Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Republik Indonesia, Letjen TNI (Purn.) Hinsa Siburian, mengatakan UMKM adalah penopang ekonomi Indonesia yang berkontribusi sebesar 60,5 persen terhadap GDP Indonesia. Untuk itu serangan siber terhadap UMKM dinilainya dapat membahayakan perekonomian negara.
Ada 5 ancaman umum siber yang seringkali menarget UMKM. Kelima ancaman siber tersebut ransomware, phising, software vulnevability exploit, insider threat, dan kombinasi antara social engineering dan malware.
“Para UMKM ini kadang merasa kecil sehingga tidak memprioritaskan soal keamanan data. Mereka memiliki keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran. Sementara teknologi keamanan ini memang tidak murah,” ujar Hinsa Siburian di Auditorium Magister Manajemen UGM, Selasa (14/11).
Menjadi pembicara kunci pada Temu Bisnis Nasional UMKM #6 Keamanan Siber Memperkuat Dunia Usaha Berdaya Saing Global di Era Digital yang diselenggarakan DPKM UGM, Hinsa menyatakan ekonomi Indonesia saat ini sangat bertumpu pada ekonomi digital, termasuk para pelaku UMKM. UMKM Go Digital mengalami peningkatan baik cakupan wilayah maupun peningkatan potensi pendapatan.
Ketika UMKM beralih ke digital maka data memperlihatkan sebanyak 87 persen UMKM di Indonesita telah menggunakan internet dalam bisnisnya. Sebanyak 73 persen UMKM telah memiliki akun marketplace dalam menjual produknya, dan secara persentase pertumbuhan maka 48 persen dari 278, 8 juta penduduk Indonesia telah melakukan pencarian barang dan jasa secara online, dan 46 persen diantaranya telah mengunjungi toko online dan melakukan transaksi secara online.
Oleh karena itu, dalam rangka melindungi UMKM dari serangan siber baik secara teknis maupun sosial, kesadaran keamanan siber UMKM serta kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan menjadi kunci. Menurutnya, diperlukan kesatuan tindakan yang merujuk pada strategi keamanan siber nasional.
“Agar memiliki bisnis berkelanjutan, digitalisasi UMKM perlu diiringi dengan peningkatan kemampuan dan kesadaran keamanan siber yang mumpuni. Saya kira universitas-universitas seperti UGM bisa berperan sebagai katalis untuk mendukung pemenuhan kemampuan dan peningkatan kesadaran keamanan siber bagi UMK melalui literasi keamanan siber,” ucapnya.
Dr. Arie Sudjito, S.Sos., M.Si, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM, berpendapat mengangkat persoalan keamanan siber tentunya bukan karena tren melainkan alasan semua terdorong untuk melakukan akselerasi atau percepatan pengembangan UMKM. UMKM sebagai penopang ekonomi menjadi sangat penting untuk mendapatkan perlindungan.
“Seperti mata pedang bermata dua, gelombang pasang teknologi informasi yang mengakselerasi perkembangan demikian hebat, di satu sisi membantu kita melakukan percepatan pencapaian target-target dan perluasan jaringan, tapi di sisi lain tanpa ditopang keamanan menjadi ancaman serius,” jelasnya.
Digitalisasi UMKM, menurutnya menjadi sesuatu sangat penting karena mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas, membuka pasar yang lebih luas, berdaya saing tinggi, dan memberi kemudahan pengelolaan keuangan serta risiko ketidakstabilan ekonomi. Digitalisasi bisnis proses UMKM juga dapat meningkatkan penjualan, kemudahan dalam menjalin komunikasi, efektivitas operasional, memperluas jejaring pemasaran, dan efisiensi penggunaan biaya operasional.
Penulis : Agung Nugroho