
Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada kembali menunjukkan kepedulian terhadap sektor peternakan melalui inovasi teknologi tepat guna. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Iptek (PKM-PI) tahun 2025, mereka mengembangkan komunal inkubator berbasis Internet of Things (IoT) untuk mengoptimalkan perawatan anak domba. Inovasi ini diimplementasikan bersama mitra CV Cipta Visi Group di Magelang.
Tim ini terdiri dari Chintia Amalia (Kimia, FMIPA) sebagai ketua dengan anggota Sri Jayanti (Fakultas Kedokteran Hewan), Ni Ajeng Sekar Arum (Fakultas Peternakan), Arthur Isa Nararia (Prodi Elektronika dan Instrumentasi), dan Nurhidayat Amarudin (Prodi Teknik Mesin).
Berangkat dari persoalan stagnasi populasi domba di Indonesia, tim ini merancang alat yang mampu menekan angka kematian anak domba, terutama pada kondisi rentan seperti lahir prematur, ditolak induknya, atau ketika induk mengalami mastitis. Pemilik CV Cipta Visi Group, Ryandara Syah Mahmuddin, mencatat kematian anak domba mencapai 2–4 ekor setiap bulan akibat kurangnya perawatan intensif.
“Kita perlu alat untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan yang dibutuhkan anak domba tanpa membuat para pekerja kewalahan dalam mengurusnya,” ujarnya.
Menjawab kebutuhan tersebut, tim UGM menciptakan komunal inkubator yang mampu menampung satu hingga empat ekor anak domba sekaligus, menyesuaikan sifat alami domba yang hidup berkelompok. Alat ini dilengkapi dengan ventilasi dan kipas untuk sirkulasi udara, humidifier untuk menjaga kelembapan, serta heater untuk mempertahankan suhu hangat. “Seluruh bagian inkubator dilapisi kaca transparan untuk mencegah stres pada domba, sementara sistem ventilasi memungkinkan paparan udara luar secara berkala,” kata Chintia Amalia, ketua tim kamis (9/10).
Inkubator dilengkapi empat holder susu berbasis konsep ad libitum, yang memungkinkan anak domba menyusu sesuai kebutuhan alami mereka. Inovasi ini membantu memastikan asupan gizi optimal tanpa pengawasan konstan. Keunggulan utama komunal inkubator ini adalah integrasi sistem berbasis IoT yang memungkinkan pemantauan jarak jauh melalui smartphone. Pemilik dapat mengontrol suhu, kelembapan, dan sistem pemberian susu secara real-time dari mana pun. Teknologi ini mempermudah manajemen peternakan, meningkatkan efisiensi kerja, serta menekan beban tenaga kerja.
“Saat ini alat sudah diletakkan di kandang mitra, namun masih membutuhkan beberapa penyempurnaan agar dapat dioperasionalkan dengan baik,” jelasnya.
Chintia mengharapkan, penerapan teknologi ini dapat menekan angka kematian anak domba dan meningkatkan produktivitas peternakan secara berkelanjutan. Inovasi ini juga berpotensi direplikasi di berbagai wilayah Indonesia sebagai model penerapan teknologi peternakan berbasis IoT yang efisien, adaptif, dan ramah peternak.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim PKM dan Freepik