Kabupaten Magetan memiliki beragam UMKM dari berbagai sektor, mulai dari kuliner asal pangan lokal, kerajinan, hingga produk fashion. Sayangnya, transformasi serta digitalisasi dalam meningkatkan efisiensi jangkauan pasar dan kemampuan bersaing, belum banyak dilakukan. Universitas Gadjah Mada menerjunkan 78 mahasiswa KKN asal lintas disiplin ilmu, yang tersebar di Kecamatan Takeran dan dua lokasi yang berbeda di Kecamatan Plaosan untuk membantu memetakan potensi dan penguatan kelembagaan UMKM melalui pemanfaatan media digital agar memiliki kemampuan daya saing yang tinggi. Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG (K), Ph.D., mengaku haru dan bangga atas pengabdian yang dilakukan mahasiswa memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat Magetan. “Sangat haru dan senang melihat kiprah mahasiswa dan melihat bagaimana mereka berinteraksi dengan warga. Beruntungnya, di tiap daerah kami memiliki alumni, dan link dengan KAGAMA memudahkan mahasiswa KKN untuk menjalin dan berkolaborasi dalam membuat program kerja,” ujar Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG (K), Ph.D saat memberikan sambutan di kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) KKN, Jumat (9/8), di Kantor Kecamatan Takeran, Magetan, Jawa Timur.
Ova menambahkan KKN yang sudah berjalan selama 70 tahun ini dimulai sejak 1951 yang menunjukkan antara teori dan praktek harus saling melengkapi, terutama bagi mahasiswa. Sebab, teori yang didapat di kampus tidak akan memiliki makna jika tidak dipraktikkan di masyarakat. “Jadi ayo kita berikan usulan-usulan terbaik karena saya yakin akan dibantu oleh KAGAMA dan pemerintah setempat untuk diwujudkan, dan program kerja ini akan menjadi calon masterpiece bagi semua mahasiswa KKN,” pesannya.
Sejalan dengan itu, Wisnu Bambang Dwi Hartono selaku Camat Takeran yang juga merupakan alumni UGM, mengungkapkan bahwa merasakan perubahan yang signifikan di desanya setelah kedatangan mahasiswa KKN. “Adik-adik dari UGM ini berbeda, mereka bisa menempatkan diri dengan sangat baik di masyarakat sebagai intelektual muda. Salah satu program yang menarik adalah mereka mengajari kami tentang penjualan melalui platform digital sehingga distribusi sambel pecel kami sudah bisa sampai ke luar Magetan,” ungkapnya.
Wisnu mengucapkan banyak terima kasih kepada UGM dan berharap agar tahun depan desanya masih bisa menerima mahasiswa KKN. Menurutnya, sentuhan mahasiswa terhadap bidang pertanian juga sangat berbeda dengan menginisiasi untuk pertemuan rutin ke semua Kelompok Tani dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) untuk kolaborasi membahas pertanian pangan dan hortikultura. “Ada juga program pembuatan produk-produk inovasi berbasis pangan lokal. Semoga setelah ini desa kami bisa lebih maju dari sebelumnya,” harapnya.
Tiara, salah satu anggota tim mahasiswa KKN di Takeran menjelaskan tentang beberapa program unggulan untuk UMKM baik di tingkat desa maupun dusun. “Untuk tingkat desa karena kami fokus ke UMKM batik, kita membantu promosi, menciptakan inovasi motif baru, kemudian juga ada mesin pengolah limbah batik,” jelasnya.
Sedangkan untuk di Dusun Babadan, pihaknya melakukan pendampingan dan pelatihan inovasi produk seperti kerupuk lele, sabun cuci, sabun mandi. “Karena produk unggulan pertaniannya kacang, kami juga mengajari ibu-ibu untuk cara pembuatan selai, mochi, dan permen kacang untuk memberikan nilai tambah dari kacang sebagai bahan baku,” tambah Tiara.
Selain itu, mahasiswa juga membuat peta sebaran UMKM yang tersebar di tiga kecamatan yang menjadi lokasi KKN UGM dengan harapan bisa dimanfaatkan oleh pemerintah setempat. Penguatan kelembagaan UMKM juga menjadi program prioritas dengan menjalankan beberapa strategi seperti pendataan dan geotagging UMKM, pendampingan pembuatan konten sosial media untuk pemasaran, sosialisasi pemanfaatan QRIS dan penyuluhan pembukuan, pendampingan penggunaan website, serta penyuluhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bekerja sama dengan Bank Ekadharma. Pada penutupan monev KKN di Kabupaten Magetan kali ini ditutup dengan penyerahan mesin pengolah limbah batik yang dibuat oleh mahasiswa KKN, yang diserahkan oleh Rektor UGM ke Kecamatan Takeran.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Devi