
Departemen Pengembangan Masyarakat Desa, BEM-KM UGM, melakukan program pengabdian masyarakat bernama Gemilang di Desa Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk mendorong pemberdayaan masyarakat desa sekaligus meningkatkan peran aktif mahasiswa dalam mendukung pembangunan desa yang berkelanjutan.
“Tahun ini, Gemilang Desa menghadirkan dua rangkaian kegiatan utama, yaitu Gebyar Desa dan Kongres Abdi Desa yang mana dirancang untuk mengintegrasikan gagasan-gagasan inovatif dari mahasiswa dengan aksi nyata di lingkungan desa,” kata Koordinator Umum Gemilang Desa, BEM KM UGM, Faris Zakiy Ramadhan, Selasa (21/10)
Faris Zakiy menyebutkan pada sub-event Gebyar Desa, sebanyak 59 mahasiswa dari berbagai fakultas UGM yang tergabung dalam panitia terjun langsung ke tengah masyarakat. Mereka menghadirkan sejumlah kegiatan interaktif, antara lain GEMAJAR (Gemilang Desa Mengajar), General Medical Check Up (GMCU), Sosialisasi Tanaman OBAT bersama narasumber Dosen Farmasi UGM, Dr. Joko Santosa, S.Si., M.Si., Permainan Keping Cerita Donoharjo, serta program Sehat Bersama Warga.
Selain itu, kata Faris, mahasiswa juga ikut mendukung kemeriahan Festival Healing Tourism. Rangkaian kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari warga, lebih dari 50 orang dewasa dan 30 anak-anak Desa Donoharjo tercatat aktif berpartisipasi.
Ia berharap melalui kegiatan ini, lahirlah sinergi dan kolaborasi nyata untuk menjawab tantangan desa, mulai dari pembangunan berkelanjutan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, hingga penguatan peran pemuda sebagai agen perubahan. “Kita ingin desa tidak lagi dipandang sebagai wilayah yang tertinggal, melainkan sebagai pusat inspirasi dan motor penggerak kemajuan bangsa,” ujarnya
Bagi Faris, pembangunan bangsa sesungguhnya dapat bertolak dari desa, sebab desa menyimpan sumber daya manusia, sosial, dan alam yang mampu menopang transformasi berkelanjutan. Dengan mengusung semangat pengembangan desa sebagaimana tema utama kegiatan, Gemilang Desa menjadi cerminan nyata upaya mahasiswa dalam menempatkan desa yang mana bukan sekadar objek pembangunan, melainkan juga sebagai subjek yang berdaya.
Sumaryono, warga Desa Donoharjo, mengaku antusias mengikuti kegiatan Gebyar Desa yang menyediakan failitas cek kesehatan gratis.“Saya terima kasih sekali atas keberadaan fasilitas cek kesehatan ini. Ini sangat membantu bagi warga sini. Pesan saya sering-sering ada kegiatan seperti ini,” tuturnya.
Sementara itu, Zaki selaku warga yang berpartisipasi dalam Sosialisasi Tanaman OBAT menyebutkan, memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi warga soal khasiat tanaman obat. “Semakin banyak masyarakat yang tahu,” ujarnya.
Di sisi lain, Kongres Abdi Desa hadir sebagai sub-event yang menitikberatkan ruang kompetisi sekaligus forum diskusi. Lebih dari 300 peserta dari berbagai universitas dan SMA mengambil bagian dalam tiga cabang Kompetisi Gemilang Desa, yakni Business Plan Competition, Kompetisi Esai, dan Kompetisi Poster. Setelah proses seleksi, 10 tim terbaik dari tiap kompetisi melaju ke final kompetisi Gemilang Desa.
Selain itu, kegiatan pengabdian ini diisi dengan Talkshow Edukatif SEDASA (Suara Pemuda untuk Kemajuan Desa), dengan menghadirkan beragam narasumber lintas bidang dan profesi, yakni Joko Susilo selaku Founder Gunungkidul Menginspirasi mewakili aktivis, Prof. Irfan Dwidya Prijambada, Ph.D. selaku akademisi dari Fakultas Pertanian UGM s, Kanjeng Yudanegara selaku Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Kalurahan, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil sebagai pemangku kebijakan, serta Antonia Elena, selaku Duta Lingkungan Provinsi DIY.
Penulis : Alena Damaris
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok. BEM KM UGM