Duta besar (Dubes) Mongolia untuk Asean, Enkhtaivan Dashnyam, mengunjungi Universitas Gadjah Mada, Selasa (11/10). Kedatangan Dubes Mongolia ini disambut langsung oleh oleh Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, beserta jajarannya di Ruang Tamu Rektor, Gedung Pusat UGM. Dalam pertemuan selama kurang lebih satu jam tersebut, UGM dan perwakilan Mongolia menggali potensi untuk pembentukan kerangka kerja sama pendidikan yang terstruktur. Hal ini mencakup rencana penyusunan nota kesepahaman (MoU) untuk memayungi kerja sama akademik, program pertukaran mahasiswa dan dosen, serta pengembangan penelitian bersama.
Dubes Enkhtaivan mengungkapkan saat ini hanya segelintir pelajar dari negaranya yang menempuh studi di Indonesia, dan tidak ada satupun yang tercatat di universitas negeri. “Kami memiliki jumlah mahasiswa yang sangat sedikit yang belajar di Indonesia, hanya empat atau lima saja. Bahkan mereka sedang menempuh pendidikan di universitas swasta,” jelasnya.
Mengamati kondisi tersebut, Dubes Enkhtaivan secara terbuka mengajak UGM untuk membangun kemitraan pendidikan yang lebih formal dan kuat. Ajakan kerja sama ini disambut baik oleh Rektor. “Universitas Gadjah Mada memiliki berbagai program internasional, dan kami sangat terbuka untuk membangun kemitraan formal dengan institusi di Mongolia,” papar Ova.
Rektor menegaskan pihaknya siap berkomitmen untuk memperluas jejaring global dan siap memfasilitasi lebih banyak mahasiswa Mongolia untuk menempuh studi di berbagai disiplin ilmu yang ada di UGM.
Lebih lanjut, Rektor UGM menambahkan bahwa kolaborasi ini dapat diperluas melampaui pertukaran pelajar antar kedua negara. “Kami juga mendukung pengembangan program penelitian lintas budaya yang dapat mempererat hubungan kedua negara,” jelasnya.
Dalam diskusi Dubes Mongolia dengan jajaran pimpinan Fakultas, mengerucut pada penguatan kerja sama dalam pengembangan riset dan inovasi terapan di bidang peternakan. Dubes Enkhtaivan memaparkan bahwa terdapat kebutuhan yang mendesak untuk modernisasi pengolahan produk ternak di negaranya. “Kami memiliki sekitar 70 juta ekor hewan domestik, termasuk kuda, sapi, domba, dan kambing. Meski demikian, produksi dari produk sampingan hewan ternak tersebut belum begitu signifikan.” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa fokus kerja yang diharapkan tidak hanya terbatas pada peningkatan nilai tambah produk, tapi juga untuk kesejahteraan hewan.
Menanggapi paparan tersebut, Dekan Sekolah Vokasi UGM, Prof. Agus Maryono, menyambut baik inisiatif kerja sama tersebut. Agus menjelaskan bahwa mandat kelembagaannya adalah menghasilkan lulusan yang siap kerja dan mampu memberi solusi nyata. “Kami memiliki mandat untuk melatih siswa menjadi seseorang yang bekerja di lapangan untuk menyelesaikan masalah,” jelasnya.
Di pertemuan ini juga turut membahas potensi kerja sama untuk program sertifikasi jangka pendek, khususnya di sektor pariwisata, agribisnis, dan industri kreatif. Kunjungan ini pun menegaskan keseriusan Mongolia untuk menjalin kolaborasi. Bahkan Dubes Enkhtaivan kemudian menyerahkan proposal kerja sama untuk segera ditindaklanjuti. “Berikut saya lampirkan dua proposal kerja sama, satu dari National University of Mongolia, satunya lagi dari Inner Mongolian University of Science and Technology,” katanya.
Penulis : Aldi Firmansyah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie
