Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Kota Makassar sepakat menjalin kerja sama terkait pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Kerja sama yang secara spesifik terkait Pengembangan Kota Rendah Emisi Karbon ditandatangani oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D dan Wali Kota Makassar, Ir. Moh. Ramadhan Pomanto, di UC UGM, Selasa (15/5).
Kerja sama ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa pada bulan Mei 2024 sejumlah negara ASEAN mengalami gelombang panas. Hal ini tentunya berdampak pada penurunan produktivitas masyarakat, mulai dari ditutupnya sekolah, dibatasinya aktivitas warga, hingga yang terburuk adalah mengakibatkan kematian.
Kenaikan suhu lingkungan ini tidak dapat dihindari sebagai salah satu akibat dari perubahan iklim yang disebabkan oleh semakin tingginya emisi karbon di bumi. Dampak perubahan iklim di perkotaan maupun pedesaan inipun terus dianalisis oleh peneliti Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan institusi lainnya. Hal ini juga menjadi bagian tujuan besar, yaitu membangun solusi komprehensif terhadap berbagai tantangan dalam pembangunan berkelanjutan daerah tropis.
Ova Emilia menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Makassar atas kepercayaan dan kesempatan untuk bersama membangun kemitraan sehingga keduanya bisa saling belajar. Melihat keberhasilan Pemerintah Kota Makassar dalam menjalan program menekan emisi karbon mengundang minat UGM untuk mengunjungi Kota Makassar.
“Mendengar penjelasan dari Pak Walikota luar biasa. Dalam hati ingin mengunjungi Makassar. Karena apa yang dipraktikan adalah riil, dan saya tahu kota Makassar bukan kota yang mudah diatur,” tuturnya.
Menurut Rektor, konsep yang berhasil di kota Makassar tentunya bisa dipelajari dan direplikasi di tempat lain. Keberhasilan mengembangkan sebagai kota rendah emisi karbon, menurutnya bukan hanya model atau skemanya tetapi bagaimana hal tersebut menjadi sebuah gerakan luar biasa yang berasal dan bersumber dari masyarakat.
“Hal itulah yang sangat diapresiasi membuat gerakan di kota Makassar terus berlanjut, dan bertahan lebih dari 8 tahun. Bagi PSE UGM saya kira ini suatu pekerjaan rumah, bukan hanya menshare bukti-bukti knowledge tetapi juga perlu dicontoh bagaimana menurunkan karbon dengan berbagai cara,” katanya.
Dari kerja sama ini diharapkan keduanya secara bersama bisa mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing. Keduanya bisa saling menyinergikan agar bisa saling mengisi memberi kemanfaatan bagi banyak pihak dalam lingkup tridarma perguruan tinggi.
“Bagaimanapun dampak perubahan iklim menjadi perhatian global dan terus menjadi kajian dari pada peneliti, termasuk peneliti di UGM, ITB yang tentunya kerja sama dengan banyak institusi diperlukan untuk membangun solusi kompehensif,” imbuhnya.
Moh. Ramadhan Pomanto menambahkan menurunkan emisi karbon adalah sebuah program yang harus dilakukan. Hal ini bukan tentang Makassar bukan tentang Jogja bukan tentang Indonesia tetapi tentang dunia yang menghadapi persoalan kenaikan suhu yang sudah mencapai 1,4 sekian derajat.
“Hari ini dunia memiliki komitmen jangan lewat 1,5 derajat. Nah ini sebuah komitmen yang bukan hanya lokalis bukan hanya nasionalis tapi globalisasi seluruh dunia sehingga kerja sama ini menjadi gerakan yang sangat menarik,” ungkapnya.
Menurutnya mewujudkan kota rendah karbon bukan hanya persoalan teknologi, tetapi juga tentang perubahan perilaku masyarakat. Ia mencontohkan bahwa di Makassar, perubahan perilaku dimulai dari lorong-lorong kota yang menjadi ruang kecil dari sel kota.
“Persoalan emisi karbon ini intinya adalah perilaku manusia. Semua ini terjadi karena perilaku manusia,” tegas Danny panggilan akrab Walikota.
Di Makassar, lorong-lorong diubah menjadi lorong wisata dengan adanya Public Engagement dan Protokol Sentuh Hati. Pemerintah mengintervensi dengan menyediakan bibit sayur atau perikanan, yang kemudian berkembang menjadi sirkulasi ekonomi, memberdayakan masyarakat, dan menjadikan lingkungan hijau.
Danny juga menjelaskan tentang restrukturisasi sosial di Makassar yang melibatkan institusi baru untuk mengengage masyarakat, yaitu Bassi Barania, yang terdiri dari local influencer dan Dewan Lorong dengan tiga komponen: Karismatik Leader, Woman Leader, dan Millennial Leader.
Menurut Danny upaya merendahkan emisi karbon diperlukan perencanaan matang, kepemimpinan yang kuat, keterlibatan publik, dan evaluasi yang berkelanjutan. Ia juga berharap pertemuan ini dapat memperkuat kolaborasi dan menyempurnakan upaya Makassar serta kota lainnya menuju kota rendah karbon.
Penulis: Agung Nugroho
Fotografer: Donnie