
Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada bersama PT Charoen Pokphand Indonesia (PT CPI) membangun fasilitas Closed House Layer atau kandang ayam petelur dengan sistem tertutupdi Desa Dengok, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pendirian kandang ini di area Smart Veterinary Teaching Farm dipergunakan sebagai media pembelajaran untuk mahasiswa calon dokter hewan yang tertarik dalam bidang perunggasan.
Closed House Layer adalah sistem kandang modern dengan model bangunan tertutup. Bangunan ini dirancang untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan bagi ayam petelur (layer) dimana didalamnya diatur terkait ventilasi, kondisi suhu, dan kelembapan. Peletakan batu pertama pembangunan dilakukan Presiden Direktur PT CPI, Tomas Effendi, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan Kementrian Pertanian, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN Eng, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi, Arif Setiawan Budi Nugroho., S.T., M.Eng., Ph.D., Dekan FKH UGM, Prof. drh. Teguh Budipitojo, Ph.D., dan Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, S.E., M.M., pada hari Kamis (15/5). Selain itu, diberikan beasiswa dari PT Charoen Pokphand Indonesia kepada 10 mahasiswa FKH UGM.
Dekan FKH UGM, Teguh Budipitojo berharap pendirian Close House Layer yang berada di area Smart Veterinary Teaching Farm (SVTF) FKH UGM menjadi wahana untuk memberikan pengalaman lapangan secara langsung bagi mahasiswa FKH UGM dalam mengelola peternakan sekaligus kesehatan hewan. Pendirian ini Close House Layer untuk membangitkan minat para mahasiswa khususnya lulusan FKH UGM di dunia perunggasan.
“Minat di dunia perunggasan semakin menurun dari tahun ke tahun. Bahkan dirasakan 10 tahun terakhir. Tidak hanya di UGM, namun hampir 13 perguruan tinggi yang memiliki Fakultas Kedokteran Hewan merasakan hal yang sama”, ujarnya di Playen, Gunungkidul, Kamis (15/5) saat memberi sambutan peletakan batu pertama.
Sebagai Ketua Asosiasi FKH seluruh Indonesia, ia merasa prihatin karena hanya 15 persen mahasiswa atau lulusan FKH yang di dunia perunggasan. Sementara 65 persen lainnya lebih memilih dan menekuni praktek mandiri.
Untuk itu, kata dia, pendirian close house layer sebagai upaya mendekatkan gambaran industri perunggasan saat ini di kampus. Dengan begitu agar para mahasiswa tahu dan melihat perkembangan dunia perunggasan yang sudah sedemikian maju. “Sekali lagi harapannya minat ke dunia perunggasan meningkat. Perlu diketahui dunia perunggasan ini menyumbang 75-80 persen kebutuhan daging nasional sehingga dokter hewan harus mau kesana. Kenapa? Karena yang memelihara kesehatan hewan adalah para dokter hewan”, terangnya.
Presiden Direktur PT CPI, Tomas Effendi, menyatakan Close House Layer di area Teaching Farm FKH UGM akan digunakan sebagai sarana penelitian, pengembangan praktik budidaya ayam dan media aplikasi ilmu pengetahuan serta sebagai gambaran miniatur dunia usaha. Program Teaching Farm ini yang merupakan CSR dalam rangka mendukung program pemerintah ntuk membangun sinergi antara dunia industri dengan perguruan tinggi yang sejalan dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
“Kerja sama dengan UGM, ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berkelanjutan. Kami memiliki lembaga khusus yang menangani CSR dan fokus pada bidang pendidikan sebagai solusi jangka panjang yang saling menguntungkan. Dalam bidang CSR, kami sudah aktif sejak 1984, termasuk dengan program anak asuh yang membiayai pendidikan dari tingkat SD hingga perguruan tinggi,” kata Tomas.
Saat ini, lanjut Tomas, PT CPI membiayai 463 mahasiswa dari 23 perguruan tinggi, dan telah menghibahkan fasilitas closed house layer ke 14 kampus di Indonesia. “Fasilitas di FKH UGM akan memiliki kapasitas hingga 5.000 ekor ayam dan dapat dimanfaatkan untuk riset, pengajaran, hingga sumber pendapatan (income generating),” katanya.
Tomas sangat berharap para dokter hewan dan sarjana peternakan menguasai teknologi dunia perunggasan paling mutakhir. Sehingga selama menjalani kuliah setidaknya mereka mengenal ayam, seperti perilaku dan lain-lain. “Untuk media riset, saya sangat mengharapkan perguruan tinggi bisa menyisihkan dana untuk membuat farm mini. Sehingga ayam mau di perlakukan apa saja untuk tidak beresiko, dan tidak mengganggu farm yang berjumlah besar dan sudah menghasilkan”, imbuhnya.
Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, menyambut positif pembangunan ini dan menyebutnya sebagai langkah strategis dalam pengembangan peternakan dan pendidikan kedokteran hewan di wilayahnya. “Ini bukan sekadar pembangunan fisik, tapi juga simbol dari kolaborasi besar antara dunia pendidikan, industri, dan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memberikan apresiasi dan dukungan penuh,” kata Joko.
Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan Kementrian Pertanian, Ali Agus menambahkan dukungan pihak swasta untuk program ketahanan pangan sangat diperlukan. Melalui salah satunya program pengembangan teaching farm ayam petelur diharapkan riset dan development bidang ini berkembang. “Saya yakin akan sangat bermakna dan bermanfaat tidak hanya untuk perguruan tinggi tetapi juga masyarakat sekitar khususnya masyarakat kabupaten Gunungkidul”, imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto. : Donnie