Prof. Dr. Ir. Rudi Hari Murti, S.P., M.P., IPM., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Pemuliaan Tanaman Hortikultura pada Fakultas Pertanian UGM. Di depan hadirin yang memenuhi Ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM pada Selasa (21/1), Rudi memaparkan pidato berjudul “Arti Penting, Tantangan, dan Pemecahan Masalah Hortikultura melalui Program Pemuliaan Tanaman yang Efektif”.
Rudi menjelaskan tanaman hortikultura berperan besar untuk penyediaan pangan sehat, vitamin dan mineral, dan juga untuk kegiatan rekreasi bagi masyarakat. Bahkan juga berperan pada keamanan pangan, kelestarian lingkungan, keindahan, terapi dan obat, rekreasi, keragaman genetik, penyerapan tenaga kerja, dan aspek ekonomi.
Proses mencapai ketahanan pangan melalui produksi hortikultura kerap menemui tantangan seperti serangan penyakit, produktivitas rendah, mutu hasil, cepat rusak, rantai pasok panjang, mudah terjadi perubahan selera konsumen serta penurunan luas lahan. Rudi berpendapat bahwa salah satu cara untuk meningkatkan produksi dan mutu adalah melalui penggunaan varietas unggul dengan produktivitas dan mutu tinggi serta tahan cekaman biotik maupun abiotik. “Kegiatan untuk menghasilkan varietas unggul dapat dilakukan melalui proses perakitan varietas dengan metode pemuliaan konvensional yang disinergikan dengan metode terkini seperti rekayasa genetika, seleksi berbantu penanda molekuler, genome editing,” tambahnya.
Tantangan juga hadir dari konsumen yang menginginkan rasa yang lebih manis dan warna yang lebih menarik seperti mangga dengan kulit merona dan berserat rendah, semangka tanpa biji, pepaya dengan ukuran sedang dan manis, buah dengan antioksidan tinggi. Warna, rasa, dan tekstur hasil yang baru dan khas akan terus menarik minat konsumen dan menciptakan peluang pasar internasional. “Untuk itu, pemulia tanaman harus cermat dalam memahami karakteristik hasil sesuai dengan segmen pasar yang dibidik,” ujarnya.
Selain itu, kegiatan pemuliaan tanaman juga perlu memperhitungkan selera konsumen, peruntukan hasil dan pelaku rantai pasok sesuai segmen pasarnya. Pemulia harus jeli dalam menentukan karakteristik kunci dari hasil yang akan dihasilkan tanpa mengabaikan mutu standar lainnya. “Perbaikan mutu hasil sesuai keinginan pasar dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman dengan memanfaatkan sumber daya genetik yang sesuai,” katanya.
Rudi menganggap usaha tani hortikultura lebih intensif dibandingkan dengan tanaman pangan sehingga petani hortikultura termasuk risk taker. Misalnya, petani mengeluarkan segala upaya seperti penggunaan pestisida cukup banyak untuk mengendalikan penyakit agar tanamannya panen dengan hasil dan mutu tinggi. Namun begitu, peningkatan penggunaan pestisida menimbulkan ketahanan hama sehingga munculnya biotipe baru dan pencemaran lingkungan. Peningkatan perdagangan global bahan tanam serta hasil segar juga meningkatkan risiko masuk dan berkembangnya hama dan patogen asing ke lingkungan baru.
“Perlu sinergi antarbidang keilmuan untuk mempercepat perakitan tanaman sehingga menghasilkan varietas hibrida lebih banyak, biaya pemuliaan tanaman dan biaya produksi benih hibrida lebih murah, peningkatan pendapatan petani serta produksi hortikultura nasional akan meningkat dan mencukupi, dan pemecahan masalah pertanian terkait pemuliaan lebih cepat,” tutup Rudi.
Dengan dikukuhkannya Rudi sebagai profesor, Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., menyebutkan bahwa Rudi sebagai menjadi satu dari 524 guru besar aktif di UGM dan menjadi satu dari 30 guru besar aktif dari 62 guru besar yang pernah dimiliki Fakultas Pertanian UGM.
Penulis : Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto