Universitas Gadjah Mada berkomitmen untuk membentuk ekosistem pembelajaran yang aman, nyaman, inklusif, dan bertanggung jawab sosial. Oleh karena itu, UGM telah mendeklarasikan diri sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak mentoleransi terhadap berbagai bentuk kekerasan, pelecehan hingga perundungan. Hal itu dikemukakan oleh Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D., dalam Temu Orang Tua Mahasiswa Baru di Grha Sabha Pramana, Senin (29/7).
Kebijakan tidak akan pernah memberikan bentuk toleransi terhadap berbagai kekerasan baik fisik dan mental ini dilakukan UGM dalam mendukung keberhasilan proses pendidikan merupakan hasil sinergi antara institusi pendidikan tinggi dan peran semua pihak, termasuk para orang tua. “Kita harus membentuk ekosistem pembelajaran yang saling menopang satu sama lain dalam mewujudkan capaian prestasi akademik terbaik bagi putera puteri kita semua,” ucap Ova.
Ova juga menyinggung terkait ketahanan mental bagi mahasiswa karena paparan informasi yang begitu beragam. Data menunjukkan bahwa 40 persen mahasiswa baru di UGM mempunyai potensi untuk mengalami masalah kesehatan mental. “Di sini peran ibu dan bapak dalam memberikan semangat, untuk terus menyapa putra putrinya, menanyakan kemajuan, dan juga hal-hal non akademik lainnya karena perubahan yang mereka alami tentunya membutuhkan penyesuaian,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sudjito, S.Sos., M.Si. menyampaikan ucapan selamat kepada para orang tua yang telah berhasil mengantar putera dan puterinya memasuki proses pendidikan tinggi di UGM. “UGM sebagai Universitas Nasional, Pancasila, Kerakyatan, Pusat Kebudayaan, dan juga Universitas Perjuangan memiliki visi besar untuk selalu berupaya melestarikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang unggul melalui kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. UGM menjalankan amanah tersebut melalui proses mendidik agar para mahasiswa baru menjadi intelektual dan pemimpin masa depan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Arie menjelaskan komitmen UGM dalam pengelolaan kemahasiswaan dilakukan melalui beberapa hal seperti layanan beasiswa, dukungan pengembangan karakter dan kreativitas mahasiswa, layanan sosial bagi mahasiswa UGM, peminjaman laptop dan sepeda untuk mahasiswa, serta dukungan bagi mahasiswa difabel. “Aktivitas mahasiswa begitu beragam, jadi UGM perlu memfasilitasi dan memberikan perlindungan agar mahasiswa bisa belajar nyaman mengikuti proses perkuliahan,” tuturnya.
Arie berpesan bahwa peran dan partisipasi orang tua sangat diperlukan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang unggul. “Mari kita bersama mendidik anak-anak kita untuk menjadi dewasa, disiplin, bisa berkreasi dengan kecerdasan akademik yang mereka dapatkan sehingga mereka bisa menjadi manusia yang sukses,” tutup Arie.
Elfa Harningsih, ibu dari Asysyfa Maisarah, salah satu mahasiswa baru di Prodi Akuntansi UGM, mengungkapkan rasa bangganya bisa melewati semua tahapan panjang sejak sekolah dasar sampai SMA hingga akhirnya dinyatakan lolos seleksi menjadi mahasiswa baru UGM. Menjadi perwakilan orang tua mahasiswa baru untuk memberikan sambutan, ia menyampaikan rasa terima kasihnya karena UGM telah memberikan beasiswa subsidi UKT 0 kepada mahasiswa tidak mampu yang kurang beruntung secara ekonomi.
Perempuan yang tinggal di Sumatera Barat ini berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga yang terkadang membantu suaminya untuk menjadi buruh tani di perkebunan jeruk milik orang lain di Desa Naniang, Kabupaten Lima Puluh Kota.
“Bisa mengenyam pendidikan di kampus biru tentu menjadi kebanggaan sebagai orang tua karena UGM menjadi mimpi banyak anak di Indonesia. Kita harus bersyukur kepada Tuhan yang masih menjaga kita dengan banyak impian-impian besar tentang masa depan anak-anak kita nanti,” tuturnya.
Kegiatan Temu Orang Tua Mahasiswa Baru siang itu ditutup dengan penayangan video profil mahasiswa yang menjadi perwakilan untuk mendapatkan subsidi UKT 0. Selain Asysyfa, masih ada lima mahasiswa baru lainnya yang berasal dari beragam Fakultas yang ikut diliput dalam video. Video tersebut menunjukkan bahwa UGM ingin berkontribusi dalam mencerdaskan anak bangsa meskipun berada dalam kondisi ekonomi yang kurang beruntung.
Kegiatan temu orang tua ini dilakukan secara hibrid, yakni sebagian datang ke Grha Sabha Pramana dan sebagian lainnya menyaksikan kegiatan tersebut secara daring. Di samping untuk mempererat hubungan antara orang tua mahasiswa dengan jajaran pimpinan universitas dan fakultas, dalam Temu Orang Tua juga disampaikan penjelasan terkait proses pendidikan dan pengajaran yang ada di UGM.
Penulis : Triya Andriyani
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie