Kawasan Transmigrasi Gane selama ini menjadi tulang punggung produksi pangan yang tidak hanya memasok Maluku Utara, tetapi juga mengalir hingga Sulawesi, Maluku, bahkan Papua. Dari hamparan sawah dan kebun di wilayah ini, lahir beragam komoditas unggulan seperti padi, kelapa, hortikultura (cabai, tomat, dan sayur-mayur), serta ternak sapi yang menjadi sumber penghidupan ribuan keluarga petani. Dengan segala keterbatasan infrastruktur dan dukungan layanan dasar, masyarakat transmigran dan warga lokal terus menjaga produktivitas lahan dan membangun jejaring dagang lintas pulau.
Kawasan inipun pernah menjadi lokasi panen raya yang dihadiri Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda. Wilayah Transmigrasi Gane kembali menegaskan perannya sebagai salah satu lumbung pangan utama di Provinsi Maluku Utara melalui penyelenggaraan “Festival Lumbung Pangan Trans Gane – Horimoi Otaumoi” pada 8–29 November 2025 di Desa Sumber Makmur. Festival ini diinisiasi oleh Tim Ekspedisi Patriot (TEP) PSPK UGM bekerja sama dengan masyarakat transmigran dan warga setempat, dan festival ini sebagai ruang perayaan hasil bumi sekaligus penguatan solidaritas dan kemandirian pangan di kawasan transmigrasi.
Mohammad Ghofur perwakilan TEP PSPK UGM mengatakan dengan penyelenggaraan festival ini kembali menegaskan Desa Sumber Makmur memiliki potensi besar menjadi lumbung pangan Halmahera Selatan. Sebagai daerah lumbung pangan memperlihatkan masyarakat Sumber Makmur memiliki daya juang sangat luar biasa, sekaligus memperkuat pengakuan kerja keras petani di Gane merupakan pilar penting agenda kemandirian pangan daerah. “Mengusung semangat Horimoi Otaumoi, mencerminkan semangat kebersamaan, saling menopang, dan gotong royong. Festival Lumbung Pangan ini dirancang sebagai rangkaian kegiatan yang melibatkan seluruh kelompok usia dan lapisan sosial. Rangkaian kegiatan inipun menjadi wahana mempererat hubungan transmigran dan warga lokal, sekaligus panggung untuk mengakui kontribusi petani kecil yang selama ini bekerja dalam senyap,” ujar Moh Ghofur, Selasa (2/12).
Puncak Festival Lumbung Pangan Trans Gane – Horimoi Otaumoi berlangsung pada 29 November 2025 lalu melalui kegiatan “Gubug Rasai”. Sebuah kegiatan yang secara harfiah dimaknai sebagai gubug rembug bersama. Gubug sebagai ikon kesederhanaan para petani yang berkumpul bersama setelah proses di ladang yang melelahkan, dan menjadi tempat teduh untuk berbagi cerita bersama-sama. Sementara kata “Rasai” berasal dari suku Tobelo, Galela, Makeang, dan Ternate yang bermakna persaudaraan yang melampaui saudara kandung. Istilah ini tidak sekadar menunjukkan hubungan kekerabatan biologis, tetapi mengandung makna spiritual dan sosial yang lebih dalam yang terkait rasa memiliki, kepercayaan, dan tanggung jawab satu sama lain sebagai sesama manusia yang hidup di tanah yang sama. “Rasai menegaskan bahwa saudara sejati bukan hanya mereka yang lahir dari satu darah, tetapi juga mereka yang berjalan bersama, saling menolong, dan saling menjaga dalam suka dan duka. Nilai ini menjadi fondasi bagi semangat kebersamaan di tengah keberagaman etnis, agama, dan budaya masyarakat Maluku Utara,” ungkap Moh Ghofur.
Selain kegiatan hiburan serta aneka perlombaan, Festival Lumbung Pangan menghadirkan pelatihan dan lokakarya tematik terkait pertanian dan peternakan. Materi yang diangkat antara lain pengelolaan lahan padi dan hortikultura secara lebih efisien, peningkatan kualitas dan kesehatan ternak sapi, pengolahan pasca panen, hingga penguatan kelembagaan kelompok tani dan koperasi desa. Melalui pelatihan ini, TEP PSPK UGM bersama para pendamping lokal berupaya memastikan bahwa peningkatan kapasitas petani dan peternak berjalan seiring dengan penguatan posisi tawar mereka dalam rantai pasok pangan.
Kolaborasi antara TEP PSPK UGM, masyarakat Trans Gane, dan para pemangku kepentingan diharapkan menjadi contoh praktik baik pembangunan dari pinggiran, di mana transmigran dan warga lokal diposisikan sebagai subjek utama, bukan sekadar penerima program, dan Festival Lumbung Pangan diharapkan sebagai langkah awal untuk memperkuat ekosistem pangan lokal yang berkeadilan, inklusif, dan berkelanjutan, serta memastikan bahwa lumbung pangan di Gane tetap berdiri kokoh untuk generasi yang akan datang.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Aksesnews.com
