Tim Ekspedisi Patriot (TEP) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melakukan pengabdian di Kawasan Transmigrasi Babahrot–Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya, menyampaikan sejumlah temuan strategis terkait potensi kawasan serta tantangan pengelolaan yang perlu segera ditangani agar terwujud pembangunan transmigrasi yang produktif dan berkelanjutan.
Dalam kajian yang dilakukan sejak Agustus 2025, TEP UGM menemukan kawasan Babahrot memiliki potensi lahan yang sangat besar untuk pengembangan pertanian. Sebaran lahan dengan kelas kesesuaian tinggi (S1) dan keberadaan hamparan sawah menjadikan kawasan ini penting bagi pasokan pangan Aceh Barat Daya. Sayang, Namun potensi tersebut dihadapkan pada kerentanan ekologis yang signifikan, dan dari berbagai laporan memperlihatkan adanya dominasi lahan potensial kritis, keberadaan gambut, serta sebaran hotspot kebakaran yang berdekatan dengan sawit. “Ketidakterhubungan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) pada zona hulu, tengah, hilir beresiko meningkatkan banjir, pendangkalan sungai, dan kekeringan,” ucap M. Chrisna Satriagasa, S.Si., M.Sc., M.Ec.Dev, Ketua Tim Output1, Rabu (26/11).
Dari sisi sosial-ekonomi, tim mencatat bahwa masyarakat Babahrot didominasi usia produktif, tetapi tingkat pendidikan masih rendah dan terdapat persoalan sosial seperti pencurian hasil kebun, penolakan tambang, serta trauma sosial akibat konflik di masa lalu. Dinamika ini turut mempengaruhi penerimaan terhadap program transmigrasi lokal, terutama di desa-desa yang sebelumnya berhadapan dengan isu tapal batas dan status lahan yang belum jelas.
Menyampaikan temuan lain, Chrisna Satriagasa menandaskan hal penting yang menjadi perhatian saat ini menyangkut kondisi infrastruktur produktif. Meski fasilitas dasar seperti sekolah, jembatan, dan layanan kesehatan masih berfungsi cukup baik, namun infrastruktur yang berperan langsung terhadap ekonomi justru berada dalam kondisi yang memprihatinkan. “Jalan desa banyak yang rusak berat, irigasi tidak berfungsi optimal, dan jaringan listrik belum menjangkau seluruh kawasan. Sebagian Pamsimas juga membutuhkan perbaikan agar dapat kembali melayani masyarakat,” terangnya.
Sementara itu, Tim Output 2 mengidentifikasi dua komoditas unggulan yang dinilai mampu mendorong ekonomi kawasan, yaitu padi dan udang vaname. Padi menjadi komoditas utama dengan kontribusi besar terhadap produksi pangan Kabupaten Aceh Barat Daya. Dari analisa ekonomi yang dilakukan memperlihatkan usaha tani padi di Babahrot sangat layak untuk dikembangkan. “Adapun keberadaan udang vaname menjadi komoditas unggulan kawasan pesisir Desa Lama Tuha, dengan produktivitas stabil dan potensi pasar yang kuat,” ujar Dr. Ir. Rhomi Ardiansyah, S.Hut., M.Si.
Melalui analisis SWOT yang melibatkan stakeholders, baik dari pemerintah kabupaten, desa, dan masyarakat, TEP UGM menempatkan KT Babahrot pada posisi memiliki peluang besar dikembangkan, namun masih dibayangi banyak kelemahan struktural. Oleh karena itu, tim merekomendasikan beberapa strategi, antara lain perbaikan irigasi, peningkatan jalan produksi, penguatan kelembagaan ekonomi desa, pendampingan kelompok tani dan petambak, serta pengembangan hilirisasi produk padi dan udang sebagai langkah prioritas.
“Penyerahan laporan sementara ini menutup fase lapangan TEP UGM, namun tim menegaskan bahwa proses pendampingan dan penyusunan rekomendasi akhir akan terus dilanjutkan bersama pemerintah daerah. TEP UGM berharap hasil kajian ini dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan berbasis data dan mendorong Babahrot berkembang sebagai kawasan transmigrasi yang mandiri, produktif, dan berkelanjutan,” imbuh Rhomi Ardiansyah.
Perlu diketahui, M. Chrisna Satriagasa, S.Si., M.Sc., M.Ec.Dev yang tergabung dalam Tim Output 1 memaparkan temuan tersebut bersama Dr. Ir. Rhomi Ardiansyah, S.Hut., M.Si pemimpin Tim Out put 2 dengan DPMPTSP Nakertrans Aceh Barat Daya dan Dinas Tenaga Kerja dan Mobilisasi Penduduk Provinsi Aceh pada hari Selasa (18/11). Dalam kegiatan tersebut sekaligus dilakukan agenda penyerahan laporan sementara dan penarikan tim dari lokasi kerja.
Penulis: Satriagasa
Editor : Agung Nugroho
