 
							
		Di balik riuh deru mesin hemat energi, semangat mahasiswa Tim Semar UGM terus membara hingga berhasil menorehkan prestasi di ajang Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2025 yang digelar pada 23–26 Oktober 2025 di Universitas Jember. Kompetisi ini diikuti 44 tim dari 68 perguruan tinggi yang menampilkan inovasi terbaik dalam pengembangan mobil hemat energi.
Tahun ini, tim Semar UGM menurunkan dua formasi kelas motor listrik dalam ajang tersebut, Tim Semar Urban UGM meraih Juara 2 pada kategori Urban Concept Battery Electric, sementara Tim Semar Proto UGM menempati Juara 3 pada kategori Prototype Battery Electric. Keberhasilan ini merupakan hasil kerja keras 19 mahasiswa lintas disiplin ilmu yang berasal dari Program Studi Teknik Mesin, Teknik Kimia, Teknik Elektro, Teknik Biomedis, Teknik Industri, serta Elektronika dan Instrumentasi.
Ketua Tim Semar UGM, Muhammad Ghani Prayatna menjelaskan mekanisme perbedaan mobil prototype dan urban concept, yang keduanya menggunakan sistem propulsi listrik. Mobil prototype, lanjutnya, dirancang se-aerodinamis mungkin untuk mencapai efisiensi energi tertinggi. Sementara itu, mobil urban dibuat menyerupai kendaraan konvensional, lengkap dengan empat roda, lampu, wiper, dan spion. “Namun, dari sisi bahan bakar dan sistem propulsinya, semuanya kami rancang berbasis tenaga listrik sesuai kebutuhan mobil hemat energi,” ungkap mahasiswa Teknik Mesin UGM itu, Jumat (31/10).
Ghani mengakui bahwa KMHE 2025 menghadirkan tantangan baru dibanding tahun sebelumnya. Salah satunya adalah penggunaan mobil baru dengan struktur dan desain yang berbeda dan banyak yang perlu disesuaikan, mulai dari sisi mekanik, proporsi, hingga sistem energi.
Selama tiga bulan persiapan, tim hanya menguji kendaraan di Stadion Mandala Krida atau Stadion Maguwo yang tidak memiliki tikungan tajam seperti di sirkuit asli seperti Mandalika atau Ancol. “Padahal, belokan 90 derajat itu bisa sangat memengaruhi performa dan efisiensi energi mobil,” tambahnya.
Bagi Ghani, kompetisi bukan sekadar adu kecepatan, melainkan juga ujian mental dan profesionalitas. Sikap mental yang ia dan tim tanamkan ialah tidak boleh sombong karena pengalaman, tetapi juga tidak boleh minder. Ia menyebutkan mentalitas inilah yang menjadi ciri khas Semar UGM setiap kali berlaga di medan kompetisi.
Meski sudah menyabet gelar juara, Ghani menyebutkan hasil akhir bukan satu-satunya ukuran keberhasilan. Menurutnya, tidak ada mobil garapan yang sempurna sebab jika mobil sudah 10 dari 10, artinya sama dengan menutup ruang untuk berinovasi. “Kami selalu menganggap mobil masih 8 atau 9, supaya tetap bisa dikembangkan. Yang penting kami bekerja keras dan terus semangat, hasil yang baik pasti akan mengikuti perjuangan yang maksimal,” ujarnya memberi pesan.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : DTMI FT UGM
 
                        