
Sebanyak 153 pelukis yang tergabung dalam Seniman Ngapak (SeNgapak) menggelar pameran lukisan yang bertajuk ‘Bang Kulon Nyabrang Wetan’ pada 10-19 Oktober di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM. Tema pameran ini menyiratkan makna pertukaran gagasan, dialog budaya, dan kolaborasi kreatif yang menembus ruang dan waktu.
Ketua panitia pameran, Drs. Rakhmat Supriyono, menceritakan bahwa SeNgapak lahir ketika melihat daerah-daerah lain yang memiliki persatuan seni lukis sehingga muncul ide yang sama untuk membentuk SeNgapak. “Diketahui bahwa pendiri Asri (Akademi Seni Rupa Indonesia) itu Pak R. J. Katamsi adalah orang Banjarnegara. Berkat orang Banjarnegara Banyumas itu, lahirlah ribuan seniman dari Asri,” ujarnya.
Berdasarkan laporan Rakhmat, pameran diikuti oleh 153 pelukis, di antaranya yang ikut menyertakan karya terdiri dari Nasirun, Entang Wiharso, Ugo Untoro, dan lain-lain, serta pelukis Yogyakarta seperti Putu Sutawijaya, dan Erica Hestu Wahyuni.
Head of Program Experience GIK, Aji Wartono, menyampaikan bahwa adanya teman-teman dari SeNgapak dan pameran yang diadakan ini disambut dengan baik di GIK. “Kita kebetulan juga punya satu misi bahwa kita ini sebuah tempat yang inklusif, sebuah tempat yang kolaboratif. Adanya pameran SeNgapak ini sesuai dengan misi yang akan dicapai oleh GIK, yaitu sebagai tempat yang inklusif dan kolaboratif,” katanya.
Guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Phil. H. Al Makin, M.A., menjelaskan bahwa pameran tersebut dipenuhi oleh berbagai aliran dan gaya lukisan, seperti realisme, abstrak, surealisme, dan lainnya. Di samping itu, ia juga merasa bahwa para seniman memiliki solidaritas dan kebersamaan yang kuat sehingga ia melihat suasana yang ‘guyub’ antara satu sama lain.
Salah satu pengunjung pameran, Syafiq, mengaku sebagai pemula dalam melihat sebuah pameran. “Sebagai pemula dan yang gak tahu tentang seni rupa ini merasa sangat keren, semuanya ada maknanya tersendiri. Tadinya saya tidak tahu maknanya apa, ternyata maknanya dalam sekali. Lukisan yang paling menarik perhatian buat saya adalah lukisan berjudul ‘Attending a Banquet in Pekanbaru’ karya Erica Hestu Wahyuni,” paparnya.
Seniman Ngapak menjadi tanda bahwa pinggiran juga memiliki jiwa dan kekuatan artistik yang kuat sehingga telah hadir rasa kesetaraan yang berusaha untuk diwujudkan dalam perkembangan seni rupa Indonesia. Adanya seniman Ngapak ini menjadi penghubung akar tradisi dengan imajinasi kontemporer.
Penulis : Alena Damaris
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Jesi