Data National Geographic Indonesia tahun 2019 menyebut Indonesia menduduki urutan ke-enam sebagai negara yang mengalami penurunan biodiversitas tertinggi di dunia yang menyebabkan banyak spesies mengalami ancaman kepunahan. Salah satu spesies yang terancam punah adalah anggrek langka Dendrobium capra J.J.Smith. Anggrek ini tercatat berada dalam status Appendix II dalam CITES dan Endangered atau terancam punah dalam International Union for Conservation of Nature (IUCN). Kurangnya perhatian terhadap anggrek ini menyebabkan Dendrobium capra mengalami penurunan populasi yang cukup signifikan.
Meski mengalami penurunan, disisi yang lain terdapat satu populasi Dendrobium capra yang baru ditemukan berada di wilayah hutan produktif di Gunungkidul. Sebuah wilayah yang rawan terhadap intervensi manusia. Sejumlah mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) melakukan penelitian terkait keberadaan Dendrobium capra yang mulai langka ini. “Sekaligus ini new record karena baru ditemukan di wilayah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta beberapa waktu lalu”, ujar Akmal Bunyamin, di Fakultas Biologi UGM, Rabu (7/8).
Selaku ketua, Akmal menjelaskan bila Tim PKM-RE dalam penelitiannya melakukan studi populasi anggrek Dendrobium capra sebagai upaya pemantauan eksistensi anggrek ini di habitat aslinya. Tim ini juga melakukan konstruksi DNA barcoding pada spesies ini untuk memudahkan proses identifikasi. “Ini dikarenakan sulitnya membedakan antarspesies Dendrobium hanya dengan pengamatan morfologinya saja, karenanya kita juga menyediakan barcode sebagai identitas Dendrobium capra pada database”, terangnya.
Tim PKM-RE yang kesemuanya mahasiswa Fakultas Biologi UGM ini menamakan diri mereka Tim PKM-RE D’caprangers. Selain Akmal Bunyamin (angkatan 2021), tim ini beranggotakan Syafira Nurul Aisya (angkatan 2021), Astrid Rayna Afandi (angkatan 2022), Nimas Sukma Puspita (angkatan 2022), dan Dary Saka Fitrady (angkatan 2023).
Tim PKM-RE D’caprangers mendapat bimbingan dari Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono, M. Agr. Sc., dan tim dalam penelitiannya mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek RI.
Akmal Bunyamin mengatakan survei studi populasi anggrek ini dilakukan di hutan kecil yang berlokasi di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul yang berada pada ketinggian 192-211 mdpl yang tergolong sebagai dataran rendah. Pada populasi tersebut, ditemukan sebanyak 103 individu Dendrobium capra yang hidup secara epifit menempel pada pohon mahoni (Swietenia sp.) dan pohon jambu air (Syzygium sp.).
Dengan dilakukannya penelitian ini, kata Akmal, anggrek Dendrobium capra dapat diselamatkan dari ancaman kepunahan dengan memantau kondisi di habitat alaminya. “Data ini juga dapat digunakan untuk menyusun strategi konservasi lebih lanjut,” ungkapnya.
Akmal menambahkan bila produk barcode dapat disetorkan ke basis data genetik publik seperti The National Center for Biotechnology Information (NCBI) sebagai identitas resmi Dendrobium capra secara molekuler. Hal ini penting dilakukan karena sekuens tersebut belum tersedia dalam database dan diperlukan untuk memudahkan proses identifikasi Dendrobium capra yang semakin langka. “Kita berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi salah satu upaya dalam melestarikan biodiversitas Indonesia khususnya anggrek Dendrobium capra sebagai salah satu puspa pesona Indonesia agar tidak mengalami kepunahan”, imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Trubus