Tim mahasiswa UGM yang tergabung dalam tim Bulaksumur Consulting sukses menjadi juara 1 ajang Social Logistics Challenge yang diselenggarakan Global Business School Network (GBSN) secara online pada 6 Oktober – 5 November 2024. Tim Mahasiswa yang beranggotakan Najwa Waq’iah, Gustav Susanto, Nikita Dinda Azizah, Risang Mar’atun Sholihah (Manajemen 2022), dan Magnesia Putri Azalia (Teknik Industri 2022) berhasil menyisihkan 103 tim dari 21 negara dari berbagai belahan dunia. “Kami merasa bangga dan bahagia karena menjadi tim pertama dari Indonesia yang memenangkan kompetisi ini,” ungkapnya Najwa Waq’iah di FEB UGM, Kamis (21/11).
Najwa menjelaskan dalam kompetisi tersebut, tim mahasiswa harus menyelesaikan studi kasus Social Logistics Challenge. Saat berlangsung kompetisi, Tim Mahasiswa UGM dihadapkan persoalan adanya ketimpangan distribusi sumber daya kesehatan di daerah terpencil.
Banyak komunitas di daerah pedesaan atau terpencil menghadapi kesulitan besar dalam mengakses kebutuhan medis penting, termasuk obat-obatan, peralatan medis, dan layanan kesehatan dasar. Kesulitan dalam akses, sebut Najwa memperburuk disparitas kesehatan antara daerah perkotaan dan pedesaan serta menghambat kemajuan dalam mencapai kesehatan yang baik dan kesejahteraan.
Infrastruktur transportasi yang tidak memadai dan kurangnya data real-time mengenai kebutuhan kesehatan lokal dinilai sering kali menjadi hambatan logistik di daerah. Akibatnya distribusi sumber daya menjadi tidak efektif dan seringkali terlambat. “Karenanya dalam lomba kami mengajukan gagasan pembuatan sistem rantai pasokan berbasis komunitas yang terintegrasi secara digital untuk mengatasi persoalan tersebut,” terangnya.
Najwa menjelaskan sistem rantai pasok dikembangkan Tim Mahasiswa UGM adalah dengan memanfaatkan teknologi seluler dan analitik data. Sistem ini dapat digunakan untuk menilai dan memprediksi kebutuhan medis di setiap wilayah dengan lebih akurat.
Dengan data yang selalu diperbarui baik terkait kebutuhan kesehatan dan kerja sama antara tenaga kesehatan lokal, mitra logistik regional, dan penyedia teknologi, kata Najwa, dapat memastikan distribusi yang cepat dan tepat sasaran ke area yang paling membutuhkan. “Pemerintah daerah, organisasi kesehatan, dan anggota masyarakat memainkan peran penting dalam proses ini, memberikan wawasan penting tentang tantangan dan kebutuhan di lapangan”, urainya.
Najwa menambahkan gagasan yang diusung oleh tim mahasiswa FEB UGM ini menekankan peningkatan hasil kesehatan, pengembangan infrastruktur inklusif dan tangguh, serta promosi praktik berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan. Dengan mengatasi kesenjangan logistik melalui teknologi dan kolaborasi lintas sektor, solusi ini dipandang tidak hanya meningkatkan akses kesehatan di daerah terpencil tetapi juga menjadi model penerapan prinsip logistik sosial untuk mengatasi berbagai tantangan sosial di tingkat komunitas.
Reportase : Orie Priscylla Mapeda Lumalan & Kurnia Ekaptiningrum/Humas UGM
Penulis : Agung Nugroho