Minum air mungkin terlihat sepele. Namun, mengkonsumsi air putih secara rutin menyimpan berbagai manfaat. Manfaat yang utama adalah mencegah tubuh untuk mengalami dehidrasi. Saat mengalami dehidrasi, tubuh mengalami kekurangan cairan dan dapat menyebabkan kondisi seperti kelelahan, kepala pusing, dan urin berwarna gelap. Dengan mengonsumsi air putih, kebutuhan akan cairan tubuh akan terpenuhi dan tubuh dapat berfungsi dengan baik. Konsumsi air putih juga dapat membantu otak untuk mengatur fokus dan konsentrasi selama menjalankan aktivitas sehari-hari.
Sebagai mahasiswa, tentunya kebutuhan akan air putih juga meningkat. Aktivitas mahasiswa yang padat mengharuskan mereka untuk minum air putih dengan cukup agar tidak gampang lelah dan juga agar dapat terus fokus hingga aktivitas selesai. Oleh karena itu, muncullah layanan Toyagama.
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Toyagama merupakan produk air siap minum yang bersumber dari Mata Air Umbul Pace dan diproduksi oleh UGM. Produk Toyagama meliputi air siap minum perpipaan yang dikonsumsi melalui water fountain dan water dispenser yang tersedia di setiap fakultas. Selain itu, Toyagama juga menyediakan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) galon, dan botol ukuran 330 mL, 600 mL, dan 1,5 L.
Hilmy, mahasiswa Fakultas Psikologi menyebut ia telah menggunakan fasilitas Toyagama sejak ia menjadi mahasiswa baru pada 2022. “Saya menggunakan Toyagama untuk diisi ke botol minum isi ulang yang dibawa dari rumah,” ucap Hilmy
Testimoni serupa diungkapkan oleh Jauza, mahasiswa Fakultas Biologi yang mengungkapkan ia kerap mengisi wadah minumnya dengan air Toyagama. “Saya sudah mengkonsumsi air Toyagama sejak kuliah kembali dilaksanakan secara luring,” katanya.
Keduanya mengungkapkan penggunaan Toyagama sangat praktis sebab hanya membutuhkan botol air untuk diisikan. Kemudian, fasilitas ini gratis dan dapat digunakan sewaktu-waktu air yang dimiliki sudah habis. “Tinggal mengisi di keran Toyagama secara gratis,” ujar Jauza.
Proses persiapan Toyagama melewati prosedur panjang untuk menjamin air minum yang diproduksi sesuai dengan standar mutu kesehatan sebelum dikonsumsi oleh warga UGM. Proses yang dilakukan meliputi pre-treatment atau melakukan penyaringan melalui sand filter dan carbon filter, ultrafiltrasi, dan ultraviolet. Untuk AMDK, terdapat prosedur tambahan dengan melakukan ozonisasi sebagai desinfektan agar air lebih higienis dan awet. Air perpipaan diolah lebih lanjut dengan treatment ulang berupa filter dan UV di masing-masing unit water fountain. “Penjaminan mutu Toyagama dilakukan dengan melakukan pengecekan rutin terhadap air baku dan air siap minum yang diproduksi,” ujar Wiwit Wijayanti, S.I.P., M.Sc., Manajer Utama UGM Residence yang mengelola Toyagama.
Pengecekan Toyagama dilakukan secara harian di laboratorium Toyagama, sedangkan pengecekan mingguan dan bulanan dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM. Mutu Toyagama telah diakui lembaga penjaminan mutu makanan dan minuman yang dibuktikan dengan sertifikasi halal dan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM-RI). Selain itu, Toyagama memenuhi standar keamanan dan mutu pangan olahan wajib Standar Nasional Indonesia (SNI). Perolehan sertifikasi ini telah melalui serangkaian pengujian kualitas produk, penilaian tata kelola serta audit lapangan dari lembaga penerbit sertifikasi.
Adanya penyediaan layanan Toyagama menunjukkan komitmen UGM untuk menunjang penyediaan air minum di wilayah kampus bagi sivitas akademika dalam beraktivitas. Lebih dari itu, penyediaan layanan air isi ulang di wilayah kampus menunjang program lingkungan dengan meminimalkan jumlah sampah. Namun, adanya program ini juga perlu didukung dengan gerakan penggunaan wadah minum isi ulang dari pengguna Toyagama. Menggunakan wadah minum yang dapat digunakan berulang kali dapat meminimalkan jumlah sampah plastik kemasan yang ada di wilayah kampus. Penggunaan wadah minum seperti ini juga membantu dalam penanganan krisis sampah yang terjadi belakangan ini di Yogyakarta.
Tindakan penggunaan botol minum isi ulang ini didukung oleh Rektor UGM melalui Surat Edaran Rektor UGM Tentang Kewajiban Pengelolaan Sampah di Lingkungan UGM. Dalam surat edaran tersebut, Rektor UGM meminta sivitas akademika untuk menggunakan wadah minum sendiri. Toyagama selaku penyedia air minum di UGM mendukung kebijakan ini.
Wiwit menuturkan Toyagama sangat mendukung kebijakan ini. Pihaknya juga akan meningkatkan kesiapan produksi dan pemanfaatan air perpipaan dan AMDK galon. “Bersama dengan fakultas dan sekolah akan melakukan kolaborasi untuk penambahan titik water fountain agar mahasiswa lebih mudah mengisi botol minumnya dengan air siap minum,” ucap Wiwit.
Ia menambahkan bahwa dilakukan kesiapan produksi galon dengan penyediaan stok yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air minum di area atau kegiatan yang tidak dapat mengakses water fountain.
Jauza dan Hilmy sebagai mahasiswa yang menggunakan botol minuman menunjukkan persetujuan mereka dengan adanya surat edaran tersebut. “Kebijakan ini dapat membantu mengurangi sampah AMDK sehingga tidak terjadi penimbunan sampah yang berlebihan, utamanya di Fakultas Biologi,” harap Jauza.
Hilmy menekankan bahwa adanya upaya ini sebagai bentuk dukungan terhadap penyelesaian permasalahan sampah di Yogyakarta.
Jauza yang menyebut kran di Fakultas Biologi memiliki aliran air yang pelan sehingga mahasiswa terkadang harus antre panjang untuk mengisi air. “Tidak jarang, kami bahkan harus mengisi di keran fakultas lain jika keran di fakultas kami tidak menyala,” ujar Jauza.
Ia berharap Toyagama dapat menambah salurannya sehingga mahasiswa tidak perlu antri terlalu panjang.
Luasnya area UGM juga membuat pemantauan terhadap kondisi instalasi atau water fountain tidak dapat dilakukan dengan cepat sehingga muncul keluhan aliran air kecil atau tidak mengalir. Wiwit menyebutkan kedepannya Toyagama akan lebih banyak melakukan pemenuhan kebutuhan air minum sekaligus melakukan edukasi kepada stakeholders agar seluruh pihak dapat bersama-sama menjaga kualitas layanan dengan baik. “Harapannya ke depan, Toyagama dapat memenuhi seluruh kebutuhan air minum UGM dan menjadi produk lokal kebanggan UGM yang mendukung kualitas kesehatan civitas UGM,” pungkasnya.
Penulis : Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson