Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Prof. Indriana Kartini, S.Si., M.Si., Ph.D., dikukuhkan sebagai Guru Besar pada bidang Ilmu Kimia setelah menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul Nanokimia Berkelanjutan untuk Revitalisasi Pewarna Alami Menuju Kesejahteraan Manusia dan Kelestarian Lingkungan, Kamis (30/11), di Balai Senat UGM.
Indriana mengatakan nanokimia merupakan subdisiplin yang sedang berkembang dalam ilmu kimia dan material yang terkait dengan pengembangan metode baru untuk membuat material berukuran nanometer. Penggunaan nanoteknologi sebenarnya telah ada dan diterapkan sejak lama. Ia mencontohkan, para pengrajin gerabah telah menggunakan nanomaterial yaitu tanah liat atau lempung selama lebih dari 17 ribu tahun. “Lempung mempunyai sifat mudah dibentuk dan mempunyai suhu sintering yang rendah sehingga biaya produksi gerabah menjadi tidak mahal. Hal tersebut disebabkan struktur lempung yang berada pada skala nanometer,” kata Indriana.
Namun, saat ini pengembangan nanokimia diarahkan dalam pegembangan revitalisasi pewarna alami di bidang sandang, energi, dan kesehatan. Bahkan, nanokimia dan nanoteknologi, revitalisasi sumber daya alam tidak hanya terjadi pada pewarna alami tetapi juga sumber daya alam yang lain seperti polimer alami, mineral dan sumber daya alam bahari.
Adapun penggunaan nanokimia yang berkelanjutan di bidang sandang menurutnya hal itu telah menunjukkan kesadaran banyak orang tentang lingkungan yang sehat serta kembalinya minat pada produk sandang yang menggunakan bahan pewarna alami dapat diterapkan dalam mewujudkan produk sandang. Sebagai pewarna alami pada produk sandang, nanokimia mempunyai sifat antibakteri, anti air, anti noda, perlindungan UV, penghambat api dan peningkatan kemampuan pewarna alami terhadap sifat luntur. “Keuntungan menggunakan pewarna alami untuk sandang terletak pada kehalusan dan kelembutan warna,” katanya.
Meski demikian, imbuhnya, bahan pewarna alami ini sebagai kekayaan sumber daya hayati ini belum tersentuh oleh nanoteknologi. Padahal lewat rekayasa atomic-molecular, ukuran nanometer dapat menjadikan pewarna alami akan lebih atraktif.
Selain untuk sandang, nanokimia juga digunakan di bidang energi untuk revitalisasi pewarna alami sebagai fotosensitizer sel surya tersensitisasi zat warna dan terapi fotodinamik. Aplikasi pewarna alami sebagai fotosensitizer tidak berhenti sampai sel surya tetapi juga merambah aplikasi bidang kesehatan seperti pengobatan kanker melalui terapi fotodinamik. “Dengan terapi fotodinamik ini merupakan salah satu teknik pengobatan non invasif dan efektif yang menyandingkan fungsi cahaya dan sensitizer untuk membunuh sel tumor,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto