Kemampuan menulis menjadi salah satu aspek yang berperan besar dalam dunia akademik. Berbeda dengan karya tulis lainnya, karya tulis ilmiah atau akademik memiliki cara penulisan, tata bahasa, hingga struktur yang mengikuti aturan tertentu. Dengan demikian diperlukan adanya sosialisasi dan pembelajaran untuk membiasakan civitas akademika dengan penulisan akademik. Sekolah Pascasarjana UGM, secara khusus mengadakan “Workshop Penulisan Karya Ilmiah” pada 14-15 November 2023. Pelatihan ini diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan, khususnya civitas akademika UGM.
Dr. Widyanto Dwi Nugroho., S.Hut., M.Agr, Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerja Sama, Sekolah Pascasarjana UGM, memberikan pengantar tentang visualisasi gambar dan grafik dalam penulisan ilmiah. “Konsepnya sederhana. Bagaimana pemikiran kita yang sudah tervalidasi secara orisinal. Sudah sangat fundamental. Ontologisnya jelas, dan epistimologinya runtut, aksiologinya juga jelas. Tapi kalau kita tidak bisa mengemasnya dengan baik, maka ketika baru sampai di meja editor saja, bisa ditolak. Visualisasi ini perannya besar, selain untuk menjelaskan, bisa juga digunakan untuk meyakinkan reviewer bahwa penulis benar-benar paham atas penelitiannya,” ucap Widyanto.
Untuk mencantumkan visualisasi dalam jurnal ilmiah, maka setidaknya perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, setiap jurnal memiliki petunjuk penulisan yang berbeda-beda, sehingga penting bagi penulis untuk mengetahui betul jenis jurnal apa yang sedang ditulis. Kedua, visualisasi harus memiliki keterkaitan dengan naskah dan menjadi penguat argumen. Poin ketiga, karena visual merupakan simplifikasi dari naskah, maka perlu disampaikan secara jelas, menarik, dan sederhana. Empat, visual juga harus dilengkapi dengan keterangan ringkas yang mudah dipahami. Dan terakhir, ukuran, jumlah, dan urutan visual harus diperhatikan dengan baik. Widyanto menekankan, kelima hal ini menjadi kunci untuk menyajikan naskah yang menarik, argumentatif, dan mudah dipahami oleh reviewer. Dengan begitu, akan memudahkan naskah kita untuk lolos dalam seleksi publikasi.
“Manjakan mata pembaca. Jadi, berikan visual yang enak dilihat dan mudah dipahami. Contohnya dalam penulisan tabel, kita hanya menggunakan garis horizontal saja. Tidak ada garis vertikal. Kemudian deskripsi tabel juga perlu dituliskan dengan jelas, jangan hanya menamainya saja. Ukuran font, jenis font, juga perlu diperhatikan terkait di mana tabel tersebut akan diletakkan,” tutur Widyanto. Visualisasi grafik dalam penulisan ilmiah ini masih belum banyak diperhatikan, karena umumnya fokus penulis berpusat di substansi. Padahal, aspek visual akan sangat menentukan kesan pertama yang didapatkan pembaca—dalam hal ini reviewer—sebelum memahami tulisan lebih jauh.
Workshop yang melibatkan puluhan dosen ini berlangsung selama dua hari dengan berbagai materi. Peserta akan diberikan pemaparan, mulai dari pengantar, pembentukan ide, substansi, hingga di akhir akan ada pengumpulan karya peserta. Pelatihan ini diharapkan mampu mendorong munculnya karya-karya ilmiah baru yang berlisensi dan terpublikasi. Inovasi dan kreasi yang dikemas dalam penelitian, nantinya menjadi salah satu cara untuk menjawab berbagai tantangan isu masa kini dan masa depan.
Penulis: Tasya