyukseskan SDGs. Dukungan dari seluruh stakeholders dalam hal ini penting untuk meningkatkan dan menegaskan kembali komitmen bersama implementasi ESD. Oleh karena itu, maka perlu diadakan pertemuan dari penggiat atau pelaku ESD untuk dapat saling berbagi atau sharing pengalaman untuk mengimplementasikan ESD dengan strategi yang tepat
Kegiatan workshop menghadirkan dua pembicara yaitu Dr. Didik Wardaya, M.Pd. selaku Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY dan Agung Prasetya, M.Sc. selaku Project Associate (Learning) United Nations Development Programme (UNDP). Beberapa komunitas diundang dalam kegiatan ini seperti desa apps, komunitas pendidikan inklusifitas, pendidikan marginal, komunitas yang menangani masalah plastik dan sebagainya. Agenda setelah workshop adalah dilaksanakan diskusi antar peserta yang dibagi menjadi tiga kluster topik besar yaitu kluster pendidikan dan sosial, kluster ekonomi dan pertanian serta kluster lingkungan dan energi. Sesi yang terakhir adalah pemaparan hasil kajian diskusi yang akan menjadi landasan dalam melaksanakan program-program dan kolaborasi kegiatan bersama.
Prof. Ir. Nanung Agus Fitriyanto, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPM. selaku Kepala Subdirektorat Kuliah Kerja Nyata mengatakan bahwa bumi tidak bisa menjadi tanggung jawab satu atau dua orang saja, melainkan harus semua elemen saling menguatkan. “Adanya kegiatan ini yang rutin mampu menjaga semangat para penggiat atau pelaku ESD dikarenakan bertemu dalam wahana ini akan dapat saling berbagi. Kedua, supaya bisa mempengaruhi pihak lain yang akan menarik pada hal positif. Apalagi sekarang isunya sampah, sehingga bisa dipikirkan bersama, bertemu bersama, dan berbagi rencana aksi kira-kira mau melaksanakan apa dengan kerja sama dengan semua pihak”, ungkapnya.
Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat, Amin Susiatmojo, S.Pt., M.Sc., berharap dengan pelaksanaan kegiatan ini para peserta sedang berproses menuju tahap selanjutnya. Mereka bisa mendapatkan pengalaman dan masukan tentang berbagai macam kegiatan-kegiatan yang sudah ada di komunitas sehingga lebih bisa terbangun untuk bersama-sama menyelamatkan bumi.
“Menyelamatkan bumi itu tidak hanya dari sisi fisik, termasuk sisi pemikiran dan berbagai macam cara lainnya. Mungkin mereka terlibat dalam komunitas yang lebih kecil yang artinya ada yang terlibat di dalam sekolah atau dalam bidang pangan, tapi sama-sama dari gerakan kecil ini bisa melahirkan generasi-generasi baru. Kemudian pada akhirnya akan banyak regenerasi yang dilakukan teman-teman komunitas yang secara tidak langsung pendidikan informalnya akan berkembang. Hal tersebut akan mendukung pendidikan formal yang sudah dilakukan oleh SD, SMP, SMA atau Perguruan Tinggi,” pungkasnya.
Penulis: Rifai