UGM saat ini bergerak menuju kampus berkelanjutan dalam bidang pendidikan dan penghijauan kampus (green campus). Hal ini dibuktikan dengan keberadaan UGM yang menduduki posisi ketiga di tahun 2023 lalu sebagai The Most Sustainable University di Indonesia versi UI GreenMetric. Untuk menjadi agen perubahan sosial dan berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), UGM menyadari perlunya bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya melalui UI GreenMetric yang menjadi lembaga pemeringkat perguruan tinggi di dunia berbasis komitmen dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Berkeinginan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mencapai keberlanjutan, serta menciptakan kemitraan yang lebih baik untuk mendorong pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia, UGM dan UI GreenMetric mengadakan lokakarya ‘Regional Workshop on UI GreenMetric World University Rankings for Universities in Asia-Pasific pada Senin (22/7) di Gedung Pusat UGM. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, dengan agenda hari kedua berupa kunjungan ke beberapa fasilitas yang ada di UGM, yaitu Pusat Pengembangan Ternak Fakultas Peternakan, Fasilitas Kerohanian, Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT), dan UGM Science Techno Park (STP), untuk melihat best practice tata kelola kampus berbasis penerapan nilai-nilai keberlanjutan.
Prof. Dr. Wening Udasmoro, M.Hum., DEA., Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, saat pembukaan kegiatan, mengungkapkan lokakarya ini bertujuan agar pimpinan universitas dan sustainability officer di perguruan tinggi mendapatkan pengetahuan best practice dari kampus lain terkait kebijakan, program, dan implementasi sustainability, serta memberikan peluang kerja sama dalam pengelolaan kampus berkelanjutan. “UGM telah berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dan penghijauan kampus melalui berbagai kebijakan seperti konservasi energi dan air, transportasi ramah lingkungan, dan program pengabdian kepada masyarakat,” ungkapnya memberikan contoh.
“Kami telah melakukan praktik terbaik dalam konservasi energi melalui pemanfaatan sumber energi terbarukan, pengurangan emisi gas rumah kaca, serta penerapan smart dan green building. Sedangkan untuk konservasi dan daur ulang air kami lakukan di Wisdom Park, kami juga memproduksi Toyagama sebagai unit bisnis dari kegiatan konservasi air tersebut,” tambah Wening.
Tak lupa, ia menjelaskan tentang Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) yang menjadi program unggulan universitas untuk pengabdian kepada masyarakat. “KKN-PPM adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa yang berperan sebagai wahana pembelajaran bagi mereka untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan di masyarakat. KKN-PPM kami tersebar di 35 provinsi di Indonesia, dan program ini sekarang juga mencakup mahasiswa internasional dari 15 negara yang sedang menempuh studi di UGM,” tutupnya.
Terkait dengan komitmen UI GreenMetric sebagai platform pemeringkatan global bagi universitas dalam mengatasi tantangan lingkungan yang dihadapi dunia saat ini, Wakil Ketua Program, Tim Komunikasi dan Kemitraan UI GreenMetric, Dr. Junaidi, M.A menjelaskan bahwa program ini telah berjalan sejak tahun 2010 dan partisipasi perguruan tinggi di seluruh dunia terus meningkat setiap tahunnya. “Saat pemeringkatan ini dimulai tahun 2010, hanya 100 universitas dari 35 negara yang ikut berpartisipasi. Pada tahun 2023 meningkat menjadi 1.183 perguruan tinggi dari 86 negara,” ujarnya.
Sebelum sesi diskusi panel dimulai, semua peserta mengikuti prosesi deklarasi keanggotan bagi 15 universitas yang baru saja bergabung di UI GreenMetric World University Rankings Network, yaitu Biliran Province State University, Bulacan Agricultural State College, dan Carlos Hilado Memorial State University dari Filipina dan 12 universitas lain di Indonesia, meliputi Universitas Bakti Indonesia, IAIN Kudus, Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan, Politeknik LPP Yogyakarta, Politeknik Negeri Lampung, Politeknik Pekerjaan Umum, Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia, Politeknik Negeri Padang, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Negeri Medan, Universitas Borneo Tarakan, dan Universitas Mulawarman.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto