Disrupsi teknologi, perkembangan media digital, ditambah dengan situasi pasca pandemi Covid-19 membawa perubahan signifikan di ruang publik. Tidak hanya pada ruang berinteraksi, namun juga pada bagaimana kepercayaan antar berbagai entitas di dalam ruang komunikasi yang terdisrupsi. Dengan demikian diperlukan strategi berkomunikasi yang transparan dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan publik secara berkelanjutan di era digital. Hal itu mengemuka dalam Graduate Student Symposium on Communication (GSSC) ke-2 yang mengusung tema “Building Sustainable Trust in Disruptive Communication Sphere” di University Club (UC) Hotel UGM, pada 29-30 November lalu.
Simposium yang diselenggarakan Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM ini menghadirkan beberapa pembicara diantaranya pakar komunikasi Wee Kim Wee School of Communication and Information, Nanyang Technological University (NTU), Singapura, Prof. Jack Qiu Linchan, Staf Ahli Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Indri Saptaningrum, PhD, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM, Dr. Dian Arymami, dan Ketua Asosiasi Periklanan Indonesia, Janoe Arijanto.
Jack Qiu Linchan mengatakan teknologi memberikan tantangan baru, tetapi juga peluang untuk membangun kepercayaan publik dalam era komunikasi yang penuh dengan dinamika sekarang ini. Oleh karena itu, peran transformatif dalam berkomunikasi lewat teknologi bisa memberi dampak perubahan dalam menumbuhkan kepercayaan publik secara berkelanjutan. “Teknologi di era komunikasi memberikan wawasan kita tentang bagaimana kita sesuatu yang terus berkembang untuk meningkatkan kepercayaan publik,” katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Indri Saptaningrum. Menurutnya kebijakan dan regulasi untuk media yang dibuat oleh pemerintah memang diarahkan untuk membentuk kepercayaan publik secara berkelanjutan. “Diperlukan pemahaman mendalam tentang kerangka regulasi untuk mengatasi kompleksitas ranah komunikasi dan membangun kepercayaan di antara berbagai pemangku kepentingan,” ungkapnya.
Sementara Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM, Dr. Dian Arymami, mengatakan terdapat korelasi antara perkembangan budaya digital di masyarakat Indonesia dan usaha membangun kepercayaan publik di ruang digital. “Nuansa budaya sebenarnya sangat memengaruhi pembangunan kepercayaan dalam konteks lanskap digital yang terus berkembang,” ujarnya.
Strategi komunikasi yang transparan dan bertanggung jawab menurut Janoe Arijanto memiliki peran krusial dalam membentuk kepercayaan berkelanjutan di tengah ketidakpastian ruang komunikasi yang penuh tantangan. “Dalam menghadapi perubahan, strategi pembangunan kepercayaan harus diakomodasi dengan cermat untuk memastikan kesesuaian dan respons positif dari pemangku kepentingan,” paparnya.
Penulis : Gusti Grehenson