Fakultas Biologi UGM membagikan pengalamannya dalam melakukan pengelolaan sampah, khususnya sampah organik di hadapan puluhan masyarakat di wilayah DIY dan Jawa Tengah melalui kegiatan Tour Pengelolaan Sampah Organik yang berlangsung pada Jumat (18/8) di kampus setempat.
Kegiatan Tour Pengelolaan Sampah Organik diikuti tidak kurang dari 30 orang yang berasal dari berbagai wilayah di DIY dan Jawa Tengah yang tergabung dalam grup Sambatan Jogja (SONJO). Selain diikuti oleh warga masyarakat di sekitar kampus, kegiatan ini juga diikuti perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman, Sanggar Pawuhan, Komunitas Momong Bumi, PPM Aswaja Nusantara, FBS Yogya, Grup Pengelola Sampah Margodadi Dilangharjo, Dinas Pasar Kota Yogyakarta, TKI DIY, Ponpes Barokah Kalimasada Sardonoharjo, Pusat Pastoral Mahasiswa DIY, RS Sardjito, Paguyuban Bank Sampah DIY, RS Beteshda, BSMM Pogung Kidul, dan lainnya.
Dalam kesempatan tersebut peserta Tour Pengelolaan Sampah Organik diajak berkeliling kampus Biologi UGM untuk melihat berbagai proses pengelolaan sampah yang telah dilakukan sejak tahun 2017 silam. Fakultas Biologi telah menerapkan teknologi sederhana dalam mengelola sampah organik seperti vermicomposting menggunakan cacing dan BSF, pupuk cair organik (poc), eco enzim, pengomposan, serta pemakaian biofertilizer dari urine ternak.
Dekan Fakultas biologi UGM, Prof. Budi S. Daryono, mengatakan Fakultas Biologi ditugaskan Rektor UGM untuk mengelola sampah organik di lingkungan UGM serta membantu menyelesaikan masalah sampah di DIY. Hingga saat ini pihaknya telah melaksanakan pelatihan pengolahan sampah organik yang diikuti lebih dari 25 Rumah Sakit, 17 Pondok Pesantren dan 30 Komunitas Pengelola sampah di DIY.
“Melalui pelatihan tersebut diharapkan permasalahan sampah khususnya sampah organik dapat diselesaikan bersama dengan memanfaatkan beberapa metode dan teknologi pengolahan sampah organik yang ditemukan oleh Fakultas Biologi UGM,” tuturnya saat ditemui usai membuka kegiatan, Jumat (18/8).
Budi mengungkapkan Fakultas Biologi UGM berhasil menemukan Probiotik BIO-2023 untuk mempercepat proses fermentasi dan pengolahan sampah organik menjadi media tanam, kompos, dan pupuk organik cair. Salah satu mahasiswa S1 Program IUP Fakultas Biologi UGM yaitu Rania Naura juga telah menemukan formulasi pembuatan Eco Lindi yang telah dimanfaatkan untuk menghilangkan bau pada sampah oleh Pemkab Sidoarjo sejak tahun 2021 sampai sekarang. Saat ini Eco Lindi juga telah dimanfaatkan oleh Pemkab Sleman.
Dosen Fakultas Biologi UGM, Soenarwan Heri Poerwanto, S.Si., M.Kes., memapakan salah satu cara pengolahan sampah organik menjadi pupuk dengan penambahan biofertilizer. Dengan penambahan biofertilizer ini mampu mempercepat proses degradasi sampah berjalan lebih singkat dibanding dengan cara konvensional. Apabila dengan cara biasa degradasi memakan waktu sekitar dua minggu atau lebih, tetapi dengan metode penambahan biofertilizer proses degradasi sampah dapat berlangsung dalam waktu satu minggu saja.
Salah satu peserta tour, Lia (46) asal Magelang, mengatakan sejak tiga tahun terakhir ia mulai melakukan pengelolaan sampah secara mandiri di rumah dengan melakukan pemilahan sampah anorganik dan organik. Dalam mengolah sampah organik, ia menggunakan metode ember tumpuk dengan penambahan eco enzim. Dengan keikutsertaannya pada kegiatan ini ia berharap bisa mendapat tambahan wawasan terkait upaya pengolahan sampah yang nantinya bisa diterapkan di rumah dan masyarakat sekitar.
Hal senada turut disampaikan Berna (53) warga Rt 12 Pogung Baru, Sleman. Ia mengaku tertarik untuk mengimplementasikan pengolahan sampah dengan penambahan biofertilizer.
“Saya takjub mendengar penjelasan tentang metode pengolahan sampah menggunakan penambahan biofetilizer yang bisa hanya 1 minggu mendegradasi sampah. Ke depan sangat tertarik memakai metode ini,”ucapnya.
Upaya pengelolaan sampah secara berkelanjutan yang dilakukan ini menegaskan komitmen UGM sebagai kampus yang peduli dan ramah terhadap lingkungan dalam upaya mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan sasaran pembangunan berkelanjutan (SDGs) dimana pengelolaan sampah berkelanjutan dapat meningkatkan kehidupan yang lebih sehat (SDGs 3), mengurangi pencemaran limbah sampah yang berdampak pada ketersediaan air bersih di lingkungan (SDGs 6), serta penanganan perubahan iklim akibat dampak emisi gas rumah kaca dari timbunan sampah organik (SDGs 13).
Penulis&Foto: Ika