
Universitas Gadjah Mada menunjukkan komitmennya dalam perbaikan tata kelola sampah secara mandiri dalam rangka ikut menanggulangi persoalan sampah di tanah air. Setiap harinya, sebanyak 6-7 kubik sampah yang sudah terpilah dikumpulkan dari kawasan kampus dan selanjutnya diolah secara mandiri di Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM, di Desa Berbah, Kalitirto, Sleman, Yogyakarta.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D., mengatakan permasalahan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif dari komunitas akademik. “Tentunya harus ada gerakan-gerakan nyata, tapi ternyata sangat tidak mudah ya untuk merubah perilaku. Saya mengusulkan memang perlu ada semacam gimmick, mungkin seperti award untuk kantin, atau apapun itu yang dilakukan oleh Satgas Sampah untuk mendorong peran UGM dalam menyelamatkan bumi,” ujar Rektor di acara deklarasi pengelolaan dan pengurangan sampah untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), Kamis (20/2), di PIAT UGM.
Rektor mengapresiasi para pengelola PIAT yang telah terjun langsung dan terus mempromosikan ekosistem pengelolaan sampah dari hulu sampai hilir yang ada di universitas. Tidak hanya PIAT, Rektor juga mengapresiasi komunitas mahasiswa Lokalogi yang ikut menanggulangi sampah di setiap kegiatan di kampus serta peran mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ikut menanggulangi persoalan sampah di daerah. Apa yang dilakukan para sivitas akademika di kampus ini menurutnya sebagai investasi modal dalam pengelolaan lingkungan berkelanjutan untuk masa depan. “UGM mendeklarasikan komitmen pengelolaan sampah, dan saya mengajak semua komponen bisa saling berkolaborasi dalam pengelolaan sampah di lingkungan kampus, wilayah DI Yogyakarta, ataupun di wilayah Indonesia,” tuturnya.
Direktur DPKM, Dr. dr. Rustamadji, M.Kes., dalam laporannya menjelaskan berbagai bentuk aksi nyata yang telah UGM lakukan pada program pengelolaan sampah secara internal. Hal ini meliputi pemilahan sampah terstruktur, pengolahan sampah organik menjadi pupuk, program bank sampah, serta pemanfaatan aplikasi digital untuk memantau dan mengelola data sampah serta menggunakan alat pencacah plastik guna mendukung proses daur ulang. Selain itu, UGM terus meningkatkan sosialisasi dan edukasi terkait pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Workshop dan pelatihan mengenai pemilahan dan pengolahan sampah telah dilaksanakan di berbagai fakultas guna memperkuat kesadaran sivitas akademika. “Saat ini backbone dari pengelolaan sampah masih di Direktorat Aset sebagai pengumpul lalu dibawa ke PIAT. Di sini sampah kemudian diolah dan dilakukan pengelolaan menjadi bentuk-bentuk lain dengan nilai ekonomi tentunya,” jelas Rustamadji.
Meskipun telah menunjukkan banyak kemajuan dalam pengelolaan sampah, UGM masih menghadapi sejumlah tantangan seperti kurangnya kesadaran dalam pemilahan sampah dan keterbatasan infrastruktur. Untuk mengatasi hal ini, Rustamadji berujar UGM akan meningkatkan sosialisasi dan edukasi secara berkelanjutan, serta pengadaan sarana dan prasarana melalui peningkatan kerja sama dengan berbagai pihak eksternal. “Dan yang terakhir adalah penguatan regulasi internal dan insentif bagi unit kerja yang berkomitmen dalam pengelolaan sampah,” tegasnya.
Sebelum deklarasi ‘Kolaborasi Sivitas Akademika UGM Wujudkan Kampus Peduli Sampah’ dilakukan, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si diminta untuk mendefinisikan kembali komitmen dari seluruh peserta yang hadir. Ia berpesan agar deklarasi ini tidak hanya menjadi wacana semata tanpa ada inisiatif pengelolaan sampah ke depannya, terutama bagi dosen yang bertugas sebagai pendidik. Baginya, pendidik bukan hanya belajar teori tetapi juga erat kaitannya dengan kompetensi dalam memproduksi gagasan-gagasan untuk menjadikan mahasiswa atau masyarakat memiliki perilaku yang adaptif, salah satunya terbiasa memilah dan mengolah sampah. “Memilah harus menjadi kebiasaan kita sehari-hari, dan pengelolaan sampah dari sumber artinya kita harus memikirkan kira-kira ketika kita memproduksi sesuatu, ya sudah harus dipikirkan antisipasi pengolahannya bagaimana,” tegasnya.
Arie kemudian membacakan deklarasi yang kemudian diikuti oleh seluruh peserta yang hadir. Isi deklarasi tersebut berupa mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai, tertib memilah sampah sesuai dengan jenis, memulai pengolahan sampah mulai dari sumber, serta turut melaksanakan edukasi pengelolaan sampah. Selesai deklarasi, seluruh peserta diajak untuk mengunjungi Rumah Inovasi Daur Ulang (RINDU) yang merupakan fasilitas pengolahan sampah di PIAT UGM. Berlokasi di Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, RINDU berperan sebagai pusat penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat dalam bidang pengelolaan sampah dan limbah. Dengan berbagai inisiatif ini, UGM bertekad menjadi contoh bagi perguruan tinggi lainnya dalam pengelolaan sampah secara mandiri dan berkelanjutan. Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2025 ini menjadi momentum bagi UGM untuk semakin memperkuat komitmen dalam menciptakan lingkungan kampus yang bersih, hijau, dan berkelanjutan.
Penulis : Triya Andriyani
Foto. : Donnie