
Gerakan anak muda menjadi salah satu kunci dalam mengentaskan masalah sampah di Yogyakarta. Kali ini, start-up Renou rintisan mahasiswa UGM hadir menghadirkan inovasi pengolahan sampah menjadi produk mebel atau perabotan. Hadir dalam UGM Podcast, Jumat (22/8), Alan Putra Wijaya, mahasiswa program studi Manajemen, FEB UGM dan Muhammad Fikri Iedfi Darmawan, mahasiswa program studi Teknik Infrastruktur Lingkungan, Fakultas Teknik UGM, membagikan perjalanan mereka merintis bisnis yang berangkat dari keresahan terhadap krisis sampah di Yogyakarta.
Renou merupakan start-up yang mengolah limbah plastik menjadi barang jadi, khususnya jenis sampah High-Density Polyethylene (HDPE). Sampah jenis ini dapat ditemukan di kemasan deterjen, sampo, hingga botol plastik. Disampaikan Alan Putra Wijaya, mahasiswa program studi Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM bahwa ide bisnis ini berawal dari tugas mata kuliah di semester 4. Pada saat itu, Yogyakarta diumumkan sebagai wilayah yang sedang mengalami krisis sampah. Alan berinisiatif membuat bisnis yang dapat berkontribusi menyelesaikan masalah tersebut.
“Waktu itu ada program kemasyarakatan namanya srawung desa, kita belajar di desa pembuatan maggot. Di situlah muncul keinginan untuk ikut mengatasi krisis sampah melalui komunitas masyarakat,” ujar Alan. Ia menyadari bahwa inovasi pengolahan sampah banyak muncul secara organik di masyarakat, namun belum ada industri yang dikenal di bidang pengelolaan sampah anorganik.
Nama “Renou” sendiri dimunculkan karena ingin membawa kesan yang mudah diingat dan catchy. Kata seperti eco, renewable, ataupun green sudah banyak digunakan, sehingga Alan dan tim berusaha keras mencari nama yang belum pernah ada sebelumnya. Ia mengakui nama “Renou” awalnya adalah modifikasi dari proses brainstorming tim bersama ChatGPT. “Karena kita sebenarnya bukan orang yang kreatif ya, jadi sempat kebingungan mencari nama. Awalnya renew kita ubah jadi Renou supaya lebih unik,” tambah Alan.
Ditanya soal perencanaan hingga berhasil menjadi bisnis start-up, Alan dan tim telah melewati proses panjang riset hingga kurang lebih empat bulan. Mulai dari memahami jenis plastik, memilah, hingga mencari mitra untuk mendapatkan limbah plastik untuk diolah menjadi produk mebel. Proses ini tentunya tidak hanya dilakukan sendiri oleh Alan. Bersama tim dan pihak profesional, mereka belajar secara perlahan memahami proses pengolahan sampah dan bagaimana industri bekerja.
Salah satu tantangan yang hadir pada bisnis Renou saat ini adalah mencari limbah plastik yang sesuai. Muhammad Fikri Iedfi Darmawan, mahasiswa program studi Teknik Infrastruktur Lingkungan, Fakultas Teknik UGM menjelaskan berbagai kesulitan dalam proses mengolah limbah plastik. Secara spesifik, jenis plastik yang diolah Renou adalah tutup botol plastik yang banyak ditemukan. Namun ternyata mengumpulkan puluhan kilo jenis sampah tersebut memerlukan kerja sama yang baik dengan pemerintah daerah dan jejaring tempat pembuangan sampah.
“Untuk bikin satu produk itu membutuhkan 10-11 kilogram sampah tutup botol plastik. Tapi kan masih ada botolnya, itu tetap kita kirim ke mitra kami sehingga tidak menghasilkan sampah kembali,” ungkap Fikri. Selain itu, residu bekas proses pengolahan tetap dikelola kembali menjadi barang-barang lain seperti gelang, kabinet, dan lain-lain. Prinsip utama Renou adalah mengolah limbah dengan tidak kembali menghasilkan limbah.
Meskipun masih berstatus sebagai mahasiswa, Alan dan Fikri tetap berusaha menjaga agar proses bisnis dapat berjalan. Mereka mengakui bahwa tidak mudah membagi waktu antara kebutuhan bisnis dengan kewajiban belajar mahasiswa. Oleh karena itu, dukungan banyak pihak juga menjadi salah satu pijakan utama bagi keberlanjutan bisnis Renou.
Baik Alan maupun Fikri menyadari bahwa masalah sampah tidak dapat diselesaikan tanpa kolaborasi dan sinergi dari banyak sektor. Pengelolaan mulai hulu ke hilir adalah sebuah kesatuan sistem yang melewati berbagai proses, termasuk dalam diri individu itu sendiri. Maka sebagai wirausaha muda, Alan dan Fikri berharap Renou dapat terus menginspirasi gerakan dan inovasi pengelolaan lingkungan di masa depan.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie