
Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Gadjah Mada melakukan penelitian mengenai kerentanan budaya di Desa Adat Osing Kemiren, Banyuwangi, Jawa Timur. Selain melakukan observasi di lapangan, dalam penelitian ini juga dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan asesor lokal dan para pemangku kepentingan.
Tim PKM UGM ini terdiri dari Alfi Turni Aji Sulistyaningrum (Fakultas Ilmu Budaya) selaku ketua dengan anggota Ferdian Dwi Saputra (FIB), Fernanda Tri Antono (FIB), Ayu Farryla Wira Susanto (FIB), dan Wildan Rafi Fadlilah (Fakultas Teknik). Tim ini mendapat pendampingan dari Fahmi Prihantoro, S.S., M.A., dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM selaku dosen pembimbing.
Alfi menjelaskan, latar belakang penelitian berangkat dari fenomena mulai lunturnya tradisi masyarakat Osing di tengah arus modernisasi dan pariwisata. Beberapa tanda yang tampak adalah semakin jarangnya penggunaan bahasa ibu Osing di kalangan generasi muda. Tanda-tanda lain minimnya regenerasi pelaku adat, hingga pengaruh teknologi dan birokrasi yang kerap memengaruhi makna dan pelaksanaan tradisi.
“Budaya Osing yang selama ini menjadi identitas masyarakat Kemiren menghadapi tantangan serius. Jika kerentanan ini tidak segera dipetakan dan dimitigasi, ada risiko terputusnya transmisi budaya ke generasi berikutnya,” jelas Alfi, di Kampus UGM, Kamis (18/9).
Lebih lanjut Alfi menjelaskan dalam FGD yang menghadirkan pelaku budaya, Daya Warga, Daya Desa, lembaga adat, hingga pemerintah daerah. Dari forum ini diperoleh gambaran utuh mengenai kondisi kebudayaan Osing serta langkah-langkah strategis yang dibutuhkan.
Hasil penelitian pun menghasilkan tiga capaian utama. Pertama, pemetaan sebaran objek kebudayaan di Desa Kemiren, meliputi bahasa, kesenian, ritual adat, serta ruang-ruang budaya yang masih aktif. Kedua, identifikasi bentuk-bentuk kerentanan budaya, mulai dari menurunnya pemakaian bahasa ibu hingga melemahnya kapasitas pelaku adat. Ketiga, perumusan strategi pelestarian objek pemajuan kebudayaan, antara lain memperkuat regenerasi pelaku budaya, melakukan dokumentasi tradisi, serta mengembangkan pemetaan spasial dan tematik untuk mitigasi kerentanan.
“Dengan pendekatan ini, tim berharap Desa Adat Osing Kemiren tidak hanya mampu menjaga identitas budayanya, tetapi juga menjadikannya sebagai model pelestarian kebudayaan berbasis masyarakat yang adaptif terhadap perkembangan zaman,” pungkas Alfi.
Penulis : Agung Nugroho