Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM membuka layanan wisata kesehatan dan kebugaran atau health tourism and wellness berkolaborasi dengan Sheraton Mustika Resort and Spa dalam rangka menciptakan terobosan dalam penyediaan layanan kesehatan yang menggabungkan layanan medis unggulan RSA dengan layanan fasilitas hotel bintang lima dari Sheraton. Paket layanan ini menawarkan kenyamanan bagi wisatawan karena dilengkapi dengan fasilitas hotel dan akomodasi wisata pendukung.
Hal itu mengemuka dalam penandatangan Nota Kesepahaman Bersama antara RSA UGM dan Sheraton Mustika Resort dan Spa di ruang Jonggring Saloka, RSA UGM, Selasa (21/5). Proses penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama RSA UGM, Dr. dr. Darwito, S.H., Sp.B(K) Onk, bersama General Manager Sheraton Mustika Resort and Spa, I Gede Sujana.
Darwito berharap RSA UGM bisa menjadi pelopor dalam layanan Health Tourism dan Wellness di Yogyakarta mengingat RSA sudah didukung dengan tenaga medis yang berkualitas, infrastruktur yang memadai, dan fasilitas medis yang canggih. “Kami mungkin unggul di bidang medis, tetapi hal ini belum cukup. Setiap pasien pascaoperasi dia tetap harus terapi. Saat terapi ini, dibutuhkan pendekatan lain. Jadi selama terapi dia bisa memilih untuk tinggal di Sheraton dengan pendampingan dari RSA tanpa harus kembali ke daerah asal, karena kalau stay di RS terus akan sangat stressfull pastinya. Pasien yang bahagia memiliki tingkat probabilitas yang tinggi untuk sembuh,” ujar Darwito.
Darwito menambahkan upaya untuk mengintegrasikan layanan medis dengan pariwisata ini menjadi salah satu alasan RSA menggandeng Sheraton Mustika Resort and Spa. “Sheraton sudah sangat mumpuni untuk bidang hospitality dan paham cara mengemas health tourism and wellness menjadi suatu program yang atraktif,” tutur Darwito.
Ia berharap kolaborasi yang terjalin antar kedua institusi ini bisa menumbuhkan minat wisatawan untuk menjalani pengobatan di Yogyakarta tanpa harus ke luar negeri.
I Gede Sujana selaku GM Sheraton Mustika Resort and Spa mengatakan salah satu poin dalam kerja sama adalah peningkatan kapasitas SDM dari masing-masing institusi. “Kami saling memberikan timbal balik dalam pelatihan. Staf RSA kami latih dari sisi hospitality, tata boga, dan semua hal yang terkait dengan tourism, sedangkan RSA memberikan staf kami pelatihan emergency untuk menghadapi pasien,” ungkap Gede Sujana.
Menurutnya, menambahkan pariwisata medis ini memberikan banyak ruang untuk tambahan revenue bagi wisata lokal karena durasi tinggal yang panjang akan memberikan dampak positif pada pembelanjaan produk dan jasa.
Kepala Instalasi Health Tourism and Wellness RSA UGM, dr. Lutfhi Hidayat, Sp.OT(K)., menyampaikan bahwa kerja sama antara RSA UGM dengan Sheraton Mustika Resort and Spa ini adalah gagasan inovatif yang dapat dikembangkan di sektor kesehatan dan pariwisata untuk membangun jenis wisata baru di Yogyakarta. “Kami telah berkoordinasi dengan banyak pihak seperti Gabungan Industri Pariwisata, Dinas Pariwisata, dan Rumah Sakit lainnya yang ada di Yogyakarta. RSA UGM juga berinisiasi untuk membentuk Health Tourism Board yang bertugas untuk melakukan sertifikasi terkait medical tourism,” tuturnya.
Luthfi menegaskan bahwa pengembangan wisata medis di Yogyakarta membutuhkan bantuan dari banyak pihak agar tidak tertinggal dengan daerah lain. Kemitraan ini sejalan dengan agenda nasional yang lebih luas untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi terkemuka dalam bidang kesehatan, warisan budaya, dan pariwisata.
Penulis: Triya Andriyani
Editor: Gusti Grehenson