Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) melakukan penelitian terhadap lambung menggunakan Electrical Impedance Tomography (EIT). Sebuah penelitian yang berfungsi untuk pemantauan tingkat keasaman lambung pasien GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).
Tim PKM Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) ini terdiri dari Chenaniah, Muhammad Fathur Rohman, Prima Nafisman, Habib Fabian Fahlesi (Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik), dan Dheandy Keriswasiat (FK-KMK). Mendapat bimbingan dari Ridwan Wicaksono, S.T., M.Eng., Ph.D., Tim PKM Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) yang memperoleh pendanaan penelitian dari Kemendikbudristek inipun menamai diri mereka sebagai tim GASTREIT.
“Melalui judul penelitian Analisis Sistem Pemantauan Tingkat Keasaman Lambung Pasien GERD secara Real-Time Berbasis Electrical Impedance Tomography yang Terintegrasi Mobile Apps, GASTREIT digadang-gadang mampu memantau asam lambung pasien dengan nyaman tanpa memasukkan alat ke dalam tubuh,” ujar Cheniah selaku koordinator penelitian PKM GASTREIT, di Kampus UGM, Rabu (17/7).
Cheniah menjelaskan penelitian yang dilakukan PKM GASTREIT sebagai langkah maju dalam telemedicine. Dengan sistem pemantauan real-time yang terintegrasi dengan aplikasi mobile, pasien dapat memantau kondisi lambung pasien GERD untuk pengecekan pH secara non-invasif dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan dengan lebih cepat dan mudah.
“Solusi ini menawarkan kenyamanan dan efisiensi lebih dibandingkan metode tradisional yang bersifat invasive,” jelasnya.
Iapun menyampaikan GASTREIT hadir karena adanya keresahan para pasien GERD. GERD yang merupakan kondisi medis ketika terjadinya refluks berulang dari cairan lambung masuk ke dalam esophagus, dan menurut data tahun 2023 menunjukkan sekitar 27,4 persen masyarakat Indonesia pernah mengalami GERD dengan peningkatan kasus sebesar 4 persen setiap tahunnya.
Saat ini, menurut Cheniah, metode skrining dini yang efektif untuk mendeteksi gejala GERD masih belum ada sehingga metode invasif akan tetap menjadi standar emas dalam pemeriksaan GERD. Metode ini menawarkan diagnosis yang akurat dan visualisasi langsung esofagus.
“Sayang, metode ini sering kali menyebabkan ketidaknyamanan atau komplikasi seperti penyempitan jalan esophagus,” terangnya.
Kini dengan kehadiran GASTREIT tentunya sebagai alternatif solusi yang memungkinkan deteksi pH asam lambung melalui perubahan impedansi sensor listrik di luar tubuh. Dengan sistem ini, tidak diperlukan lagi pemasukan alat ke dalam tubuh sehingga mengurangi risiko ketidaknyamanan dan komplikasi yang sering dikaitkan dengan metode invasif.
Cheniah menambahkan penelitian saat ini masih berfokus pada phantom (tiruan) lambung yang harapannya semoga kedepan dapat langsung diimplementasikan kepada pasien sehingga pasien dapat merasa aman dan nyaman dalam pengecekan pH lambung yang menjadi salah satu faktor risiko dini GERD.
Penulis: Agung Nugroho