Pantai Raja Ampat dengan pasir putihnya dengan kicauan aneka burung sungguh suatu keindahan luar biasa. Keelokan alam yang dimiliki Raja Ampat sungguh memikat.
Bagi banyak jiwa, hamparan alam Raja Ampat menentramkan jiwa, utamanya mereka yang lagi gelisah. Meski tersembunyi antara gugusan pulau-pulau dan karang yang menakjubkan mata, Raja Ampat adalah surga dunia di ujung timur Indonesia.
Potensi keindahan alam yang dimiliki Raja Ampat itupun telah menginspirasi Tim KKN-PPM Universitas Gadjah Mada yang melakukan pengabdian di Distrik Kota Waisai. Sebanyak 29 mahasiswa UGM dari 13 fakultas dengan dosen pendamping lapangan (DPL) Dr. Djaka Marwasta, M.Si. dari Fakultas Geografi akan melakukan pengabdian selama 50 hari, 1 Juli-19 Agustus 2024 dengan fokus utama program kerja mengembangkan sumber daya alam Raja Ampat sebagai aset bangsa untuk kesejahteraan warga lokal dan meningkatkan pariwisata Indonesia di mata dunia.
“Distrik Kota Waisai meliputi empat kelurahan Sapordanco, Waisai, Warmansen, dan Bonkawir dengan fokus utama program ini adalah mengembangkan sumber daya alam Raja Ampat. Berbagai flora dan fauna khas Raja Ampat memiliki keunikan dan keindahan yang luar biasa, yang mampu mengejawantahkan Indonesia is Wonderland,” ujar Dhea Cornelia mahasiswa Sekolah Vokasi 2021, Ketua Tim KKN-PPM Sorai Waisai, Jum’at (12/7).
Mengirimkan mahasiswa melakukan pengabdian melalui KKN-PPM di Raja Ampat bukan kali pertama oleh UGM. Di tahun 2024 kali ini merupakan periode kedua dengan membawa tema baru yang sangat potensial dalam sektor pemanfaatan pariwisata lokal.
“Jika sebelumnya, KKN UGM di Raja Ampat berfokus pada peningkatan sumber daya manusia maka tahun ini berfokus dengan melengkapi dan optimalisasi serta strategi promosi endemik lokal Pulau Waigeo di Kota Waisai, terutama burung cendrawasih sebagai burung eksotis dunia,” ucap Dhea.
Dhea menjelaskan jika sebelumnya, KKN UGM di Raja Ampat berfokus pada peningkatan sumber daya manusia maka di tahun ini fokus tersebut dilengkapi dengan optimalisasi dan strategi promosi endemik lokal Pulau Waigeo di Kota Waisai dengan mengeksplore burung cendrawasih sebagai burung eksotis dunia. Tema besar tim KKN UGM kali inipun memiliki program kerja yang bertujuan untuk menambah daya saing sektor pariwisata burung eksotis.
Menurut Dhea Cornelia program kerja Tim KKN-PPM UGM akan fokus pada revitalisasi objek pariwisata, penyusunan materi informasi tentang jenis burung eksotis. Selain itu meningkatkan kualitas pengetahuan sumber daya manusia terkait burung eksotis, serta konservasi dan digitalisasi sistem informasi dan jenama pariwisata burung eksotis di Warkesi, Kota Waisai.
Program ini tentunya memberikan lanskap baru pada jenis pariwisata di Raja Ampat yang sebelumnya terkenal dengan pariwisata bawah lautnya, dan kini muncul opsi baru terkait pemanfaatan sumber daya alam Raja Ampat. Optimalisasi potensi pariwisata endemik ini tentu harus melibatkan semua unsur, termasuk pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
“Mahasiswa akan berkoordinasi dengan berbagai OPD terkait untuk menyelaraskan program kerja guna bersinergi dalam optimalisasi eco-eduwisata endemik lokal sebagai burung eksotis dunia,” papar Dhea.
Salah satu anggota tim KKN-PPM UGM Sorai Waisai, Yuda Pramudia mahasiswa Filsafat 2021memaparkan bila lokasi KKN PPM UGM Sorai Waisai saat ini belum memiliki spot wisata permanen yang mendatangkan turis secara massal. Spot pariwisata masih berpusat pada wisata bahari seperti Piaynemo, Kalibiru, Wayag, dan Misool.
Daratan Kota Waisai, kata dia, hanya menjadi pusat transit ke spot pariwisata yang sudah disebutkan tadi. Padahal, potensi pariwisata khususnya di konservasi burung endemik sangat memiliki nilai jual yang mahal dan dapat menambah nilai perekonomian, terutama bagi penduduk lokal di Waisai Kota.
“Meskipun fokus utama KKN-PPM Sorai Waisai adalah optimalisasi pariwisata burung endemik lokal Pulau Waigeo, tim KKN-PPM UGM juga akan mengidentifikasi permasalahan sosial dan kultural di masyarakat, terutama terkait kesenjangan sosial, penataan kota, serta menyusun strategi pembangunan desa dan kota berbasis pariwisata berkelanjutan,” terangnya.
Penulis: Agung Nugroho