Menurut data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019, jumlah penderita diabetes di seluruh dunia telah mencapai 500 juta orang. Dari jumlah tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 2,2 juta orang meninggal akibat diabetes. Data dari IDF menunjukkan bahwa pada tahun 2021, Indonesia memiliki 19,47 juta penderita diabetes dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 28,57 juta pada tahun 2045. Dari banyaknya penderita diabetes tersebut, sebanyak 80% diantaranya mengalami kasus amputasi yang diakibatkan oleh ulkus diabetikum. Untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan inovasi sediaan yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan luka.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tim PKM-RE UGM Sobatepat yang beranggotakan Zahwa Khoirun Nisa (Fakultas Biologi 2022), Zatun Nithoghani Hafni (Fakultas Biologi 2021), Muhammad Nur Ikhsan (Fakultas Biologi 2021), Sekar Ayu Kusumawardani (Fakultas Farmasi 2022), dan Alvian Chesyar Burhanudin (Fakultas Farmasi 2022) dengan dosen pendamping Dr. apt. Adhyatmika, M.Biotech mencoba menginovasikan sediaan patch topical dengan kombinasi minyak ikan patin dan biosilika ampas tebu.
“Kami memilih membuat sediaan patch untuk memastikan penghantaran obat pada luka memiliki dosis yang lebih terukur dan terkontrol serta harapannya juga dapat mencegah penggunaan antibiotik yang berlebihan,” tutur Zahwa selaku ketua tim, Senin (22/7).
Bukan tanpa alasan, pemilihan minyak ikan patin dan biosilika ampas tebu sebagai bahan aktif sebab kandungan asam lemak omega-3 pada minyak ikan patin telah terbukti dapat membantu proses penyembuhan luka. Sebagai suatu kebaruan, penambahan ekstrak biosilika ampas tebu dilakukan sebagai antibakteri dalam proses penyembuhan luka diabetik.
Penelitian ini dikembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) dengan sumber dana dari Kemendikbudristek. Melalui integrasi dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, tim ini mengekstrak biosilika ampas tebu dan memformulasikannya bersama minyak ikan patin hingga membentuk sediaan patch.
“Pada penelitian ini kami mula-mula membuat tiga formulasi patch dengan kandungan bahan aktif yang berbeda-beda dan diuji menggunakan particle size analyzer, selanjutnya ditambahkan basis gel membentuk nanoemulge,l” jelas Alvian. Nanoemulgel yang terbentuk diformulasikan kembali hingga terbentuk sediaan patch yang siap digunakan.
Sekar menjelaskan bahwa patch yang dihasilkan selanjutnya diujikan pada tikus model diabetes mellitus. “Kami membuat lima kelompok perlakuan untuk pengujian pengaruh patch pada tikus diabetes yang diberi luka,” jelasnya. Pengamatan terhadap diameter luka dilakukan mulai hari ke-1 hingga ke-7 menghasilkan kesimpulan bahwa patch yang dibuat terbukti mampu membantu proses penyembuhan luka diabetik. Inovasi sediaan patch ini diharapkan dapat berkontribusi dalam proses pengembangan terapi komprehensif luka diabetik dengan mewujudkan poin SDGs ke-3, yaitu good health and well being.
Reportase: Zahwa Khoirun Nisa
Penulis: Lazuardi Choiri