
Dalam kehidupan di kampus, relasi sosial terbentuk melalui interaksi yang beragam. Sebagai upaya untuk mewujudkan kehidupan sosial kampus yang sehat, inklusif, dan berkeadilan, Universitas Gadjah Mada (UGM) telah meluncurkan dua inisiatif penting yakni Buku Pegangan Relasi Sehat dan Platform AI Bahasa Inggris (UGM AI). Peluncuran ini kemudian diresmikan di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Kamis (17/7).
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, menyampaikan bahwa penerbitan Buku Pegangan Relasi Sehat ini merupakan realisasi dari mimpi bersama yang telah disusun atas kesadaran kolektif akan pentingnya membangun relasi sosial yang sehat di lingkungan kampus. “Di UGM, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan dosen berasal dari berbagai latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan karakter. Potensi relasi yang tidak sehat bisa muncul jika kita tidak memiliki panduan bersama. Semoga buku ini menjadi sumber rujukan untuk membentuk relasi yang lebih harmonis, adil, dan inklusif di kampus,” tuturnya.
Selain peluncuran buku, Rektor UGM juga memperkenalkan UGM AI, sebuah platform pembelajaran bahasa Inggris berbasis kecerdasan buatan yang dikembangkan untuk meningkatkan literasi bahasa asing di kalangan mahasiswa. “Kami ingin para lulusan UGM untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara aktif dan memiliki kompetensi berbahasa yang akan meningkatkan daya saing mereka di dunia kerja,” ujar Rektor.
Prof. Wening Udasmoro, selaku Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM sekaligus penanggung jawab dari penyusunan buku ini menyatakan bahwa Buku Pegangan Relasi Sehat ini merupakan buku pertama di UGM yang menjadi pegangan relasi yang aman, nyaman bebas kekerasan. “Buku ini disusun secara kolaboratif. Tidak hanya menyajikan konsep-konsep teoritis saja, tetapi juga disertai dengan contoh-contoh relevan dan ilustrasi yang menarik agar mudah dipahami dan diaplikasikan oleh pembacanya,” jelasnya.
Wening dalam laporannya juga mengungkapkan bahwa proses penyusunan buku ini memakan waktu beberapa bulan dengan melibatkan tim untuk bisa mengambil berbagai perspektif dan keahlian. “Kami membuat buku ini sebagai bagian penting dari upaya peningkatan kesadaran relasi sosial di kehidupan kampus yang inklusif. Buku ini mengajak kita untuk menghormati sesama tanpa memandang usia, jabatan, atau latar belakang,” imbuhnya.
Dr. Mardhani Riasetiawan, Kepala Biro Transformasi Digital UGM, menjelaskan bahwa UGM AI ini menyajikan berbagai modul pembelajaran yang telah disiapkan oleh tim dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Modul-modul ini tersedia di UGM Online dan dimulai dari screening test untuk mengukur kemampuan awal mahasiswa. “Dalam platform ini, mahasiswa bisa belajar materi, mengikuti latihan, dan melakukan tes penyaringan kemampuan. Nantinya, mahasiswa akan memperoleh hasil dan bisa mengakses sumber belajar tambahan,” jelasnya.
Platform UGM AI dirancang sebagai alat bantu belajar yang adil dan konstruktif. Sehingga platform ini memungkinkan semua mahasiswa, terlepas dari latar belakang kemampuan awal mereka, untuk berkembang secara setara dan terarah. Ke depannya, platform ini juga akan direplikasi untuk bahasa asing lainnya dan dikembangkan menjadi Massive Open Online Course (MOOC) berbasis AI, sehingga mahasiswa dapat belajar bahasa secara mandiri dan fleksibel.
Peluncuran Buku Pegangan Relasi Sehat dan UGM AI ini mencerminkan komitmen UGM untuk menciptakan lingkungan akademik yang berkeadilan dalam membangun ekosistem pembelajaran. Tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan. Kedua inisiatif ini diharapkan dapat menjadi fondasi kuat dalam menciptakan lingkungan kampus yang sehat, inklusif, dan berkeadilan sehingga dapat meningkatkan kompetensi secara global.
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto