Fakultas Peternakan (Fapet) UGM melalui Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak melakukan terobosan pemanfaatan Fertilisasi In Vitro (IVF) ternak dari beberapa Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Yogyakarta. Teknologi reproduksi ternak secara in vitro ini merupakan inovasi generasi ketiga dalam teknologi reproduksi yang menawarkan solusi strategis untuk mempercepat peningkatan populasi ternak.
Kepala Laboratorium Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fapet UGM, Prof. Ir. Diah Tri Widayati, M.P., Ph.D.,IPM., teknologi IVF ini berpotensi untuk mempercepat peningkatan populasi ternak, sekaligus perbaikan genetik ternak dan mendukung ketahanan pangan nasional. “Teknologi ini meningkatkan efisiensi produksi embrio berkualitas tinggi,”ungkap Diah Tri Widayati saat berlangsung acara Fapet Menyapa, Selasa (19/11).
Diah menjelaskan teknologi IVF memungkinkan pemanfaatan oosit (sel telur) dari ovarium yang diperoleh di rumah potong hewan. Biasanya, ovarium dianggap sebagai limbah atau hasil samping, tetapi melalui teknologi IVF, oosit ini dapat digunakan untuk memproduksi embrio.
Fakultas Peternakan UGM, katanya, merupakan salah satu pelopor dalam pengembangan teknologi IVF di Indonesia. Melalui kerja sama dengan lembaga penelitian pemerintah seperti Balai Embrio Ternak Cipelang dan pelatihan bagi peneliti, Fapet UGM telah mengoptimalkan teknik IVF, mulai dengan pengumpulan oosit, pematangan oosit in vitro (IVM), fertilisasi in vitro serta peningkatan media kultur embrio.
Untuk saat ini, riset IVF ini berfokus pada spesies ternak lokal seperti sapi potong, sapi perah, dan kambing serta domba, dengan penggunaan oosit dari ovarium rumah potong hewan untuk meningkatkan efisiensi produksi. Dalam jangka panjang riset ini IVF bisa berdampak pada ketahanan pangan nasional sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor ternak. Apalagi teknologi ini juga telah banyak digunakan di Amerika Utara, Amerika Selatan dan Eropa, serta menjadi tren global dengan penggunaan embrio produksi in vitro (IVP) yang kini melampaui embrio yang diproduksi secara alami (in vivo) melalui multiple ovulation and embryo transfer. “Kita ingin mempercepat perbaikan genetik ternak lokal, memperkuat ketahanan pangan nasional dengan menyediakan pasokan protein hewani yang stabil dan berkualitas tinggi, serta membuka peluang ekspor embrio unggul,”urai Diah
Anggota tim peneliti lainnya, Prof. Dr. Ir. Sigit Bintara, M.Si., IPU., ASEAN Eng., menambahkan selain dapat memanfaatkan ovarium dari rumah potong hewan (RPH), teknologi IVF juga mampu untuk meningkatkan produksi dan kualitas ternak, terutama jika dikombinasikan dengan penggunaan sperma dari ternak unggul.
Reportase : Satria/Humas Fapet
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Dok.Fapet UGM