
Kreativitas dan inovasi sangat diperlukan dalam memasarkan produk di media sosial saat ini. Bahkan keduanya wajib dimiliki karena tidak hanya sekadar unik dan lucu, konten pemasaran yang kreatif mampu meninggalkan kesan mendalam dan membentuk citra brand yang kuat.
Demikian disampaikan oleh dr. Tirta Mandira, MBA, influencer sekaligus wiarausaha bisnis shoes and care dalam acara “Workshop Social Media Marketing: Ngobrolin Social Media Marketing agar Brand Kalian Semakin Dikenal” di Lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM.
Sebagai pemateri, ia memulai sesi dengan menceritakan perjalanannya di media sosial. Ia mengaku aktif menekuni medsos sejak tahun 2013, dan membangun branding awal melalui platform seperti Facebook dan Kaskus. “Facebook dan kaskus saat itu ramai oleh pengguna, yang sekaligus situs jual-beli barang online. Dari sinilah semua dimulai, saya mulai belajar mengenai pemasaran, seperti teknik copywriting yang seringkali digunakan dalam berjualan online”, ujarnya.
Bertahun-tahun berkecimpung di media sosial, iapun mengaku semakin memahami karakteristik konten yang cenderung viral. Menurutnya, konten yang viral adalah konten yang sering kali berada di titik ekstrem atau ujung jurang. Hal itu sering disebut sebagai konten outlier, yaitu konten yang berbeda ekstrem dari konten biasa pada umumnya, seperti super bodoh, super lucu, super absurd, atau bahkan super kontroversial. “Konten jenis ini memang sengaja dibuat dengan isi yang menyimpang untuk menarik perhatian audiens dan mudah diingat”, terangnya.
Ia memberi salah satu contoh konten outlier yang sukses adalah kampanye SASA We Are MSG (Micin Swag Generation) di awal tahun 2020. Kampanye ini, disebutnya, berhasil mengubah stigma akan istilah Generasi Micin yang dahulunya mengacu pada anak muda yang dianggap bodoh karena sering mengkonsumsi MSG (micin), menjadi simbol generasi muda yang bebas dan berani. Selain itu, ia mencontohkan yang kini lagi tren yaitu konten yang menjelaskan dengan bahasa bayi. “Seperti konten menjelaskan IHSG dengan bahasa bayi terbukti mampu meraih engagement tinggi karena pendekatannya yang ringan dan mudah dipahami oleh Gen Z. Sebaliknya, penjelasan IHSG dari sisi ekonomi memang dapat menarik audiens dari pasar yang niche, namun sulit dipahami masyarakat awam sehingga cenderung sulit viral”, paparnya.
Dalam kesempatan ini, iapun menekankan pentingnya melakukan penyesuaian gaya promosi dengan platform yang digunakan. Misalnya, jika ingin melakukan promosi di X yang cenderung berbasis tulisan maka harus memiliki keterampilan copywriting. Sementara itu, jika melakukan promosi di TikTok atau Instagram yang mengandalkan audio-visual maka harus dapat menyajikan konten visual yang menarik dan singkat.
Tidak hanya itu, iapun menyoroti fenomena attention span pengguna media sosial yang semakin pendek saat ini. Menurutnya kreator dituntut bisa membuat konten dengan durasi singkat saja, seperti 30 detik. Tak cukup hanya membuat konten dengan durasi singkat, kreator juga dituntut menguasai teknik membuat hook yang kuat untuk menarik audiens agar mau menonton video sampai akhir.
Meski begitu, kata Tirta, bagian terpenting dari semua ini terletak pada pemahaman akan audience atau target pasar. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat demografi (usia, minat, dan perilaku), metrik engagement (jumlah like, share, dan komentar), serta mendengarkan saran. “Dengan memahami audiens dengan baik maka dapat lebih mudah membuat konten yang berdampak, otentik, dan viral”, tuturnya.
Iapun memberikan tips membuat konten di Media Sosial di akhir sesi. Ia merekomendasikan tiga hal yang dapat dilakukan untuk brainstorming ide konten, di antaranya dengan melakukan mind mapping, metode SCAMPER, serta berkolaborasi dengan orang lain atau tim untuk membuka perspektif baru dan menghasilkan ide yang lebih variatif. “Untuk memperkuat branding di media sosial perlu kiranya digunakan teknik storytelling agar konten terasa lebih humanis, penggunaan data untuk mengevaluasi preferensi pasar, pembuatan rencana konten yang strategis dan konsisten, serta melakukan kolaborasi dengan influencer untuk memperluas jangkauan audiens dan konsumen”, ungkapnya.
Reportase : Najwah Ariella Puteri dan Kurnia Ekaptiningrum/Humas FEB
Penulis : Agung Nugroho