Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Pemerintah Kelurahan Sinduadi meresmikan TPS Terintegrasi Sinduadi Gumregah Gayeng Regeng di Kelurahan Sinduadi, Kapanewon Mlati, Sleman, Yogyakarta, Senin (14/8). Pembukaan TPS Terintegrasi mandiri ini ditandai pembukaan selubung papan nama oleh Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, yang disaksikan oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni UGM, Dr. Arie Sujito, dan Kepala Dinas Lingkungan HiduP Pemda DI, Kuncoro Cahyo Adi.
Kepada wartawan, Bupati Sleman mengatakan TPS Terintegrasi Mandiri ini merupakan hasil kerja sama dengan kampus UGM sebagai percontohan dalam pengelolaan sampah mandiri di kelurahan Sleman. “Kita ingin sampah bisa dikelola dan diselesaikan di tingkat kelurahan. TPS ini menjadi pilot project di kelurahan Sleman,” ungkapnya.
Bupati sangat mengapresiasi ide dan hasil inovasi dari kerja sama antara pemerintah desa dengan berkolaborasi dengan UGM sehingga menghasilkan teknologi dalam pengelolaan sampah secara mandiri. “Kita harus berani melakukan inovasi dan mendekatkan hal ini dengan adanya dampak peningkatan perekonomian dari badan usaha kelurahan masing-masing,” katanya.
Sementara Ari Sujito menuturkan UGM memberikan perhatian khusus pada persoalan sampah yang menjadi isu yang hanya dalam beberapa minggu terakhir karena sempat ditutupnya TPA Piyungan.
“Sampah menjadi perhatian kita untuk bersama-sama memecahkan masalah itu bahkan bisa memunculkan inovasi yang tumbuh antara kampus dan komunitas,” ujarnya.
Ditutupnya TPA Piyungan menurutnya bisa menjadi momentum bagi pemda dan pemerintah kelurahan untuk bergerak bersama-sama dengan akademisi untuk menyelesaikan masalah pengelolaan sampah agar bisa diselesaikan di tingkat desa secara mandiri.
Lurah Sinduadi, Senen, bercerita dibangunnya TPS terintegrasi mandiri di Kelurahan Sinduadi sudah muncul sejak 2019, namun adanya kendala dari sisi pendanaan sehingga akhirnya bisa dibangun pada tahun 2023 dengan bekerja sama dengan akademisi UGM. Meski kapasitas pengelolaan sampah ini hanya seperempat dari target 18 ton sampah yang bisa dikelola setiap hari, namun ia bersyukur TPST ini mulai bisa beroperasi. “Kami merencanakan 18 ton per hari akan bisa tercapai 2-4 bulan mendatang dan kita harapkan Sinduadi bisa zero sampah,” ujarnya.
Dosen Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik UGM, Ir. Wiratni, M.T., Ph.D., mengatakan salah satu teknologi yang dikembangkan dalam pengelolaan sampah mandiri di Sinduadi ini adanya aplikasi teknologi penghilang bau. Menurut Wiratmi munculnya bau menyengat dari sampah disebabkan banyaknya kandungan air dalam sampah yang sudah terkontaminasi bakteri. “Kita buat teknologi untuk memeras cairan dalam sampah yang biasa kandungan airnya bisa mencapai 70 persen,” jelasnya.
Teknologi lain yang dikembangkan dalam adalah cairan sampah yang masuk ke mesin bioreaktor untuk diubah menjadi pupuk cair diolah dengan kondisi tertutup sehingga mampu mengurangi bau. “Keuntungan lainnya volume padat bisa lebih kecil sehingga kita tidak perlu ruangan lebih besar untuk kelola sampah jadi kompos atau maggot. Kita juga memasukkan teknologi aerasi dengan memasukkan oksigen sehingga bisa menghasilkan pupuk cair secara cepat dan baik dan tidak meninggalkan bau,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto. : Firsto