Dusun Jangkang, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak Sleman merupakan salah satu dusun penghasil komoditas tebu di Yogyakarta. Sebagai penghasil komoditas tebu menjadikan dusun ini juga dikenal sebagai daerah penghasil limbah daun tebu kering dengan jumlah yang tidak sedikit.
Selain itu, kebun-kebun di daerah ini juga dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah blotong yang seringkali menimbulkan bau busuk dan kurang sedap. Sementara limbah daun kering oleh para petani tebu hanya dibakar di lahan dan hal ini tentunya menyebabkan polusi udara serta kerusakan tanah.
Bagi Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian Masyarakat UGM yang terdiri dari Roisatu Khurin Ain, Dionisius Marlon Ayofi, Ilham Nur Rahman, Alma Karida Anwar (Teknologi Industri Pertanian 2021), dan Shaina Kyra Nadira (Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian 2022) menilai berbagai limbah tersebut sesungguhnya potensi yang bisa dimanfaatkan. Dengan dibimbing Megita Ryanjani Tanuputri, S.T.P, M.Sc, P.hD., Tim PKM bidang Pengabdian Masyarakat UGM melakukan pengabdian di Dusun Jangkang, Desa Wedomartani dengan mengusung Program Inovasi Pengolahan Limbah Tebu menjadi Biobriket Bagasse.
Pengabdian dalam rangka Pengembangan Potensi Ekonomi di Desa Wedomartani dilakukan sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat akan keterampilan yang memadai guna menangkap potensi yang belum tergarap secara maksimal. Sebab, hingga kini masih banyak limbah blotong dan ampas tebu belum dimanfaatkan secara maksimal. Pihak pabrik gula pun hanya membuang limbah begitu saja dan masyarakat dipersilakan jika ingin mengambilnya.
Roisatu Khurin Ain mengatakan Pelatihan Program Inovasi Pengolahan Limbah Tebu menjadi Biobriket Bagasse di Dusun Jangkang sebagai wujud perhatian khusus terhadap masyarakat Dusun Jangkang, terutama ibu-ibu rumah tangga. Ibu-ibu rumah tangga di Dusun Jangkang dinilainya memiliki waktu luang karena sebagian besar dari mereka bekerja sebagai ibu rumah tangga.
“Dengan hanya mengandalkan dari suami, tentu penghasilan yang mereka dapatkan tidak seberapa. Karenanya dengan pelatihan ini diharapkan bisa untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus menunjang taraf hidup ekonomi keluarga-keluarga di Dusun Jangkang,” ujar Roisatu Khurin Ain, di Kampus UGM, Selasa (10/10).
Roisatu menyebut jika melihat limbah hasil panen tebu maka potensinya cukup besar. Jika dimanfaatkan dengan baik tentu akan menaikkan pendapatan sekaligus tidak menimbulkan kekhawatiran bagi warga Dusun Jangkang karena limbah inipun mengeluarkan bau busuk seperti kotoran sapi, berdebu dan menjadi sumber lalat.
Dionisius Marlon Ayofi menambahkan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat di Dusun Jangkang, Tim PKM-PM UGM berhasil memberdayakan 61 ibu-ibu sebagai anggota aktif PKK. Melihat adanya potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimiliki, Tim PKM-PM UGM secara rutin membuat rencana pertemuan dengan Ketua RT dan Ketua PKK terkait Program Program Inovasi Pengolahan Limbah Tebu menjadi Biobriket Bagasse.
“Kami sampaikan mengenai rencana program kami ke depan beserta perizinan. Kami mengajukan perizinan kepada Kelurahan Desa Wedomartani, Ketua RT, dan Ketua PKK melalui ketentuan surat dalam pengajuan proposal PKM-PM,” terangnya.
Sejalan dengan itu, kata Dion, Tim PKM-PM UGM merancang dan menyusun segala rencana kegiatan program yang dituangkan dalam proposal. Beberapa kegiatan yang sudah berhasil dilakukan antara lain program pengenalan produk BioBriket Bagasse dari limbah tebu, program pelatihan pembuatan BioBriket Bagasse, program pelatihan pengemasan dan penjualan Biobriket Bagasse dan pengembangan rumah produksi.
Shaina Kyra Nadira merasa bersyukur karena hasil pengabdian masyarakat ini memberikan dampak positif kepada ibu-ibu PKK Dusun Jangkang Desa Wedomartani. Selain mendapatkan ilmu baru mengenai pemanfaatan limbah tebu yang sudah tidak terpakai menjadi BioBriket Bagasse, ibu-ibu PKK Dusun Jangkang juga mendapatkan tambahan ekonomi dari kegiatan tersebut.
“Dari hasil wawancara dengan beberapa ibu PKK, mereka mengaku sangat senang dan berterima kasih kepada para mahasiswa UGM yang telah membantu masyarakat dalam memahami langkah-langkah produksi, peralatan produksi yang digunakan, dan proses pengemasan produk hingga menghasilkan produk BioBriket Bagasse,” ujar Shaina.
Diakuinya kualitas biobriket yang dihasilkan oleh masyarakat mitra sudah sangat baik. Penilaian ini dibuktikan dengan uji coba briket dengan masyarakat mitra pada pertemuan pelatihan kedua.
Penulis : Agung Nugroho