
Perjuangan panjang Ulin Nuha Syahnarendra, mahasiswa Prodi Bahasa Jepang untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional, Sekolah Vokasi UGM, akhirnya membuahkan hasil manis. Putra asal Kalasan, Sleman, ini terpilih sebagai penerima beasiswa prestisius Japanese Studies Non-Degree dari Kementerian Pendidikan, Budaya, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi Jepang (Monbukagakusho atau MEXT) untuk studi di Kyoto University of Education selama Oktober 2025 sampai dengan September 2026.
Perjalanan menuju beasiswa ini tidak mudah bagi Ulin. Ia harus berjuang di tengah tantangan pembiayaan kuliah. Apalagi ia memiliki dua saudara kandung yang tengah kuliah juga. Adanya beasiswa ini, menurutnya bisa meringankan beban ekonomi orang tuanya. Momen kelulusan mendapat beasiswa ini menjadi sangat emosional baginya. “Rasa senang, haru, lega bercampur jadi satu. Dikarenakan saya sudah gagal 3x sebelumnya. Akhirnya perjuangan saya yang tidak pantang menyerah terbalaskan, suatu perasaan yg sulit untuk dijelaskan,” kenangnya, Kamis (14/8).
Ulin mengaku dirinya sudah mengenal beasiswa MEXT sejak SMA dari keluarganya, dan sudah mencoba mendaftar program S1 penuh di Jepang sebanyak tiga kali.
Menurutnya, kunci keberhasilannya terletak pada persiapan matang. Dikarenakan ia sudah pernah mengikuti semua jenis ujiannya di tahun-tahun sebelumnya sejak 2022 sehingga ia mengetahui betul apa yang perlu diperbaiki dari kesalahan sebelumnya. “Saya bersiap lebih awal daripada peserta lain, belajar lebih banyak,” katanya.
Bagi para calon penerima beasiswa MEXT, ia berpesan bahwa beasiswa ini bukanlah beasiswa yang mudah, dikarenakan penyelenggaranya langsung dari kementerian di Jepang. Perlu pengorbanan waktu, tenaga, bahkan modal untuk sampai garis finish. Seandainya gagal masih ada tahun selanjutnya, jangan mudah menyerah, suatu saat pasti perjuangan kalian akan terbalaskan.
Sebagai satu-satunya mahasiswa prodi Jepang yang lolos melalui jalur seleksi nasional Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Ulin menyampaikan rasa bangganya. Ia menutup dengan harapan agar pencapaiannya menjadi inspirasi. “Saya berharap apa yang saya raih bisa menjadi penggerak dan menginspirasi mahasiswa UGM yang lain untuk semangat dan tidak takut untuk berkuliah di luar negeri. Semoga alumni-alumni UGM bisa menjadi penggerak utama Indonesia Emas besok 2045,” tuturnya.
Soal alasan Ulin memilih kuliah Bahasa Jepang di SV UGM tak lepas dari pandangannya terhadap masa depan karirnya. “Indonesia sebentar lagi akan memasuki masa emasnya di 2045, ditandai dengan melimpahnya tenaga kerja. Perlu skills khusus untuk tetap eksis di masa yang ketat persaingan kerja tersebut. Salah satunya dengan menargetkan kerja langsung ke Jepang,” tuturnya.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson