
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Prof. Dra. Wega Trisunaryanti, M.S., Ph.D.Eng., menerima penghargaan bergengsi The University of Osaka Global Alumni Fellow. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk pengakuan atas dedikasi Wega dalam bidang penelitian dan publikasi ilmiah. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Executive Vice President The University of Osaka, Prof. Hayashi Mikako, D.D.S., Ph.D., dalam sebuah seremoni yang digelar pada Selasa (10/6) di Osaka, Jepang.
Sejumlah akademisi terkemuka turut hadir dalam acara tersebut, antara lain Prof. Dr. Masakatsu Nomura, Prof. Dr. Masahiro Miura, Prof. Dr. Tetsuya Satoh, Prof. Hidehiro Sakurai, dan Dr. Koh Kidena. Dalam sambutannya, Prof. Hayashi menyatakan bahwa penghargaan ini jarang diberikan kepada perempuan, sehingga pengakuan terhadap Prof. Wega menjadi pencapaian yang luar biasa.
Wega memulai perjalanan akademiknya di Osaka pada tahun 1992 sebagai research student di Department of Applied Chemistry, Faculty of Engineering, The University of Osaka. Ia kemudian melanjutkan studi doktoral dari tahun 1993 hingga 1997 dengan bimbingan Prof. Dr. Masakatsu Nomura sebagai promotor dan Prof. Dr. Masahiro Miura sebagai co-promotor, dilanjutkan dengan program postdoctoral hingga akhir 1997. Sejak saat itu, Wega secara konsisten menjalin kerja sama ilmiah dengan universitas tersebut melalui riset bersama dan forum-forum akademik internasional. “Kolaborasi ini terus berjalan karena saya menjaga kontak dengan Profesor mantan promotor melalui proyek-proyek baik di Indonesia maupun Jepang. Kami saling melibatkan dalam penelitian berskala internasional. Kontak ini tidak pernah terputus karena memang kita membutuhkan kolaborator asing yang sudah kita kenal dan percaya,” tutur Wega, Kamis (12/6).
Fokus risetnya meliputi pengembangan katalis, nanosilika, zeolit, dan Graphene Oxide untuk berbagai aplikasi, terutama proses hydrotreating biomassa menjadi biofuel. Saat ini, ia tengah menekuni sintesis katalis heterogen untuk mengonversi minyak nabati menjadi bio-jet fuel atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). Menurutnya, riset ini sangat penting untuk masa depan energi global. “Energi dari bahan bakar fosil semakin menipis dan menyebabkan polusi. Kita menuju zero carbon, dan bio-jet fuel yang bersumber dari tanaman adalah alternatif yang hijau dan berkelanjutan,” jelasnya.
Namun, Wega juga menyoroti kendala besar dalam pengembangan riset ini, yakni terbatasnya pendanaan. Ia menjelaskan bahwa teknologi bio-jet fuel tidak hanya membutuhkan keahlian sains, tetatpi juga dukungan infrastruktur dan kolaborasi dengan industri, khususnya sektor energi. Sayangnya, belum banyak investor dalam negeri yang melihat potensi ekonomi dari bahan bakar terbarukan ini. “Kami masih dalam skala laboratorium, padahal untuk skala pilot dibutuhkan dana miliaran rupiah. Tanpa mitra investor, riset bio-jet fuel akan berhenti di lab saja,” tambahnya.
Di tengah tantangan tersebut, Wega tidak henti berkontribusi bagi dunia ilmu pengetahuan. Hingga kini, ia telah menerbitkan 153 artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi dengan total 1.273 sitasi dari 748 dokumen dan memiliki indeks-h Scopus sebesar 19. Ia juga memiliki 108 kekayaan intelektual, di antaranya 20 telah tersertifikasi, serta menulis 10 buku referensi dan 5 bab buku. Di samping kegiatan akademik, ia aktif dalam 32 kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan menjabat sebagai penilai jabatan akademik dosen tingkat nasional serta reviewer untuk berbagai program riset.
Penghargaan yang diterimanya di Osaka menjadi satu dari sekian pencapaian yang mengukuhkan posisinya sebagai ilmuwan unggul. Wega sebelumnya menerima sejumlah penghargaan, antara lain Dosen dan Peneliti Terbaik FMIPA UGM (2022), Publikasi Terbaik tingkat UGM (2022), Peringkat Tertinggi SINTA UGM (2022), tercantum dalam daftar 2% ilmuwan terbaik dunia versi Stanford University (2023), Anugerah UGM Award Kategori Tridarma (2023), serta Insan Berprestasi UGM Kategori Penelitian Terbaik (2024).
Sebagai perempuan di dunia sains yang masih didominasi laki-laki, Prof. Wega turut memberi catatan penting mengenai pentingnya akses dan dukungan yang setara. Ia menilai bahwa meskipun jumlah perempuan ilmuwan masih belum seimbang, peran mereka kini mulai mendapat tempat yang lebih baik, termasuk di negara-negara maju. Menurutnya, perempuan harus diberi ruang yang lebih luas karena mereka menjalankan peran ganda, baik di ranah profesional maupun domestik. “Miliki mimpi. Jangan takut bersaing. Dunia sains itu tidak hanya butuh kecerdasan, tapi juga kesabaran, ketelitian, dan kepekaan melihat hal-hal baru yang belum banyak diperhatikan,” ucapnya.
Wega menilai dukungan UGM sangat penting dalam mendukung riset dan kolaborasi internasional yang ia lakukan. Ia menyebut insentif yang diberikan universitas bagi dosen dengan publikasi internasional telah menjadi pemacu semangat untuk terus produktif. Menurutnya, produktivitas akademik seharusnya mendapat apresiasi yang proporsional agar para peneliti terdorong untuk menghasilkan lebih banyak karya bermutu. Ia juga menggarisbawahi perlunya sistem pendanaan yang lebih adaptif terhadap realitas peneliti yang aktif. Dengan demikian, UGM dapat terus mendorong ekosistem riset yang kuat dan berdaya saing global. “UGM memberi banyak insentif, tapi harapannya bisa lebih fleksibel dan tidak dibatasi kuota,” ujarnya.
“Kita bisa manfaatkan kekayaan alam seperti minyak nyamplung dan malapari untuk mendukung kemandirian energi,” harapnya pada riset energi terbarukan. Menurutnya, kedua tanaman ini tumbuh melimpah di berbagai wilayah Indonesia dan tidak bersaing dengan kebutuhan pangan sehingga sangat ideal sebagai bahan baku biofuel. Riset terhadap bahan bakar pesawat seperti Sustainable Aviation Fuel (SAF) dinilai sangat strategis, mengingat tingginya nilai ekonomi dan kebutuhan global terhadap bahan bakar ramah lingkungan. Ia menargetkan kontribusi SAF dalam campuran bahan bakar pesawat bisa meningkat signifikan dari 2,4% saat ini menjadi 50% di masa depan. Hal tersebut akan menjadi langkah besar menuju transisi energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Atas penghargaan yang diterimanya ini diakui Wega makin memotivasi dirinya untuk terus memberi manfaat. Ia menilai bahwa dunia riset selalu menyajikan tantangan-tantangan baru yang justru memperkaya pengalaman dan memperdalam pemahaman. Bagi Wega, berkarya adalah bagian dari panggilan hidup yang tidak terpisahkan dari dedikasi terhadap ilmu dan masyarakat. Selama masih mampu berpikir dan bertindak, ia berkomitmen untuk terus berkontribusi melalui riset, inovasi, dan pembinaan generasi muda. “Saya ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain,” pungkasnya.
Penulis : Triya Andriyani
Dok : Peneliti