Tim mahasiswa UGM mengembangkan lidah elektronik atau electronic tongue (E-Tongue) dengan teknologi machine learning, yang dapat mendeteksi kandungan mineral dan logam berat pada air minum. Teknologi ini dapat membantu masyarakat melakukan identifikasi kualitas dan kelayakan air minum, dan mencegah bahaya kesehatan akibat konsumsi air minum yang terkontaminasi. Tim tersebut terdiri dari Inna Sri Utami (Fisika), Alfian Daffa Baihaqi (Teknik Biomedis),Edwin Suryalaksana Wijaya (Fisika), dan Fadhya Chania (kimia) di bawah bimbingan Dr Eng Ahmad Kusumaatmaja, S.Si., M.Sc.
“Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Inovasi ini diharapkan dapat memberikan solusi efektif dalam mendeteksi kandungan mineral dan logam berat pada air minum untuk memastikan apakah air tersebut layak dikonsumsi,” tutur Inna Sri Utami selaku salah satu anggota tim.
E-Tongue adalah sebuah perangkat yang dirancang untuk menirukan kemampuan lidah manusia dalam mendeteksi rasa yang telah dikembangkan oleh Laboratorium Fisika Material dan Instrumentasi di Departemen Fisika MIPA UGM. Dalam perkembangannya, teknologi ini telah diarahkan untuk mendeteksi senyawa kimia dalam cairan, termasuk air minum.
Dengan memadukan sensor yang sensitif dan teknologi machine learning, alat ini diharapkan dapat mengenali kandungan mineral dan logam berat dalam air secara cepat dan dengan tingkat akurasi yang tinggi.
“Deteksi dini terhadap kandungan berbahaya dalam air dapat membantu mencegah risiko penyakit kanker yang disebabkan oleh air minum yang terkontaminasi logam berat,” imbuh Inna.
Penelitian ini dilakukan oleh Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dengan dukungan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pengembangan E-Tongue ini, menurut para mahasiswa, merupakan langkah besar untuk memastikan masyarakat mendapatkan air minum yang sehat dan bebas dari kontaminan yang berbahaya.
Mereka berharap, inovasi ini dapat menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut terkait pemantauan kualitas air. Tantangan di masa depan melibatkan implementasi teknologi ini dalam skala yang lebih luas, memastikan aksesibilitasnya, dan mendukung regulasi terkait
“Harapannya teknologi ini dapat segera diimplementasikan untuk meningkatkan pengawasan kualitas air dan memberikan dampak positif bagi masyarakat,” kata Inna.
Penulis: Tim PKM
Editor: Gloria