Indonesia belum sepenuhnya memaksimalkan pemanfaatan potensi konvergensi teknologi Internet of Thing (IoT) dan Big Data secara maksimal dalam mendukung percepatan perkembangan teknologi domestik, meningkatkan kemandiriannya dalam hal teknologi, dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Padahal kedua teknologi ini dapat menciptakan solusi inovatif dan berdampak besar untuk banyak bidang karena memungkinkan pemantauan dan analisis data secara real time. “Teknologi IoT dapat digunakan dalam sektor pertanian dan kelautan untuk mengumpulkan data cuaca, kualitas tanah, atau kondisi laut yang kemudian dianalisis menggunakan Big Data untuk meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan,” ujar Dosen Departemen Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. techn. Ahmad Ashari, M.I.Kom., dalam pidato pengukuhan Guru Besar di Balai Senat, Selasa (25/6).
Dalam pidato yang berjudul Konvergensi Internet of Things dan Big Data, Manfaat dan Tantangannya, Ahmad Ashari menuturkan bahwa konvergensi ini juga akan mendukung perkembangan CPS atau Cyber-Physical Systems (CPS) yang berbentuk pemantauan dan kendali real time, optimasi proses dan kinerja, prediksi dan perencanaan, keselamatan dan keamanan, serta fleksibilitas dan adaptabilitas.
Meskipun konvergensi keduanya memiliki potensi besar, ada beberapa tantangan yang dikemukakan oleh Ahmad yang perlu diatasi dalam mengintegrasikan keduanya. Salah satunya yaitu terkait data yang dihasilkan oleh perangkat IoT yang seringkali sensitif dan rentan terhadap serangan siber. “Perlindungan terhadap privasi dan keamanan data menjadi kunci, baik selama proses pengumpulan, penyimpanan, maupun analisis agar tidak dieksploitasi oleh pihak-pihak yang bermaksud jahat, untuk mencuri data atau mengganggu operasi sistem,” papar Ahmad.
Tantangan lainnya yaitu berkaitan dengan IoT yang menghasilkan volume data yang sangat besar, yang memerlukan infrastruktur dan kapasitas penyimpanan data yang cukup besar. Sehingga diperlukan biaya dan ketersediaan sumber daya komputasi yang memadai. Hambatan lainnya mencakup keterbatasan jaringan, masalah interoperabilitas, kebutuhan akan pemahaman yang mendalam, serta keterampilan teknis yang canggih.
Ahmad menegaskan bahwa untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada diperlukan pendekatan yang holistik dan komprehensif, termasuk pengembangan infrastruktur yang kuat, kebijakan dan praktik keamanan yang ketat, serta investasi dalam pengembangan keterampilan dan kapasitas tenaga kerja yang relevan. “Dengan mengatasi tantangan yang ada, konvergensi IoT dan Big Data dapat memberikan manfaat besar bagi organisasi dan masyarakat secara keseluruhan,” ucapnya.
Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. Ir. Mochammad Maksum, M.Sc., turut memberikan pidato sambutan setelah mengalungkan samir Guru Besar pada Prof. Dr. techn. Ahmad Ashari, M.I.Kom. Dalam pidatonya, ia menyebutkan bahwa Prof. Ahmad Ashari adalah salah satu dari 460 guru besar aktif di Universitas Gadjah Mada, dan salah satu dari 42 guru besar aktif dari total 58 guru besar di FMIPA UGM.
Penulis: Dita
Editor: Gusti Grehenson
Foto: Donnie