Tim Ekspedisi Patriot Universitas Gadjah Mada melakukan pengembangan komoditas Unggulan di kawasan transmigrasi Hialu, Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Kawasan ini mulai dikembangkan sebagai daerah penempatan transmigran sejak tahun 1994, dengan komoditas utamanya berbasis perkebunan kelapa sawit. Kawasan transmigrasi Hialu, ini terdiri atas 4 (empat) Satuan Kawasan Permukiman (SKP) dengan pusat pengembangannya berada di empat kecamatan yaitu Kecamatan Wiwirano, Kecamatan Langgikima, Kecamatan Landawe dan Kecamatan Oheo.
Selain perkebunan kelapa sawit, seiring berjalannya waktu komoditas-komoditas lain pun juga mulai dikembangkan seperti peternakan sapi, pertanian, dan tanaman hortikultura. Dari beragam komoditas tersebut, kelapa sawit dan ternak sapi ditengarai menyebar dan dijumpai di seluruh SKP, dan kedua komoditas tersebut dinilai memiliki prospek positif untuk dikembangkan di kawasan transmigrasi Hialu.
Ditengah upaya pengembangan komoditas di kawasan transmigrasi Hialu, Tim Ekspedisi Patriot UGM melaksanakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD). Dalam FGD yang berlangsung hari Selasa (14/10), Tim Ekspedisi Patriot (TEP) UGM Ouput-2 menawarkan peluang pengembangan kegiatan ekonomi baru kepada masyarakat transmigrasi di Kawasan Hialu dengan mengusung konsep Kolaborasi Ekonomi Sirkuler. Konsep ini dikembangkan dengan prinsip mengkolaborasikan dua komoditas unggulan yaitu kelapa sawit dan ternak sapi sebagai sebuah sistem aktivitas usaha / ekonomi dengan prinsip ramah lingkungan. “Pengolahan dan pemanfaatan limbah tanaman kelapa sawit sebagai alternatif pakan ternak sapi merupakan upaya mengurangi limbah aktivitas perkebunan sawit,” ujar Joewono Soemardjito, ST., M.Si, Jum’at (24/10) .
Menurut Joewono, pemanfaatan limbah kotoran sapi sebagai pupuk kandang untuk tanaman sawit dan pertanian dinilai cukup potensial mengingat jumlah ternak sapi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selain untuk pupuk kandang, limbah ternak sapi (kotoran) dapat dimanfaatkan juga sebagai bahan baku pembuatan biogas untuk keperluan rumah tangga. “Dengan konsep ekonomi sirkuler ini, diharapkan akan tumbuh aktivitas ekonomi baru dan menciptakan nilai tambah bagi masyarakat di kawasan transmigrasi Hialu,” terangnya.
Untuk menjamin keberhasilan program tersebut, kata Joewono, dituntut kolaborasi bersama antara warga transmigran dan antar SKP karena hampir semua warga transmigran di kawasan Hialu memiliki usaha di perkebunan sawit, dan sebagian warga lainnya telah mengembangkan usaha ternak sapi untuk pemenuhan kebutuhan daging sapi bagi warga masyarakat di kawasan transmigrasi itu sendiri maupun daerah yang lain. “Dalam beberapa tahun terakhir ini, terindikasi usaha ternak sapi terus mengalami peningkatan, dan tentunya usaha peternakan sapi ini membutuhkan dukungan ketersediaan pakan ternak secara kontinyu,” paparnya.
Tim Ekspedisi Patriot (TEP) UGM Output-2 Universitas Gadjah Mada di kawasan transmigrasi Hialu, Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara beranggotakan Joewono Soemardjito, ST., M.Si (ketua), Christabel Geraldine Agustina, S.T.P., Ayura Fatwa Febriyanti, Hafizh Vergiansyah, dan Husban Yarjuna Firdaus, serta diikuti Tim TEP Hialu Output -1. Mereka telah memaparkan konsep pengembangan komoditas berbasis kolaborasi sirkular ekonomi kepada para peserta FGD yang terdiri warga transmigrasi dari beberapa desa yang terdapat di dalam Kawasan Transmigrasi Hialu.
Tanpa diduga sebelumnya, pemaparan mereka mendapat tanggapan positif dari seluruh peserta FGD. Mereka memberikan respon dan ketertarikannya terhadap tawaran yang disampaikan oleh Tim Ekspedisi Patriot UGM. Repon tersebut diperoleh dari hasil jajak pendapat masyarakat melalui pengisian borang yang disebarkan kepada seluruh peserta FGD sebelum acara dimulai, dan mereka menunjukkan minatnya terhadap usaha pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan ternak sapi. Mereka sangat berharap adanya dukungan dari pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Utara untuk dapat merealisasikan konsep pengembangan yang ditawarkan oleh Tim TEP UGM melalui pendampingan ataupun pelatihan pembuatan pakan ternak dari limbah sawit, bantuan peralatan pengolahan, pembuatan kandang sapi, dan lain sebagainya. “Mereka pun berharap adanya kucuran permodalan untuk mendukung kegiatan usaha mereka,” ucap Joewono.
Dr. Ir. Dewanti, MS., dosen di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik UGM selaku narasumber FGD menyatakan perlunya akses penghubung berupa jembatan yang berfungsi untuk meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas produk komoditas unggulan di kawasan tersebut. Diakui atau tidak, kata Dewi, banyak kawasan transmigrasi belum tersentuh pembangunan infrastruktur jalan maupun jembatan. “Kondisi ini tentu menjadi kendala bagi masyarakat dalam pendistribusian atau penjualan produk-produk komoditas unggulan di daerah tersebut. Akibatnya biaya transportasi dan logistik menjadi semakin tinggi yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga produk di tingkat konsumen,” paparnya.
Dalam kesempatan FGD, Hendra Samrandani, SE, selaku Kabid Pembinaan Transmigras, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara, mengajak kepada seluruh peserta FGD untuk menyampaikan pandangan, harapan, atau masukan kepada tim TEP UGM terkait pengembangan komoditas unggulan di Kawasan Hialu. Selaku perwakilan dari pemerintah daerah, iapun berkomitmen untuk membantu dan mendukung pembangunan transmigrasi di Kabupaten Konawe Utara sesuai dengan kewenangan dan tugas pokoknya. “Saya kira kolaborasi, koordinasi, dan kerjasama antar lintas atau sektor juga sangat penting bagi upaya menyukseskan program pemerintah melalui pembangunan transmigrasi di masa-masa mendatang,” imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Haluan Rakyat – Dok. TEP UGM
