Pusat Kajian Kesehatan Anak (PKKA-PRO), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Center for Outbreak Preparedness, Duke-NUS Medical School Singapura melakukan riset pengawasan air limbah. Penelitian ini untuk mengetahui berbagai senyawa, bakteri, hingga potensi penyakit berbahaya dari limbah yang berasal penggunaan air untuk aktivitas industri maupun masyarakat.
Dr. Risalia Reni Arisanti, M.P.H. dosen dan peneliti pada Departemen Biostatistika, Epidemiologi dan Kesehatan Kependudukan FK-KMK UGM mengatakan kegiatan ini merupakan upaya untuk meningkatkan kolaborasi antar institusi dalam pengawasan air limbah di masyarakat. Program ini merupakan kelanjutan dari program pengawasan air limbah yang telah dilaksanakan FK-KMK UGM sejak tahun 2021.
Menurut dokter Santi, demikian ia akrab disapa, menyampaikan bahwa sistem surveilans air limbah telah diterapkan oleh berbagai negara maju, seperti Australia dan Belanda. Air buangan hasil aktivitas manusia tidak hanya membawa sisa-sisa limbah manusia, namun juga mampu mendeteksi adanya persebaran penyakit ataupun potensi wabah. Berbeda dengan Australia dan Belanda yang sudah memanfaatkan sistem air limbah untuk deteksi Covid-19, Indonesia hanya menggunakannya untuk deteksi wabah polio. “Padahal, surveilans air limbah justru dapat menjadi solusi yang lebih ekonomis dan efisien. Saya kira sangat bagus jika kita bisa memanfaatkan sistem surveilans air limbah. Saya pikir ini adalah awal yang baik untuk memperluas penggunaan surveilans air limbah,” kata Sani dalam rilis yang dikirim ke wartawan, Jumat (14/6).
Soal kerja sama dengan Duke-NUS Medical School, program kolaborasi pengawasan air limbah ini dilaksanakan dengan memetakan pihak yang berkepentingan untuk melaksanakan surveilans air limbah. Pada tahap ini, dirancang pula strategi perencanaan bagi masing-masing institusi melalui Kick-off Meeting dan survei kuantitatif terhadap urgensi surveilans air limbah. Pertemuan yang telah diselenggarakan pada 30 April 2024 lalu dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) pada 6-7 Mei 2024 dan Co-Creation Workshop pada 13 Mei 2024 yang bertajuk “Advancing Public Health: Institutionalizing Wastewater Surveillance in Indonesia”.
Pada diskusi Co-Creation Workshop, kata Santi, menghasilkan beberapa identifikasi patogen manusia dan One Health dalam surveilans air limbah. Patogen tersebut terdiri dari berbagai macam kuman dan virus yang menjadi prioritas untuk diidentifikasi pada air limbah. Sejauh ini, virus polio, campak, dan rotavirus didaftarkan sebagai prioritas utama, sedangkan dari segi One Health adalah avian influenza dan patogen yang resisten terhadap antimikroba. “Penemuan ini tentunya memudahkan para pemangku kepentingan untuk menjalankan program surveilans tersebut,” tegasnya.
dr. Krisna Nur Andriana Pangesti, M.S., Ph.D. selaku perwakilan dari Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyambut baik dilakukannya environmental surveillance atau melalui wastewater surveillance. Sebab kegiatan in melihat derajat resistensi dari beberapa mikroba yang ada di lingkungan.
Seperti diketahui pada Co-Creation Workshop pada 13 Mei 2024 mengundang sejumlah perwakilan dari berbagai institusi yang diharapkan bisa berkolaborasi dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Beberapa perwakilan lembaga tersebut berasal dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, dan Jawa Timur, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BBLKM), Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan (BBLKL), Balai Besar Veteriner, World Health Organization (WHO) Indonesia, Food and Agriculture Organization (FAO) Indonesia.
Penulis: Tasya
Editor: Gusti Grehenson