Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Bank Indonesia cabang Nusa Tenggara Barat melaksanakan panen perdana padi Gadjah Mada Gogo Rancah (Gamagora) 7 di Dusun Batu Baleq, Kecamatan Punjut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (12/8).
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Taufieq Hidayat, padi Gamagora yang dikembangkan oleh UGM ini dipanen tepat pada umur padi ke-90 hari. “Usia pane tepat di hari ke 90,” katanya.
Selain di Lombok, Sebelumnya Gamagora telah berhasil ditanam di berbagai wilayah di Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Prof. Taryono sebagibenurut penuturan Taryono saat dihubungi oleh reporter. “Gamagora telah berhasil ditanam di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat,” jelas Prof Taryono selaku pengembang budidaya padi Gamagora, Senin (19/8).
Guru Besar Fakultas Pertanian UGM ini menambahkan bahwa selanjutnya, kerja sama penyediaan benih telah dilaksanakan dengan PT Tunas Widji Inti Nayottama (TWINN) akan membuat benih Gamagora 7 ini dapat ditanam di lahan yang lebih luas dan lebih banyak provinsi. “Saya berharap berharap bahwa Gamagora dapat tetap berkembang dan makin banyak diminati petani dan segera dihasilkan Gamagora yang lain,” ujarnya.
Seperti diketahui, sesuai dengan nama julukannya, padi dengan nama produk Gamagora ini merupakan kependekan dari Gama Gogo Rancah. Kemunculan varietas padi ini untuk menyiasati penurunan produksi padi di Indonesia diakibatkan adanya fenomena perubahan iklim global baik karena El Nino dan La Nina dan dampak pengalihan fungsi lahan sawah ke non-sawah yang mencapai 96.512 hektar per tahun. Dengan nama Gamagora 7, padi ini memiliki keunggulan dari sisi hasil produksi, tahan terhadap hama wereng dan penyakit serta cocok ditanam pada lahan sawah maupun lahan tadah hujan. Memiliki potensi produksi mencapai 9,8 ton per hektar.
Penulis : Leony
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Antara