Data BAdan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa 64% UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. Sayangnya, jumlah tersebut masih tergolong pada kelompok mikro karena kurangnya kesempatan bekerja di tempat lain. Dalam upaya memperkuat peran perempuan dalam UMKM, UGM telah memiliki program pemberdayaan perempuan yang diperkuat melalui kerja sama lintas sektor dengan melibatkan ribuan mahasiswa.
Kali ini, UGM menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY an Exporthub.id untuk menaikkan kelas UMKM ke ranah digital dan global. Sebanyak 51 UMKM Global on boarding e-commerce, 102 UMKM lokal in boarding e-commerce, dan 3 produk menjadi mitra exporthub.id dan masuk ke pasar lokal dan global.
Erlina Hidayati Sumardi, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk DIY mengatakan perempuan memiliki kompetensi dan peluang yang besar dalam menggerakan perekonomian negara, namun masih banyak kendala dan hambatan. Menurutnya perlu kolaborasi bersama untuk membangun semangat, pengetahuan, dan kompetensi perempuan guna mendorong produk-produk UMKM memasuki pasar global.
Amalia Prabowo, selaku Presiden Direktur Exporthub.id, dari 90% UMKM yang dikelola oleh perempuan, hanya 24% yang sudah menggunakan e-commerce. Sedangkan pada tahun 2025 mendatang, Indonesia diperkirakan akan menguasai e-commerce di Asia Tenggara. Tentunya diperlukan pelatihan dan pendampingan agar produk UMKM mampu berdaya saing di pasar global.
Hambatan perempuan dalam UMKM seringkali muncul karena kurangnya waktu untuk mengelola bisnis. Banyak kasus ditemui ketika ibu rumah tangga yang memiliki usaha sudah menghabiskan banyak waktu untuk produksi dan mengurus keluarga. Padahal, aspek pemasaran menjadi unsur krusial dalam sebuah usaha. Alhasil banyak UMKM yang hanya dijadikan sebagai penghasilan sampingan dan sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Dibutuhkan tidak hanya pelatihan, tapi juga pendampingan melekat. Dalam program kolaborasi dengan UGM, Kami sudah ada 1.600 mahasiswa yang sudah terbukti satu minggunya bisa menghasilkan 1,5-5 juta rupiah. Itu hanya 10% dari commission fee,” terang Amalia kongres Rembug Perempuan Jogja di Grha Sabha Pramana UGM pada Kamis (28/11).
Menurutnya, upaya kolaborasi ini dinilai mampu menjadi solusi bagi ibu rumah tangga yang ingin meningkatkan bisnisnya, namun tetap menjaga agar revenue stream tetap berjalan.
Dengan menyerahkan sistem pemasaran operasional pada mahasiswa afiliator, pemilik usaha dapat berfokus untuk memproduksi dan terus berinovasi dengan produknya. Amalia menekankan, penting bagi pemilik usaha untuk mengevaluasi dan berinovasi dengan produknya agar tetap diminati konsumen. Harapannya, kolaborasi Exporthub.id dengan UGM mampu memberikan formula yang menyelesaikan hambatan perempuan untuk scale-up UMKM.
Sejalan dengan itu, Prof. Dr. Wening Udasmoro, SS, M.Hum., DEA selaku Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran juga menyebutkan, bahwa kolaborasi tersebut merupakan implementasi mandat UGM untuk mencerdaskan bangsa. “Perguruan tinggi merupakan faktor enabling. Kita perlu memotivasi aktivitas ekonomi bagi perempuan dan memastikan peningkatan kapasitas,” pungkasnya.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie