Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG (K), Ph.D., dan Kepala Balai Taman Nasional Alas Purwo, Novita Kusumawardani, melepas sekitar 60 ekor tukik di pantai Trianggulasi, daerah kawasan taman nasional Alas purwo, Sabtu (29/7). Penyu yang dilepas terdiri dari 40 jenis penyu abu-abu dan 20 jenis penyu hijau. Pelepasan puluhan tukik ini sebagai bentuk upaya pelestarian dan menjaga konservasi keberadaan penyu langka dan dilindungi di Indonesia.
Rektor UGM mengatakan pelepasan Penyu bersama dengan pengelola Taman Nasional Alas Purwo bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dengan mengkonservasi hewan langka di Indonesia yang ada di sekitar taman Nasional.
“Misi dari kita memperkuat program SDGs tentang sustainability. Kita semua menjaga kelestarian SDGs ke depan bahwa keberlanjutan adalah hal yang penting agar menjaga keseimbangan alam dengan menjaga habitat,” kata Rektor.
Pelepasan tukik ini menurut Rektor menandai secara simbolis kerja sama dengan Balai Konservasi Taman Nasional dalam memperkuat pengembangan di bidang pendidikan dan penelitian. “Kita ingin kerja sama dalam pemberdayaan dan konservasi yang lebih produktif lagi,” kata Novita.
Novita mengatakan keberadaan taman nasional alas Purwo memerlukan dukungan dari para akademisi dalam mendukung kelestarian flora dan fauna di kawasan taman nasional. “Kita berharap dukungan dari akademisi ke depan dalam hal pelestarian taman nasional terkait dengan aktivitas penelitian dan pendidikan, dan kelestarian taman nasional menjadi tanggung jawab kita semua,”ujarnya.
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Alas Purwo Wilayah II Muncar, Noviani Utami, menambahkan pelepasan tukik ke laut lepas merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh pengelola Balai Taman Nasional Alas Purwo. Bahkan pelepasan penyu untuk pengunjung dilakukan di setiap akhir pekan untuk mengedukasi pengunjung tentang pentingnya pelestarian hewan yang dilindungi. “Pelepasan tukik sebagai bentuk konservasi penyu agar masyarakat juga ikut menjaga dan melestarikan penyu di taman nasional ini,” kata Novi.
Ia menyebutkan aktivitas pelestarian penyu dengan menyelamatkan sarang penyu dan melepas tukik di laut lepas sudah dilakukan sejak era tahun 1980-an. Dimulai dari kegiatan patroli yang dilakukan setiap malam mencari sarang telur penyu yang kemudian telurnya dipindahkan di lokasi penangkaran penyu di daerah pantai Ngagelan. “Kita melakukan patroli sekitar 18,5 kilometer setiap malam di sepanjang pantai,” jelasnya.
Selain telur penyu, tidak jarang mereka menemukan indukan penyu yang kemudian ditandai sebagai penyu yang pernah mendarat di lautan Indonesia. “Jika ada indukan penyu lalu kita tagging agar ada informasi dari Indonesia, KLHK, TNAP, dan nomor penyu. jika mendarat lagi atau berada di dunia belahan lain maka orang akan tahu,” katanya.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang jenis penyu yang ada di alas purwo, Novi menyebutkan ada empat jenis penyu dari enam jenis penyu yang pernah mendarat di pantai seluruh Indonesia. Keempat jenis penyu tersebut adalah penyu hijau, penyu sisik, penyu belimbing dan penyu abu-abu. Lalu di sepanjang tahun ini, pihaknya sudah menemukan sekitar 1.50 sarang penyu yang berhasil kita selamatkan dari alam. “Telur kita tetaskan di tempat penangkaran penyu Ngagelan sekitar 80 persen nantinya akan menetas, sebagian besar dirilis di alam dan sebagian kecil untuk kegiatan pendidikan,” katanya.
Penulis: Gusti Grehenson
Foto : Firsto